BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abad ke-15 merupakan era pencerahan atau renaisans di Benua Eropa.
Renaisans merupakan awal dari bangkitnya ilmu pengetahuan di Eropa yang
sebelumya sangat sulit berkembang karena doktrin-doktrin gereja yang sangat
mengekang. Salah satu pencapaian yang sangat besar pada masa itu adalah
munculnya teori heliosentris yang mengatakan bahwa matahari adalah pusat tata
surya dan bumi berbentuk bulat. Paham heliosentris inilah yang menjadi salah satu faktor yang mendorong
bangsa Eropa untuk melakukan penjelajahan ke seluruh dunia.[1]
Selain
karena kepercayaan bahwa bumi itu bulat, bangsa Eropa terdorong untuk melakukan
penjelajahan dengan tujuan untuk mendatangi negeri-negeri timur yang kaya raya.
Namun pada akhirnya, tujuan tersebut berubah menjadi praktik penjajahan dan
Indonesia pun tak luput dari penjajahan yang dilakukan bangsa barat tersebut.
Praktik penjajahan yang dilakukan oleh bangsa barat dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu kolonialisme
dan imperialisme.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang
sebelumnya, maka permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian Imperialisme dan
Kolonialisme ?
2. Apa ruang lingkup dan pembagian
Imperialisme ?
3. Bagaimana sebab dan akibat dari
Imperialisme ?
4. Apa perbedaan dan persamaan
Imperialisme dan Kolonialisme ?
5. Bagaimana faktor – faktor pendorong
terjadinya penjelajahan Dunia ?
6.
Bagaimana perdagangan Asia dan munculnya Imperialisme dan Kolonialisme
Barat ?
C. Tujuan Penulisan
Sesuai rumusan masalah di atas, maka tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui Sejarah
pengertian Imperialisme dan Kolonialisme.
2. Untuk mengetahui ruang lingkup dan
pembagian Imperialisme.
3. Untuk mengetahui sebab dan akibat
dari Imperialisme.
4. Untuk mengetahui perbedaan dan
persamaan Imperialisme dan Kolonialisme.
5. Untuk mengetahui faktor – faktor
pendorong terjadinya penjelajahan Dunia ?
6.
Untuk mengetahui bagaimana perdagangan Asia dan munculnya Imperialisme
dan Kolonialisme Barat.
D.
Manfaat Penulisan
Manfaat atau nilai yang terkandung
dari makalah ini yaitu (khususnya bagi mahasiswa) agar mahasiswa lebih
mengetahui serta lebih memahami mengenai Pengertian Imperialisme dan
Kolonialisme serta macam – macam dan sebab akibat dari Imperialisme dan
Kolonialisme, baik itu penjelasan,
penguraian, serta pengidentifikasian
yang dapat di aplikasikan dalam
proses pembelajaran sehari- hari.
E.
Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini,
penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1.
Metode pustaka
Penulis mencari sumber dari buku-buku yang
berhubungan atau berkaitan dengan topik yang dibahas.
2.
Metode browsing
Penulis memperoleh data-data yang berhubungan dengan
pokok bahasan dengan mencari (searching) di internet.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Imperialisme dan Kolonialisme
1.1 Imperialisme
Istilah imperialisme yang diperkenalkan
di Perancis pada tahun 1830-an , imperium Napoleon Bonaparte. Pada tahun
1830-an, istilah ini diperkenalkan oleh penulis Inggris untuk menerangkan
dasar-dasar perluasan kekuasaan yang dilakukan oleh Kerajaan Inggris. Orang
Inggris menganggap merekalah yang paling berkuasa (Greater Britain) karena
mereka telah banyak menguasai dan menjajah di wilayah Asia dan Afrika. Mereka
menganggap bahwa penjajahan bertujuan untuk membangun masyarakat yang dijajah
yang dinilai masih terbelakang dan untuk kebaikan dunia.
Imperialisme adalah sebuah produk dari
kapitalisme industrial yang sangat maju. Imperialisme adalah hasrat dari setiap
negeri kapitalis industrial untuk mengendalikan atau menjajah semua daerah –
daerah agraria luas (penekanan dari Kautsky), tidak peduli Negara yang mana
yang mendudukinya.[2]
Imperialisme adalah usaha memperluas
kekuasaan suatu negara untuk menguasai negara lain. Imperialisme dapat dibagi
menjadi dua macam, yaitu imperialisme kuno dan imperialisme modern.
Imperialisme kuno berlangsung sebelum revolusi industri dan bertujuan untuk
memiliki kekayaan (gold), mencapai kejayaan (glory), dan menyebarkan agama
(gospel). Spanyol dan portugis adalah negara yang menjalankan imperialisme
kuno. Sementara Inggris merupakan negara yang menganut imperialisme modern.[3]
Imperialisme ialah sebuah (kebijakan) di mana sebuah
negara besar dapat memegang kendali atau pemerintahan atas
daerah lain agar negara itu bisa dipelihara atau berkembang. Sebuah contoh
imperialisme terjadi saat negara-negara itu menaklukkan atau
menempati tanah-tanah itu.[4]
Imperialism adalah usaha memperluas
wilayah kekuasaan atau jajahan untuk mendirikan imperium atau kekaisaran.
Menurut sifatnya, imperialism Dapat di bedakan menjadi dua, yaitu imperialisme
Kuno dan imperialisme Modern.[5]
Imperialisme adalah usaha memperluas wilayah kekuasaan atau
jajahan untuk mendirikan imperium atau kekaisaran.
