BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kerajaan
Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Sebelumnya kerajaan Demak
merupakan keadipatian vazal dari kerajaan Majapahit. Kerajaan ini didirikan
oleh Raden Patah pada tahun 1500 hingga tahun 1550 (Soekmono: 1973). Raden
patah adalah bangsawan kerajaan Majapahit yang telah mendapatkan pengukuhan
dari Prabu Brawijaya yang secara resmi menetap di Demak dan mengganti nama
Demak menjadi Bintara (Muljana:
2005). Raden Patah menjabat sebagai adipati kadipaten Bintara, Demak..Atas
bantuan daerah-daerah lain yang sudah lebih dahulu menganut islam seperti
Jepara, Tuban dan Gresik, ia mendirikan Kerajaan Islam dengan Demak sebagai
pusatnya. Raden patah sebagai adipati Islam di Demak memutuskan ikatan dengan
Majapahit saat itu, karena kondisi Kerajaan Majapahit yang memang dalam kondisi
lemah. Bisa dikatakan munculnya Kerajaan Demak merupakan suatu proses
Islamisasi hingga mencapai bentuk kekuasaan politik. Apalagi munculnya Kerajaan
Demak juga dipercepat dengan melemahnya pusat Kerajaan Majapahit sendiri,
akibat pemberontakan serta perang perebutan kekuasaan di kalangan keluarga
raja-raja. (Poesponegoro:
1984).
Sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa,
Kerajaan Demak sangat berperan besar dalam proses Islamisasi pada masa itu.
Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan sebagai pusat
penyebaran agama Islam. Wilayah kekuasaan Demak meliputi Jepara, Tuban, Sedayu
Palembang, Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan. Di samping itu, Kerajaan Demak
juga memiliki pelabuhan-pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu,
Jaratan dan Gresik yang berkembang menjadi pelabuhan transito
(penghubung).
B. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun
tujuan penulisan makalah yang kami tulis, dalam pembuatan makalah Belajar dan
Pembelajaraan dengan perumusan masalah di atas adalah:
A. Menjelaskan
awal mula berdirinya kesultanan
Demak
B. Menjelaskan
kondisi politik kesultanan
Demak
C. Menjelaskan
kondisi ekonomi kesultanan
Demak
D. Menjelaskan
kondisi sosial – budaya kesultanan
Demak
E. Menjelaskan
peradaban kesultanan
Demak pada abad XVI
F. Menjelaskan perang saudara di kesultanan Demak
G. Menjelaskan keruntuhan Demak
H. Menjelaskan Demak dibawah kekuasaan raja – raja
Mataram
C. Metode Penulisan
Makalah
Metode
atau cara yang digunakan dalam penulisan makalah interaksi edukasi dan konsep
belajar serta pembelajaran dalam pembuatan makalah ini dalam mencari referensi
atau sumbernya yang kami buat adalah melakukan studi kepustakaan dan
mencari sumber dari Internet. Juga sumber-sumber lain yang dapat menjadikan
referensi makalah yang kami buat ini.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Awal Kesultanan Demak
Kerajaan Islam yang
pertama di Jawa adalah Demak, dan berdiri pada tahun 1478 M. Hal ini didasarkan
atas jatuhnya kerajaan Majapahit yang diberi tanda Candra Sengkala: Sirna
hilang Kertaning Bumi, yang berarti tahun saka 1400 atau 1478 M.
Kesultanan Demak itu didirikan
oleh Raden Fatah. Beliau selalu memajukan agama islam di bantu oleh para wali
dan saudagar Islam.Raden Fatah nama kecilnya adalah Pangeran Jimbun. Menurut
sejarah, dia adalah putera raja Majapahit yang terakhir dari garwa Ampean, dan
Raden Fatah dilahirkan di Palembang. Karena Arya Damar sudah masuk Islam maka
Raden Fatah dididik secara Islam, sehingga jadi pemuda yang taat beragama
Islam.