Imperialisme
mengandung pengertian yaitu perluasan daerah kekuasaan atau jajahan
untuk mendirikan kekaisaran atau imperium. Atau dengan kata lain imperialisme
adalah suatu sistem penjajahan langsung dari suatu negara terhadap negara lain,
yang bertujuan untuk kepentingan negara penjajah. Dari pengertian imperium itulah muncul
pengertian imperialisme dan yang melaksanakan adalah imperator.
Menurut saya pengertian
dari Imperialisme adalah suatu
sistem penjajahan langsung dari suatu negara terhadap negara lainnya.
Perkataan Imperialisme pertama kali dari Negara Inggris pada
akhir abad XIX. Disraeli, yaitu perdana
menteri Inggris,
ketika itu menjelmakan politik yang ditujukan pada perluasan kerajaan Inggris hingga
suatu "impire" yang meliputi seluruh dunia. Politik Disraeli
ini mendapat opisisi yang kuat. Golongan oposisi takut kalau-kalau politik
Disraeli itu akan menimbulkan krisis-krisis internasional. Karena itu mereka
menghendaki pemusatan perhatian pemerintah pada pembangunan dalam negeri dari
pada berkecipuhan dalam sola-soal luar negeri. Golongan oposisi ini disebut
golongan dan golongan Disraeli (Joseph Chamberlain, Cecil Rhodes)
disebut golongan "Empire" atau golongan
"Imperialisme". Timbulnya perkataan imperialis atau imperialisme,
mula-mula hanya untuk membeda-bedakan golangan Disraeli dari golongan
oposisinya, kemudian mendapat isi lain hingga mengandung arti seperti yang kita
kenal sekarang.
Perkataan imperialisme berasal dari kata
Latin "imperare" yang artinya
"memerintah". Hak untuk memerintah (imperare) disebut "imperium".
Orang yang diberi hak itu (diberi imperium) disebut "imperator".
Yang lazimnya diberi imperium itu ialah raja, dan karena itu
lambat-laun raja disebut imperator dan kerajaannya (ialah
daerah dimana imperiumnyaberlaku) disebut imperium.
Pada zaman dahulu kebesaran seorang raja diukur menurut luas daerahnya, maka
raja suatu negara ingin selalu memperluas kerajaannya dengan merebut
negara-negara lain. Tindakan raja inilah yang disebut imperialisme oleh
orang-orang sekarang, dan kemudian ditambah dengan pengertian-pengertian lain
hingga perkataan imperialisme mendapat arti-kata yang kita kenal sekarang ini.
hingga kata imperealisme ini bisa digunakan untuk dan menetap dimana saja.
Imperialisme ialah politik untuk menguasai
(dengan paksaan) seluruh dunia untuk kepentingan diri sendiri yang dibentuk
sebagai imperiumnya. "Menguasai" disini tidak perlu
berarti merebut dengan kekuatan senjata, tetapi dapat dijalankan dengan
kekuatan ekonomi, kultur, agama dan ideologi,
asal saja dengan paksaan. Imperium disini tidak perlu berarti
suatu gabungan dari jajahan-jajahan, tetapi dapat berupa daerah-daerah
pengaruh, asal saja untuk kepentingan diri sendiri. Apakah beda antara
imperialisme dan kolonialisme ? Imperialisme ialah politik yang dijalankan
mengenai seluruh imperium. Kolonialisme ialah
politik yang dijalankan mengenai suatu koloni, sesuatu
bagian dari imperium jika imperium itu
merupakan gabungan jajahan-jajahan.[6]
1.2 Kolonialisme
Koloni
merupakan negeri, tanah jajahan yang dikuasai oleh sebuah kekuasaan asing.
Koloni adalah satu kawasan diluar wilayah negara asal atau induk. Tujuan utama
kolonialisme adalah kepentingan ekonomi.Kebanyakan koloni yang yang dijajah
adalah wilayah yang kaya akan bahan mentah, keperluan untuk mendapatkan bahan
mentah adalah dampak dari terjadinya Revolusi Industri di Inggris.
Istilah
kolonialisme bermaksud memaksakan satu bentuk pemerintahan atas sebuah wilayah
atau negeri lain (tanah jajahan) atau satu usaha untuk mendapatkan sebuah
wilayah baik melalui paksaan atau dengan cara damai. Usaha untuk mendapatkan
wilayah biasanya melalui penaklukan. Penaklukan atas sebuah wilayah bisa
dilakukan secara damai atau paksaan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pada mulanya mereka membeli barang dagangan dari penguasa lokal, untuk
memastikan pasokan barang dapat berjalan lancar mereka kemudian mulai
campur tangan dalam urusan
pemerintahan penguasa setempat dan biasanya mereka akan berusaha menjadikan
wilayah tersebut sebagai tanah jajahan mereka. Negara yang menjajah
menggariskan panduan tertentu atas wilayah jajahannya, meliputi aspek kehidupan
sosial, pemerintahan, undang-undang dan sebagainya.
Sejarah
perkembangan kolonialisme bermula ketika Vasco da Gama dari Portugis berlayar
ke india pada tahun 1498. Di awali dengan pencarian jalan ke Timur untuk
mencari sumber rempah-rempah perlombaan mencari tanah jajahan dimulai. Kuasa
Barat Portugis dan Spanyol kemudian diikuti Inggris dan Belanda berlomba-lomba
mencari daerah penghasil rempah-rempah dan berusaha mengusainya. Penguasaan
wilayah yang awalnya untuk kepentingan ekonomi akhirnya beralih menjadi
penguasaan atau penjajahan politik yaitu campur tangan untuk menyelesaikan
pertikaian, perang saudara, dan sebagainya. Ini karena kuasa
kolonial tersebut ingin menjaga
kepentingan perdagangan mereka daripada pergolakan politik lokal yang bisa
mengganggu kelancaran perdagangan mereka.
Kolonialisme
berkembang pesat setelah perang dunia I. Sejarah kolonialisme Eropa dibagi
dalam tiga peringkat. Pertama dari abad 15 hingga Revolusi industry (1763) yang
memperlihatkan kemunculan kuasa Eropa seperti Spanyol dan Portugis. Kedua,
setelah Revolusi Industri hingga tahun 1870-an. Ketiga, dari tahun 1870-an
hingga tahun 1914 ketika meletusnya Perang Dunia I yang merupakan puncak
pertikaian kuasa-kuasa imperialis
Kolonialisme adalah
pengembangan kekuasaan sebuah negara atas wilayah dan manusia di luar batas
negaranya, seringkali untuk mencari dominasi ekonomi dari sumber daya, tenaga
kerja, dan pasar wilayah tersebut. Istilah ini juga menunjuk kepada suatu
himpunan keyakinan yang digunakan untuk melegitimasikan atau mempromosikan
sistem ini, terutama kepercayaan bahwa moral dari pengkoloni lebih hebat ketimbang yang
dikolonikan.
Kolonialisme berasal dari kata colonia dalam bahasa latin yang artinya tanah
permukiman/ jajahan. Kolonialisme
tujuannya untuk menguras sumber-sumber kekayaan daerah koloni demi perkembangan
industri dan memenuhi kekayaan negara yang melaksanakan politik kolonial
tersebut..
Pendukung dari kolonialisme
berpendapat bahwa hukum kolonial menguntungkan negara yang dikolonikan dengan
mengembangkan infrastruktur ekonomi dan politik yang dibutuhkan untuk
pemodernisasian dan demokrasi. Mereka menunjuk ke bekas koloni
sepertiAmerika Serikat, Australia, Selandia Baru, Hong Kong dan Singapura sebagai
contoh sukses pasca-kolonialisme.
Peneori
ketergantungan seperti Andre Gunder
Frank, berpendapat bahwa kolonialisme sebenarnya menuju ke
pemindahan kekayaan dari daerah yang dikolonisasi ke daerah pengkolonisasi, dan
menghambat kesuksesan pengembangan ekonomi.
Pengkritik post-kolonialisme seperti Franz Fanon berpendapat bahwa kolonialisme merusak
politik, psikologi, dan moral negara terkolonisasi.
Collins English Dictionary
mendefinisikan kolonialisme sebagai "kebijakan dan praktek kekuatan dalam
memperluas kontrol atas masyarakat lemah atau daerah." The Merriam-Webster
Dictionary menawarkan empat definisi, termasuk "karakteristik sesuatu koloni"
dan "kontrol oleh satu kekuatan di daerah yang bergantung atau orang-orang
". The Encyclopedia 2.006 Stanford Filsafat "menggunakan istilah
'kolonialisme' untuk menggambarkan proses penyelesaian Eropa dan kontrol
politik atas seluruh dunia, termasuk Amerika, Australia, dan sebagian Afrika
dan Asia." Ini membahas perbedaan antara kolonialisme dan imperialisme dan
menyatakan bahwa "mengingat kesulitan konsisten membedakan antara dua
istilah, entri ini akan menggunakan kolonialisme sebagai suatu konsep umum yang
mengacu pada proyek dominasi politik Eropa dari keenam belas hingga abad kedua
puluh yang berakhir dengan gerakan-gerakan pembebasan nasional dari tahun
1960-an ".
Dalam pengantarnya untuk Jürgen
Osterhammel yang Kolonialisme: Sebuah Tinjauan Teoritis, Roger Tignor
mengatakan, "Untuk Osterhammel, esensi kolonialisme adalah adanya koloni,
yang secara definisi diatur berbeda dari wilayah lain seperti protektorat atau
bola informal pengaruh." Dalam buku tersebut, Osterhammel bertanya,
"Bagaimana bisa 'kolonialisme' didefinisikan secara independen dari
'koloni?'" Ia menempel pada definisi tiga-kalimat: Kolonialisme adalah
hubungan antara mayoritas (atau paksa diimpor) adat dan minoritas penyerbu
asing. Keputusan fundamental yang mempengaruhi kehidupan masyarakat terjajah
yang dibuat dan dilaksanakan oleh penguasa kolonial demi kepentingan yang
sering didefinisikan dalam sebuah metropolis yang jauh. Menolak kompromi budaya
dengan penduduk terjajah, penjajah yakin superioritas mereka sendiri dan mandat
mereka dihabiskan untuk memerintah.
Sejak abad keenam belas, Eropa mulai menjajah berbagai belahan
dunia. Penjajah pertama adalah bangsa Spanyol di bawah pimpinan Christopher
Columbus. Dalam waktu singkat, penjajah Spanyol menyerbu Amerika Selatan.
Mereka memperbudak penduduk asli, ras masyarakat yang sebelumnya hidup damai.
Wilayah Amerika Selatan, yang kaya emas dan perak, dirampok oleh para penjarah
ini. Penduduk asli yang berusaha melawan dibantai.[7]
Menyusul Spanyol; Portugis, Belanda dan Inggris turut ambil bagian
dalam memperebutkan daerah jajahan. Di abad kesembilan belas, Inggris menjadi
imperium kolonial terbesar di dunia. Dari India hingga Amerika Latin, imperium
Inggris mengeruk habis sumber-sumber kekayaan alam. Bangsa kulit putih menjarah
dunia demi kepentingannya sendiri.