Setelah usia 20 tahun
Raden Fatah dikirim ke Jawa untuk memperdalam ilmu agama di bawa asuhan Raden
Rahmat dan akhirnya kawin dengan cucu beliau. Dan akhirnya Raden Fatah menetap
di Demak (Bintoro). Pada kira-kira tahun 1475 M, Raden Fatah mulai melaksanakan
perintah gurunya dengan jalan membuka madrasah atau pondok pesantren di daerah
tersebut. Rupanya tugas yang diberikan kepada Raden Fatah dijalankan dengan
sebaik-baiknya. Lama kelamaan Desa Glagahwangi ramai dikunjungi orang-orang.
Tidak hanya menjadi pusat ilmu pengetahuan dan agama, tetapi kemudian
menjadi pusat peradagangan bahkan akhirnya menjadi pusat kerajaan Islam pertama
di Jawa.
Desa Glagahwangi, dalam
perkemabangannya kemudian karena ramainya akhirnya menjadi ibukota negara
dengan nama Bintoro Demak.
B. Letak Kesultanan Demak
Secara geografis Kesultanan Demak terletak di
daerah Jawa Tengah, tetapi pada awal kemunculannya kerajaan Demak mendapat
bantuan dari para Bupati daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur yang telah
menganut agama Islam.Pada sebelumnya, daerah Demak bernama Bintoro yang
merupakan daerah vasal atau bawahan Kerajaan Majapahit. Kekuasaan
pemerintahannya diberikan kepada Raden Fatah (dari kerajaan Majapahit) yang
ibunya menganut agama Islam dan berasal dari Jeumpa (Daerah Pasai).
Letak Demak sangat
menguntungkan, baik untuk perdagangan maupun pertanian. Pada zaman dahulu
wilayah Demak terletak di tepi selat di antara Pegunungan Muria dan Jawa.
Sebelumnya selat itu rupanya agak lebar dan dapat dilayari dengan baik sehingga
kapal dagang dari Semarang dapat mengambil jalan pintas untuyk berlayar ke
Rembang. Tetapi sudah sejak abad XVII jalan pintas itu tidak dapat dilayari
setiap saat.
Pada abad XVI agaknya
Deamak telah menjadi gudang padi dari daerah pertanian di tepian selat tersebut.
Konon, kota Juwana merupakan pusat seperti itu bagi daerah tersebut pada
sekitar 1500. Tetapi pada sekitar 1513 Juwana dihancurkan dan dikosongkan oleh
Gusti Patih, panglima besar kerajaan Majapahit yang bukan Islam. Ini kiranya
merupakan peralawanan terakhir kerajaan yang sudah tua itu. Setelah jatuhnya
Juwana, Demak menjadi penguasa tunggal di sebelah selatan Pegunungan Muria.
Yang menjadi penghubung
antara Demak dan Daerah pedalaman di Jawa Tengah ialah Sungai Serang (dikenal
juga dengan nama-nama lain), yang sekarang bermuara di Laut Jawa antara Demak
dan Jepara.Hasil panen sawah di daerah Demak rupanya pada zaman dahulu pun
sudah baik. Kesempatan untuk menyelenggarakan pengaliran cukup. Lagi pula,
persediaan padi untuk kebutuhan sendiri dan untuk pergadangan masih dapat
ditambah oleh para penguasa di Demak tanpa banyak susah, apabila mereka
menguasai jalan penghubung di pedalaman Pegging dan Pajang.
Letak kerajaan Demak dapat dilihat dari gambar
berikut ini :
C. Kehidupan
Politik Kesultanan Demak
Ketika kerajaan
Majapahit mulai mundur, banyak bupati yang ada di daerah pantai utara Pulau
Jawa melepaskan diri. Bupati-bupati itu membentuk suatu persekutuan di
bawah pimpinan Demak. Setelah kerajaan Majapahit runtuh, berdirilah kerajaan
Demak sebagai kerajaan Islam pertama dipulau Jawa. Raja-raja yang pernah
memerintah Kerajaan Demak adalah sebagai berikut :
1.