Tentu saja kaum penjajah ini tak ingin dikenang sepanjang sejarah
sebagai “penjarah”. Karenanya, mereka berusaha mendapatkan pembenaran bagi
tindakannya ini. Mereka berdalih dengan menganggap bangsa terjajah sebagai
“kaum primitif atau terbelakang”, bahkan “makhluk mirip binatang”. Pandangan
ini pertama kali dikemukakan di masa awal penjajahan, masa ketika Christopher
Columbus berlayar menuju Amerika. Dengan menganggap penduduk asli Amerika bukan
manusia murni, tapi spesies binatang yang telah berkembang, penjajah Spanyol
membenarkan perbudakan yang mereka lakukan.
Saat peristiwa ini terjadi, dalih tersebut tidak mendapat dukungan
luas. Sebab, waktu itu masyarakat Eropa secara luas masih percaya bahwa semua
manusia diciptakan sama oleh Tuhan dan semuanya berasal dari moyang yang sama,
yakni Nabi Adam.
Namun, segalanya berubah di abad kesembilan belas. Tumbuh suburnya
paham materialime menyebabkan masyarakat mulai mengabaikan kenyataan bahwa
manusia diciptakan oleh Tuhan. Ini juga berarti kelahiran paham rasisme.
Landasan ilmiah rasisme adalah teori evolusi Darwin. Ahli
antropologi India, Lalita Vidyarthi menyatakan:
Teori Darwin tentang “kelangsungan hidup bagi yang terkuat“ disambut
hangat oleh ilmuwan sosial masa itu, dan mereka percaya bahwa manusia meraih
tangga evolusi yang berbeda, yang berpuncak pada peradaban bangsa kulit putih.
Hingga paruh kedua abad ke-19, rasisme diterima sebagai fakta oleh mayoritas
ilmuwan barat.
Dengan pandangan rasial seperti ini, Darwin memberikan dukungan
penuh bagi penjajahan oleh bangsa Eropa. Imperialisme Inggris zaman Victoria
mengambil teori Darwin sebagai
dasar dan pembenaran ilmiahnya.
Pendukung dari kolonialisme berpendapat bahwa hukum
kolonial menguntungkan negara yang dikolonikan dengan mengembangkan infrastruktur
ekonomi dan politik yang dibutuhkan untuk pemodernisasian dan demokrasi.
Mereka menunjuk ke bekas koloni seperti Amerika
Serikat, Australia, Selandia Baru, Hong Kong dan Singapura sebagai contoh sukses pasca-kolonialisme.
Peneori ketergantungan seperti Andre Gunder Frank,
berpendapat bahwa kolonialisme sebenarnya menuju ke pemindahan kekayaan dari
daerah yang dikolonisasi ke daerah pengkolonisasi, dan menghambat kesuksesan
pengembangan ekonomi.
Pengkritik post-kolonialisme seperti Franz Fanon berpendapat bahwa kolonialisme merusak
politik, psikologi, dan moral negara terkolonisasi. Penulis dan politikus India Arundhati Roy berkata bahwa perdebatan antara pro
dan kontra dari kolonialisme/ imperialisme adalah seperti "mendebatkan pro
dan kontra pemerkosaan".
B. Ruang Lingkup Imperialisme
Imperialisme merujuk pada sistem
pemerintahan serta hubungan ekonomi dan politik negara-negara kaya dan berkuasa
, mengawal dan menguasai Negara-negara lain yang dianggap terbelakang dan
miskin dengan tujuan mengeksploitasi sumber-sumber yang ada di negara tersebut
untuk menambah kekayaan dan kekuasaan negara penjajahnya.
Imperialisme menonjolkan sifat-sifat
keunggulan (hegemony) oleh satu bangsa atas bangsa lain. Tujuan utama
imperialisme adalah menambah hasil ekonomi. Negara-negara imperialis ingin
memperoleh keuntungan dari negeri yang mereka kuasai karena sumber ekonomi
negara mereka tidak mencukupi. Selain faktor ekonomi, terdapat satu kepercayaan
bahwa sebuah bangsa lebih mulia atau lebih baik dari bangsa lain yang dikenal
sebagai ethnosentrism, contoh bangsa Jerman (Arya) dan Italia. Faktor lain yang
menyumbang pada dasar imperialism adalah adanya perasaan ingin mencapai taraf
sebagai bangsa yang besar dan memerintah dunia, misalnya dasar imperialisme
Jepang.
Dasar imperialisme awalnya bertujuan
untuk menyebarkan ide-ide dan kebuadayaan Barat ke seluruh dunia. Oleh karena
itulah, imperialisme bukan hanya dilihat sebagai penindasan terhadap tanah jajahan
tetapi sebaliknya dapat menjadi faktor pendorong pembaharuan-pembaharuan yang
dapat menyumbang kearah pembinaan sebuah bangsa seperti pendidikan, kesehatan,
perundang-undangan dansistem pemerintahan.
Sarjana Barat membagi imperialisme dalam
dua kategori yaitu imperialism kuno dan imperialisme modern. Imperialisme kuno
adalah negara-negara yang berhasil menaklukan atau menguasai negara-negara
lain, atau yang mempunyai suatu imperium seperti imperium Romawi, Turki Usmani,
dan China, termasuk spanyol, Portugis, Belanda, Inggris dan Perancis yang
memperoleh jajahan di Asia, Amerika dan Afrika sebelum 1870, tujuan
imperialisme kuno adalah selain faktor ekonomi (menguasai daerah yang kaya
dengan sumber daya alam) juga termasuk didalamnya tercakup faktor agama dan
kajayaan. Sedangkan Imperialisme modern bermula setelah Revolusi Industri di
Inggris tahun 1870-an.
Hal yang menjadi faktor pendorongnya
adalah adanya kelebihan modal dan Barang di negara-negara Barat. Selepas tahun
1870-an , Negara-negara Eropa berlomba-lomba mencari daerah jajahan di wilayah
Asia, Amerika dan Afrika. Mereka mencari wilayah jajahan sebagai wilayah
penyuplai bahan baku dan juga sebagai daerah pemasaran hasil industri mereka.
Dasar Imperialisme ini dilaksanakan demi agama, mereka menganggap bahwa menjadi
tugas suci agama untuk menyelamatkan manusia dari segala macam penindasan dan
ketidakadilan terutama di negara-negara yang dianggap terbelakang seperti para
misionaris Kristen yang menganggap misi penyelamat ini sebagai The White Man Burden.
Diantara faktor-faktor yang melatarbelakangi munculnya imperialisme adalah
faktor dan ekonomi
C. Pembagian Imperialisme
- Imperialisme Kuno (Ancient Imperialism). Inti dari imperialisme kuno adalah semboyan gold, gospel, and glory (kekayaan, penyebaran agama dan kejayaan). Suatu negara merebut negara lain untuk menyebarkan agama, mendapatkan kekayaan dan menambah kejayaannya. Imperialisme ini berlangsung sebelum revolusi industri dan dipelopori oleh Spanyol dan Portugal.
- Imperialisme Modern (Modern Imperialism). Inti dari imperialisme modern ialah kemajuan ekonomi. Imperialisme modern timbul sesudah revolusi industri. Industri besar-besaran (akibat revolusi industri) membutuhkan bahan mentah yang banyak dan pasar yang luas. Mereka mencari jajahan untuk dijadikan sumber bahan mentah dan pasar bagi hasil-hasil industri, kemudian juga sebgai tempat penanaman modal bagi kapital surplus.
Pembagian imperialisme dalam imperialisme
kuno dan imperialisme modern ini didasakan pada soal untuk apa si imperialis
merebut orang lain.
Jika mendasarkan pendangan pada sektor apa
yang ingin direbut si imperialis, maka akan mendapatkan pembagian macam imperialisme
yang lain, yaitu:
- Imperialisme politik. Si imperialis hendak mengusai segala-galnya dari suatu negara lain. Negara yang direbutnya itu merupakan jajahan dalam arti yang sesungguhnya. Bentuk imperialisme politik ini tidak umum ditemui di zaman modern karena pada zaman modern paham nasionalisme sudah berkembang. Imperialisme politik ini biasanya bersembunyi dalam bentuk protectorate dan mandate.
- Imperialisme Ekonomi. Si imperialis hendak menguasai hanya ekonominya saja dari suatu negara lain. Jika sesuatu negara tidak mungkin dapat dikuasai dengan jalan imperialisme politik, maka negara itu masih dapat dikuasai juga jika ekonomi negara itu dapat dikuasai si imperialis. Imperialisme ekonomi inilah yang sekarang sangat disukai oleh negara-negara imperialis untuk menggantikan imperialisme politik.
- Imperialisme Kebudayaan. Si imperialis hendak menguasai jiwa (de geest, the mind) dari suatu negara lain. Dalam kebudayaan terletak jiwa dari suatu bangsa. Jika kebudayaannya dapat diubah, berubahlah jiwa dari bangsa itu. Si imperialis hendak melenyapkan kebudayaan dari suatu bangsa dan menggantikannya dengan kebudayaan si imperialis, hingga jiwa bangsa jajahan itu menjadi sama atau menjadi satu dengan jiwa si penjajah. Menguasai jiwa suatu bangsa berarti mengusai segala-galanya dari bangsa itu. Imperialisme kebudayaan ini adalah imperialisme yang sangat berbahaya, karena masuknya gampang, tidak terasa oleh yang akan dijajah dan jika berhasil sukar sekali bangsa yang dijajah dapat membebaskan diri kembali, bahkan mungkin tidak sanggup lagi membebaskan diri.
- Imperialisme Militer (Military Imperialism). Si imperialis hendak menguasai kedudukan militer dari suatu negara. Ini dijalankan untuk menjamin keselamatan si imperialis untuk kepentingan agresif atau ekonomi. Tidak perlu seluruh negara diduduki sebagai jajahan, cukup jika tempat-tempat yang strategis dari suatu negara berarti menguasai pula seluruh negara dengan ancaman militer.
D. Sebab –
Sebab Imperialisme
1.
Keinginan
untuk menjadi jaya, menjadi bangsa yang terbesar di seluruh dunia (ambition,
eerzucht). Tiap bangsa ingin menjadi jaya. Tetapi sampai dimanakah
batas-batas kejayaan itu ? Jika suatu bangsa tidak dapat mengendalikan
keinginan ini, mudah bangsa itu menjadi bangsa imperialis. Karena itu dapat
dikatakan, bahwa tiap bangsa itu mengandung benih imperialisme.
2.
Perasaan
sesuatu bangsa, bahwa bangsa itu adalah bangsa istimewa di dunia ini (racial
superiority). Tiap bangsa mempunyai harga diri. Jika harga diri ini
menebal, mudah menjadi kecongkakan untuk kemudian menimbulakan anggapan, bahwa
merekalah bangsa teristimewa di dunia ini, dan berhak menguasai, atau mengatur
atau memimpin bangsa-bangsa lainnya.
3.
Hasrat
untuk menyebarkan agama atau ideologi dapat menimbulkan imperialisme. Tujuannya
bukan imperialisme, tetapi agama atau ideologi. Imperialisme di sini dapat
timbul sebagai "bij-product" saja. Tetapi jika
penyebaran agama itu didukung oleh pemerintah negara, maka sering tujuan
pertama terdesak dan merosot menjadi alasan untuk membenarkan tindakan
imperialisme.