Raden Patah (1500-1518)
Raden Patah adalah pendiri dan sultan pertama dari kerajaan Demak
yang memerintah tahun 1500-1518 (Muljana: 2005). Menurut Babad Tanah Jawi,
Raden Patah adalah putra prabu Brawijaya raja
terakhir. Di ceritakan prabu Brawijaya selain kawin dengan Ni Endang
Sasmitapura, juga kawin dengan putri cina dan putri campa. Karena Ratu
Dwarawati sang permaisuri yang berasal dari Campa merasa cemburu,
prabu Brawijaya terpaksa
memberikan putri Cina kepada putra sulungnya, yaitu Arya Damar bupati Palembang. Setelah
melahirkan Raden Patah, setelah itu putri Cina dinikahi Arya Damar, dan melahirkan
seorang anak laki-laki yang diberi nama Raden Kusen. Demikianlah Raden
Patah dan Raden Kusen adalah saudara sekandung berlainan bapak.( Muljana:
2005). Menurut kronik Cina dari kuil Sam Po Kong, nama panggilan waktu Raden Patah masih muda adalah
Jin Bun, putra Kung-ta-bu-mi (alias Bhre Kertabhumi)
atau disebut juga prabu Brawijaya V dari selir Cina.
Babad Tanah Jawi
menyebutkan, Raden Patah dan Raden Kusen menolak untuk menuruti kehendak orang
tuanya untuk menggantikan ayahnya sebagai adipati di Palembang. Mereka lolos dari keraton menuju Jawa dengan menumpang
kapal dagang. Mereka berdua mendarat di Surabaya, lalu menjadi santri pada
Sunan Ngampel.( Muljana: 2005). Raden Patah tetap tinggal di Ngampel Denta,
kemudian dipungut sebagai menantu Sunan Ngampel, dikawinkan dengan cucu
perempuan, anak sulung Nyai Gede Waloka.Raden Kusen kemudian mengabdi pada
prabu Brawijaya di Majapahit. Raden
Kusen diangkat menjadi adipati Terung, sedangkan Raden Patah pindah ke Jawa Tengah, di situ
ia membuka hutan Glagahwangi atau hutan Bintara menjadi sebuah pesantren dan Raden
Patah menjadi ulama di Bintara dan mengajarkan agama Islam kepada penduduk
sekitarnya. Makin lama Pesantren Glagahwangi semakin maju. Prabu Brawijaya
di Majapahit khawatir
kalau Raden Patah berniat memberontak.Raden Kusen yang kala itu sudah diangkat
menjadi Adipati Terung diperintah untuk memanggil Raden Patah.Raden Kusen
menghadapkan Raden Patah ke Majapahit.Brawijaya merasa
terkesan dan akhirnya mau mengakui Raden Patah sebagai putranya. Raden Patah
pun diangkat sebagai bupati, sedangkan Glagahwangi diganti nama menjadi Demak, dengan ibu
kota bernama Bintara.
Menurut kronik Cina, Jin Bun
alias Raden Patah pindah dari Surabaya ke Demak tahun 1475.
Kemudian ia menaklukkan Semarang tahun 1477
sebagai bawahan Demak. Hal itu
membuat Kung-ta-bu-mi di Majapahit resah.
Namun, berkat bujukan Bong Swi Hoo (alias Sunan Ampel),
Kung-ta-bu-mi bersedia mengakui Jin Bun sebagai anak, dan meresmikan
kedudukannya sebagai bupati di Bing-to-lo atau Bintara ( Muljana: 2005).
Dalam waktu yang singkat, di bawah
kepemimpinan Raden Patah, lebih-lebih oleh karena jatuhnya Malaka ke tangan
portugis dalam tahun 1511, Demak mencapai puncak kejayaannya. Dalam masa pemerintahan Raden Patah, Demak berhasil
dalam berbagai bidang, diantaranya adalah perluasan dan pertahanan kerajaan,
pengembangan islam dan pengamalannya, serta penerapan musyawarah dan kerja sama
antara ulama dan umara (penguasa). ( Muljana: 2005 ). Keberhasilan Raden Patah
dalam perluasan dan pertahanan kerajaan dapat dilihat ketika ia menaklukkan
Girindra Wardhana yang merebut tahkta Majapahit (1478), hingga dapat menggambil
alih kekuasaan majapahit. Selain itu, Raden Patah juga mengadakan perlawan
terhadap
portugis, yang telah menduduki malaka dan ingin mengganggu demak.Ia mengutus
pasukan di bawah pimpinan putranya, Pati Unus atau Adipati Yunus atau Pangeran
Sabrang Lor (1511), meski akhirnya gagal. Perjuangan Raden Patah kemudian
dilanjutkan oleh Pati Unus yang menggantikan ayahnya pada tahun 1518. Dalam
bidang dakwah islam dan pengembangannya,
Raden patah mencoba menerapkan hukum islam
dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, ia juga membangun istana dan
mendirikan masjid (1479) yang sampai sekarang terkenal dengan masjid Agung
Demak. Pendirian masjid itu dibantu sepenuhnya oleh walisanga.
2.
Adipati
Unus (1518 - 1521)
Pada tahun 1518 Raden Patah
wafat kemudian digantikan putranya yaitu Pati Unus.Pati Unus terkenal sebagai
panglima perang yang gagah berani dan pernah memimpin perlawanan terhadap
Portugis di Malaka. Karena keberaniannya itulah ia mendapatkan julukan Pangeran
Sabrang lor. ( Soekmono: 1973). Tome Pires dalam bukunya Suma Oriental
menceritakan asal-usul dan pengalaman Pate Unus. Dikatakan bahwa nenek Pate
Unus berasal dari Kalimantan Barat Daya.Ia merantau ke Malaka dan kawin dengan
wanita Melayu. Dari perkawinan itu lahir ayah Pate Unus, ayah Pate Unus
kemudian kembali ke Jawa dan menjadi penguasa di Jepara.( Muljana: 2005 ).
Setelah dewasa beliau diambil mantu oleh Raden Patah yang telah menjadi Sultan
Demak I. Dari Pernikahan dengan putri Raden Patah, Adipati Unus resmi diangkat
menjadi Adipati wilayah Jepara (tempat kelahiran beliau sendiri). Karena
ayahanda beliau (Raden Yunus) lebih dulu dikenal masyarakat, maka Raden Abdul
Qadir lebih lebih sering dipanggil sebagai Adipati bin Yunus (atau putra
Yunus). Kemudian hari banyak orang memanggil beliau dengan yang lebih mudah
Pati Unus.
Tahun 1512 giliran Samudra
Pasai yang jatuh ke tangan Portugis ( Muljana: 2005 ). Hal ini membuat tugas
Pati Unus sebagai Panglima Armada Islam tanah jawa semakin mendesak untuk
segera dilaksanakan. Maka tahun 1513 dikirim armada kecil, ekspedisi Jihad I
yang mencoba mendesak masuk benteng Portugis di Malaka gagal dan balik
kembali ke tanah Jawa. Kegagalan ini karena kurang persiapan menjadi
pelajaran berharga untuk membuat persiapan yang lebih baik.Maka direncanakanlah
pembangunan armada besar sebanyak 375 kapal perang di tanah Gowa, Sulawesi yang
masyarakatnya sudah terkenal dalam pembuatan kapal.Di tahun 1518 Raden Patah,
Sultan Demak I bergelar Alam Akbar Al Fattah mangkat, beliau berwasiat supaya
mantu beliau Pati Unus diangkat menjadi Sultan Demak berikutnya. Maka
diangkatlah Pati Unus atau Raden Abdul Qadir bin Yunus.