4.
Letak
suatu negara yang diangap geografis tidak menguntungkan. Perbatasan suatu
negara mempunyai arti yang sangat penting bagi politik negara.
5.
Sebab-sebab
ekonomi. Sebab-sebab ekonomi inilah yang merupakan sebab yang terpenting dari
timbulnya imperialisme, teistimewa imperialisme modern.
1.
Keinginan
untuk mendapatkan kekayaan dari suatu negara
2.
Ingin
ikut dalam perdagangan dunia
3.
Ingin
menguasai perdagangan
4.
Keinginan
untuk menjamin suburnya industri
E. Akibat – akibat Imperialisme
1.
Akibat
politik
a)
Terciptanya
tanah-tanah jajahan
b)
Politik
pemerasan
c)
Berkorbarnya
perang kolonial
d)
Timbulnya
politik dunia (wereldpolitiek)
e)
Timbulnya nasionalisme
2.
Akibat
Ekonomis
a)
Negara
imperialis merupakan pusat kekayaan, negara jajahan lembah kemiskinan
b)
Industri
si imperialis menjadi besar, perniagaan bangsa jajahan lenyap
c)
Perdagangan
dunia meluas
d)
Adanya
lalu-lintas dunia (wereldverkeer)
e)
Kapital
surplus dan penanamna modal di tanah jajahan
f)
Kekuatan
ekonomi penduduk asli
tanah jajahan lenyap
3.
Akibat sosial
a)
Si
imperialis hidup mewah sementara yang dijajah serba kekurangan
b)
Si
imperialis maju, yang dijajah mundur
c)
Rasa
harga diri lebih pada bangsa penjajah, rasa harga diri kurang pada bangsa yang
dijajah
d)
Segala
hak ada pada si imperialis, orang yang dijajah tidak memiliki hak apa-apa
e)
Munculnya
gerakan Eropa-isasi.
F. Perbedaan dan Persamaan Imperialisme dengan Kolonialisme
Perbedaan
1.
Kolonialisme
bertujuan untuk menguras habis sumber daya alam dari negara yang bersangkutan
untuk diangkut ke negara induk.
2.
Imperialisme
bertujuan untuk menanamkan pengaruh pada semua bidang kehidupan negara yang
bersangkutan.
Persamaan
Persamaan kolonialisme dan imperialisme
adalah akan membuat negara penjajah menjadi makmur, sementara yang dijajah semakin
menderita.[8]
Sifat dari kedua
imperialisme di atas adalah sama, hanya sistemnya yang berbeda. Sifat hakikinya
berupa nafsu serakah untuk mendapatkan kekayaan. Kekayaan yang dikejar pada
masa imperialisme kuno biasanya berwujud emas atau logam mulia lainnya misalnya
perak. Sistem yang mendukungnya adalah merkhantilisme di mana dalam prakteknya
melakukan monopoli, kerja paksa dan sebagainya. Sedangkan pada imperialisme
modern didukung oleh industrialisme serta perdagangan bebas, serta upah buruh
yang sangat minim, tanpa memilik hak dalam produksi[9]
G. Faktor-faktor
pendorong terjadinya penjelajahan dunia
Adapun Faktor – factor
pendorong terjadinya penjajahan dunia antara lain:
1. Semangat reconguesta, yaitu semangat
pembalasan terhadap kekuasaan Islam di mana pun yang dijumpainya sebagai tindak
lanjut dari Perang Salib.
2. Semangat gospel, yaitu semangat untuk
menyebarkan agama Nasrani.
3. Semangat glory, yaitu semangat memperoleh
kejayaan atau daerah jajahan.
4. Semangat gold, yaitu semangat untuk
mencari kekayaan/emas.
5. Perkembangan teknologi kemaritiman yang
memungkinkan pelayaran dan perdagangan yang lebih luas, termasuk menyeberangi
Samudra Atlantik.
6. Adanya sarana pendukung seperti kompas,
teropong, mesiu, dan peta yang menggambarkan secara lengkap dan akurat garis
pantai, terusan, dan pelabuhan.
7. Adanya buku Imago Mundi yang menceritakan
perjalanan Marco Polo (1271-1292).
8. Perjalanan Ordoric da Pardenone menuju Campa
yang sempat singgah di Jawa pada abad ke-14. Ordoric melaporkan sekilas
mengenai kebesaran Majapahit.
9. Penemuan Copernicus yang didukung oleh Galileo
yang menyatakan bahwa bumi itu bulat seperti bola, matahari merupakan pusat
dari seluruh benda-benda antariksa. Bumi dan bendabenda antariksa lainnya
beredar mengelilingi matahari (teori Heliosentris).
H. Perdagangan
Asia dan Munculnya Imperialisme dan Kolonialisme Barat
Di zaman perekonomian Asia yang telah
maju, perekonomian Eropa justru masih tertinggal jauh. Pusat perkembangan
ekonomi dan politik dunia dalam abad ke-14 s/d abad ke-15 adalah dunia Islam, khususnya
imperium Turki Usmani (Ottoman) yang telah menguasai wilayah-wilayah strategis
yang semula dikuasai oleh Romawi-Byzantium. Penguasaan atas wilayah-wilayah itu
sekaligus telah menyekat jalur perdagangan dari Timur ke Barat yang
mengakibatkan barang-barang dagangan dari Timur seperti rempah-remapah menjadi
langka dan harganya melambung tinggi. Meskipun harganya relatif tinggi ternyata
minat masyarakat Eropa waktu itu terhadap komoditi itu tidak menurun, bahkan
cenderung meningkat. Oleh karena itu maka para penguasa dan pengusaha atau
pedagang Eropa berupaya mencari jalan alternatif ke daerah penghasil komoditi
tersebut. Meningkatnya permintaan baik dari Eropa maupun dari tempat lainnya
seperti India secara tidak lengsung telah mendorong para produsen di kepulauan
Nusantara, khususnya kepulauan Maluku memperluas tanaman ekspornya, terutama
pala dan cengkeh. Selain adanya perluasan seperti pala dan cengkeh, juga di
beberapa pulau, seperti di Sumatera dikembangkan pula komoditi lain yang juga
sangat diminati orang-orang Eropa, yaitu lada. Walaupun harganya hanya separuh
rempah-rempah, namun waktu itu lada sudah termasuk komoditi ekspor yang penting
dari wilayah Nusantara, bahkan Asia Tenggara. Menurut beberapa sumber, tanaman
ini mulanya merupakan barang dagangan dari Kerala, pantai Malabar di India
barat daya, yang dikenal oleh orang-orang Arab dan Eropa sebagai “negeri lada”.
Sejak kapan lada dibumidayakan oleh penduduk Sumatera tidak begitu jelas.
Persaingan perdagangan yang terjadi
antar bangsa Eropa di Indonesia sangat merugikan Belanda. Oleh karena itu,
timbul pemikiran pada orang-orang Belanda agar perusahaan-perusahaan yang
bersaing itu menggabungkan diri dalam satu organisasi. Akhirnya mereka
membentuk Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) artinya Perserikatan
Maskapai Hindia Timur. VOC terbentuk pada tanggal 20 Maret 1602 Di Indonesia
VOC memiliki wewenang.[10]
Tujuan pembentukan VOC sebenarnya tidak
hanya untuk menghindari persaingan di antara pedagang Belanda, tetapi juga:
1. menyaingi
kongsi dagang Inggris di India, yaitu EIC (East India Company),
2. menguasai
pelabuhan-pelabuhan penting dan kerajaan-kerajaan, serta
3. melaksanakan
monopoli perdagangan rempah-rempah.
Di Indonesia, VOC berusaha mengisi kas
keuangannya yang kosong. VOC menerapkan aturan baru yaitu Verplichte Leverantie
atau penyerahan wajib. Tiap daerah diwajibkan menyerahkan hasil bumi kepada VOC
menurut harga yang telah ditentukan.
Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan
leluasa VOC diberi hak-hak istimewa oleh pemerintah Belanda :
1. Memonopoli
perdagangan
2. Mencetak
dan mengedarkan uang
3. Mengangkat
dan memperhentikan pegawai
4. Mengadakan
perjanjian dengan raja-raja
5. Memiliki
tentara untuk mempertahankan diri
6. Mendirikan
benteng
7. Menyatakan
perang dan damai
8. Mengangkat
dan memberhentikan penguasa-penguasa setempat.
Peraturan-peraturan yang ditetapkan VOC
dalam melaksanakan monopoli perdagangan antara lain :[11]
a).Verplichte Laverantie
Yaitu penyerahan wajib hasil bumi dengan harga yg telah ditetapkan oleh
VOC,dan
melarang rakyat menjual hasil buminya selain
kepada VOC.
b).Contingenten
Yaitu kewajiban bagi rakyat untuk membayar pajak berupa hasil bumi.
c).Peraturan tentang ketentuan areal dan
jumlah tanaman rempah-rempah yang boleh
ditanam.
d).Ekstirpasi
Yaitu hak VOC untuk menebang tanaman
rempah-rempah agar tidak terjadi over
produksi yg dapat menyebabkan harga rempah-rempah merosot.
e).Pelayaran Hongi
Yaitu pelayaran dengan perahu kora-kora (perahu perang) untuk mengawasi
pelaksanaan monopoli perdagangan VOC dan menindak pelanggarnya.
Hasil bumi yang wajib diserahkan yaitu
lada, kayu manis, beras, ternak, nila, gula, dan kapas. Selain itu, VOC juga
menerapkan Prianger stelsel, yaitu aturan yang mewajibkan rakyat Priangan
menanam kopi dan menyerahkan hasilnya kepada VOC.
Gubernur jenderal VOC yang pertama
adalah Pieter Both (1610-1619). Pada mulanya Ambon di pilih sebagai pusat
kegiatan VOC. Pada periode berikutnya Jayakarta dipilih sebagai pusat kegiatan
VOC.
Orang-orang VOC mulai menampakkan sifatnya
yang congkak, kejam, dan ingin menang sendiri. VOC ingin mengeruk keuntungan
sebesar-besarnya melalui monopoli perdagangan.
VOC mulai ikut campur dalam berbagai
konflik antara penguasa yang satu dengan penguasa yang lain. Beberapa kerajaan
di yang Perubahan sikap VOC itu telah menimbulkan kekecewaan bagi rakyat dan
penguasa di Indonesia. Perubahan sikap itu terutama sekali terjadi pada masa
pemerintahan Gubernur Jenderal VOC yang kedua yaitu Jan Pieterzoon Coen.[12]
Dengan dibangunnya benteng-benteng dan
loji-loji sebagai pusat kegiatan VOC, maka jalur-jalur perdagangan di kepulauan
Nusantara telah dikendalikan oleh VOC. Untuk mengendalikan kegiatan monopoli
perdagangan rempah-rempah di Indonesia bagian timur, khususnya Maluku, diadakan
Pelayaran Hongi.