Armada perang Islam siap
berangkat dari pelabuhan Demak dengan mendapat pemberkatan dari Para Wali yang
dipimpin oleh Sunan Gunung Jati.Armada perang yang sangat besar untuk ukuran
dulu bahkan sekarang.Dipimpin langsung oleh Pati Unus bergelar Senapati
Sarjawala yang telah menjadi Sultan Demak II. Dari sini sejarah keluarga beliau
akan berubah, sejarah kesultanan Demak akan berubah dan sejarah tanah Jawa akan
berubah.Kapal yang ditumpangi Pati Unus terkena peluru meriam ketika akan
menurunkan perahu untuk merapat ke pantai. Ia gugur sebagai Syahid karena
kewajiban membela sesama Muslim yang tertindas penjajah (Portugis) yang
bernafsu memonopoli perdagangan rempah-rempah.
Sedangkan Pati Unus, Sultan
Demak II yang gugur kemudian disebut masyarakat dengan gelar Pangeran Sabrang
Lor atau Pangeran (yang gugur) di seberang utara. Pimpinan Armada Gabungan
Kesultanan Banten, Demak dan Cirebon segera diambil alih oleh Fadhlullah Khan
yang oleh Portugis disebut Falthehan, dan belakangan disebut Fatahillah setelah
mengusir Portugis dari Sunda Kelapa 1527. Di ambil alih oleh Fadhlullah Khan
adalah atas inisiatif Sunan Gunung Jati yang sekaligus menjadi mertua karena
putri beliau yang menjadi janda Sabrang Lor dinikahkan dengan Fadhlullah Khan.
3.
Sultan
Trenggono (1521 - 1546)
Sultan Trenggono adalah Sultan Demak yang ketiga, beliau memerintah
Demak dari tahun 1521-1546 M. ( Badrika: 2006 ). Sultan Trenggono adalah putra
Raden Patah pendiri Demak yang lahir dari permaisuri Ratu Asyikah putri Sunan
Ampel ( Muljana: 2005 ). Menurut Suma Oriental, ia dilahirkan sekitar tahun
1483. Ia merupakan adik kandung Pangeran Sabrang Lor, raja Demak sebelumnya
(versi Serat Kanda). Sultan Trenggono memiliki beberapa orang putra dan putri.
Diantaranya yang paling terkenal ialah Sunan Prawoto yang menjadi raja
penggantinya, Ratu Kalinyamat yang menjadi bupati Jepara, Ratu Mas Cempaka yang
menjadi istri Sultan Hadiwijaya, dan Pangeran Timur yang berkuasa sebagai
adipati di wilayah Madiun dengan gelar Rangga Jumena.
Sultan Trenggana Wafat /
Mangkat Berita Sultan Trenggono wafat ditemukan dalam catatan seorang Portugis
bernama Fernandez Mendez Pinto.Pada tahun 1546 Sultan Trenggono menyerang
Panarukan, Situbondo yang saat itu dikuasai Blambangan.Sunan Gunung Jati
membantu dengan mengirimkan gabungan prajurit Cirebon, Banten, dan Jayakarta
sebanyak 7.000 orang yang dipimpin Fatahillah.Mendez Pinto bersama 40 orang
temannya saat itu ikut serta dalam pasukan Banten. Pasukan Demak sudah
mengepung Panarukan selama tiga bulan, tapi belum juga dapat merebut kota itu.
Suatu ketika Sultan Trenggono bermusyawarah bersama para adipati untuk
melancarkan serangan selanjutnya.Putra bupati Surabaya yang berusia 10 tahun
menjadi pelayannya.Anak kecil itu tertarik pada jalannya rapat sehingga tidak
mendengar perintah Trenggono.Trenggono marah dan memukulnya.Anak itu secara spontan
membalas menusuk dada Trenggono memakai pisau. Sultan Demak itu pun tewas
seketika dan segera dibawa pulang meninggalkan Panarukan.
Sultan Trenggana berjasa
atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawah Sultan Trenggana,
Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa
dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana
(1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang
(1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa
(1527, 1546). Panglima perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda
asal Pasai (Sumatera), yang juga menjadi menantu Sultan Trenggana. Sultan
Trenggana meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan,
dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto
4.