Untuk mengisi kasnya yang kosong, VOC
menerapkan sejumlah kebijakan seperti hak monopoli, penyerahan wajib, penanaman
wajib, dan tenaga kerja wajib yang sebenarnya telah menjadi bagian dari
struktur dan kultur yang telah ada sebelumnya. Penyerahan wajib (Verplichte
Leverantie) mewajibkan rakyat Indonesia di tiaptiap daerah untuk menyerahkan
hasil bumi berupa lada, kayu, beras, kapas, kapas, nila, dan gula kepada VOC.
Untuk semakin memperbesar kekuasaanya di
Indonesia, VOC melakukan cara-cara politik devide et impera atau politik adu
domba, dan tipu muslihat. Misalnya kalau ada persengketaan antara kerajaan
yang satu dengan kerajaan yang lain,
mereka mencoba membantu salah satu pihak.
Kejayaan VOC ternyata tidak bertahan
lama. Dalam perkembangannya VOC mengalami masalah yang besar, yakni
kebangkrutan.
Kemunduran
dan kebangkrutan VOC terjadi sejak awal abad ke-18 disebabkan oleh :
- Banyak korupsi yg dilakukan oleh pegawai-pegawai VOC.
- Anggaran pegawai terlalu besar sebagai akibat makin luasnya wilayah kekuasaan VOC.
- Biaya perang untuk memadamkan perlawanan rakyat terlalu besar.
- Persaingan dengan konsi dagang negara lain,misalnya dengan EIC milik Inggris.
- Hutang VOC yang sangat besar.
- Pemberian deviden kepada pemegang saham walaupun usahanyamengalami kemunduran
- Berkembangnya faham Liberalisme sehingga monopoli perdagangan yang diterapkan VOC tidak sesuai lagi untuk diteruskan.
- Pendudukan Perancis terhadap negara Belanda pada tahun 1795.
Kebangkrutan VOC ini terutama sekali
terjadi karena para pegawainya banyak yang melakukan korupsi. Waktu itu VOC
sudah sangat merosot, kas kosong, utang menumpuk dan tidak mampu lagi
menciptakan pengawasan dan keamanan atas wilayah Indonesia. Inilah sebabnya
maka pada tanggal 31 Desember 1799, VOC dibubarkan. Setelah VOC dibubarkan
kekuasaan kolonial di Indonesia diambil alih Pemerintah Belanda.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Imperialisme adalah usaha
memperluas kekuasaan suatu negara untuk menguasai negara lain. Imperialisme
dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu imperialisme kuno dan imperialisme
modern. Imperialisme kuno berlangsung sebelum revolusi industri dan bertujuan
untuk memiliki kekayaan (gold), mencapai kejayaan (glory), dan menyebarkan
agama (gospel). Spanyol dan portugis adalah negara yang menjalankan
imperialisme kuno. Sementara Inggris merupakan negara yang menganut
imperialisme modern.
Kolonialisme adalah sistem pemukiman
warga suatu negara di luar wilayah asalnya, kemudian daerah itu dinyatakan
sebagai bagian wilayah mereka. Tujuan utamanya menguras sumber kekayaan,
sedangkan kesejahteraan dan pendidikan rakyat daerah koloni, tidak diutamakan.
Adapun perbedaan dan persamaan Imperialisme dan Kolonialisme adalah sebagai
berikut:
Perbedaan
1.
Kolonialisme
bertujuan untuk menguras habis sumber daya alam dari negara yang bersangkutan
untuk diangkut ke negara induk.
2.
Imperialisme
bertujuan untuk menanamkan pengaruh pada semua bidang kehidupan negara yang
bersangkutan.
Persamaan
Persamaan kolonialisme dan
imperialisme adalah akan membuat negara penjajah menjadi makmur, sementara yang
dijajah semakin menderita.
DAFTAR PUSTAKA
Alam
S. Dan Henry Hidayat. 2008. Ilmu
Pengetahuan Sosial Untuk SMK dan Mak Kelas X. Jakarta: Erlangga.
Kansil,
CST. Dan Julianto. MA. tt. Sejarah
Pejuang Pergerakan Kebangsaan Indonesia, Jakarta: Erlangga.
Murod.
2009. Skl MA Kelas XII. Semarang:
Toha Putra.
Mutopo,
M.H. Abib dkk. 2007. Sejarah SMA Kelas X
Program IPS. Jakarta: Yudhistira.
Rochamadi,
Nur Wahyu. 2007. Ilmu Pengetahuan Sosial
Untuk Sekolah Menengah Kejuruan, Jilid I. Jakarta: Direktorat Jenderal
Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Yulianti.
2007. 1700 Bank Soal Sejarah dan Dunia
Untuk SMA/MA. Bandung: Yrama Widya.
[1] http://iwak-pithik.blogspot.com/2011/12/pengertian-kolonialisme
dan.html#sthash.l1npEPrv.dpuf/, diakses 17 Maret 2014, 15:30
[2] Die Neue Zeit, 1914, 2 (B. 32), S. 909, Sept. 11, 1914;cf. 1915, 2,
S.107 et seq. (Catatan Lenin)
[3] http://iwak-pithik.blogspot.com/2011/12/pengertian-kolonialisme-dan.html#sthash.l1npEPrv.dpuf/,
diakses 17 Maret 2014, 15:30
[5] http://pkbmberlian.wordpress.com/2012/10/19/pengertian-kolonialisme-dan-imperialisme/,
diakses 17 Maret 2014, 15:45
[8] http://iwak-pithik.blogspot.com/2011/12/pengertian-kolonialisme
dan.html#sthash.l1npEPrv.dpuf/, diakses 17 Maret 2014, 15:30
[10] Yudhistira, Seri bimbingan IPS
[11] http://belajar.kemdiknas.go.id,
diakses 17 Maret 2014, 16:02
[12] IPS Terpadu, Bailmu
No comments:
Post a Comment