Sunan
Prawata (1546 – 1549)
Sunan Prawata adalah nama
lahirnya (Raden Mukmin) adalah raja keempat Kesultanan Demak,
yang memerintah tahun 1546-1549. Ia lebih cenderung sebagai seorang ahli agama
daripada ahli politik. Pada masa kekuasaannya, daerah bawahan Demak seperti Banten, Cirebon, Surabaya, dan Gresik, berkembang
bebas tanpa mampu dihalanginya. Menurut Babad Tanah Jawi,
ia tewas dibunuh oleh orang suruhan bupati Jipang Arya Penangsang,
yang tak lain adalah sepupunya sendiri. Setelah kematiannya, Hadiwijaya
memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang, dan Kesultanan
Demak pun berakhir.
Sepeninggal Sultan Trenggana
yang memerintah Kesultanan Demak
tahun 1521-1546, Raden Mukmin selaku putra tertua naik tahta.Ia berambisi untuk
melanjutkan usaha ayahnya menaklukkan Pulau Jawa. Namun,
keterampilan berpolitiknya tidak begitu baik, dan ia lebih suka hidup sebagai
ulama daripada sebagai raja. Raden Mukmin memindahkan pusat pemerintahan dari
kota Bintoro menuju bukit Prawoto. Lokasinya saat ini kira-kira adalah desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo,
Kabupaten Pati, Jawa Tengah.Oleh
karena itu, Raden Mukmin pun terkenal dengan sebutan Sunan Prawoto.
Pemerintahan Sunan Prawoto
juga terdapat dalam catatan seorang Portugis bernama Manuel
Pinto. Pada tahun 1548, Manuel Pinto singgah ke Jawa sepulang mengantar surat untuk uskup agung Pastor
Vicente Viegas di Makassar. Ia sempat bertemu Sunan Prawoto dan mendengar
rencananya untuk mengislamkan seluruh Jawa, serta ingin berkuasa seperti sultan Turki. Sunan Prawoto
juga berniat menutup jalur beras ke Malaka dan menaklukkan Makassar.Akan tetapi, rencana itu berhasil dibatalkan oleh
bujukan Manuel Pinto.
Cita-cita Sunan Prawoto pada
kenyataannya tidak pernah terlaksana.Ia lebih sibuk sebagai ahli agama dari
pada mempertahankan kekuasaannya. Satu per satu daerah bawahan, seperti Banten, Cirebon, Surabaya, dan Gresik, berkembang
bebas; sedangkan Demak tidak mampu
menghalanginya.
D. Kehidupan Ekonomi Kesultanan Demak
Seperti yang telah
dijelaskan pada uraian materi sebelumnya, bahwa letak Demak sangat strategis di
jalur perdagangan nusantara memungkinkan Demak berkembang sebagai kerajaan
maritim. Dalam kegiatan perdagangan,
Demak berperan sebagai penghubung antara daerah penghasil rempah di Indonesia
bagian Timur dan penghasil rempah-rempah Indonesia bagian barat.Dengan demikian
perdagangan Demak semakin berkembang.Dan hal ini juga didukung oleh penguasaan
Demak terhadap pelabuhan-pelabuhan di daerah pesisir pantai pulau Jawa.
Sebagai
kerajaan Islam yang memiliki wilayah di pedalaman, maka Demak juga memperhatikan
masalah pertanian, sehingga beras merupakan salah satu hasil pertanian yang
menjadi komoditi dagang.Dengan demikian kegiatan perdagangannya ditunjang oleh
hasil pertanian, mengakibatkan Demak memperoleh keuntungan di bidang ekonomi.
Letak kerajaan Demak yang strategis , sangat membantu Demak sebagai kerajaan
Maritim. Lagi pula letaknya yang ada di muara sungai Demak mendorong aktivitas
perdagangan cepat berkembang.Di samping dari perdagangan, Demak juga hidup dari
agraris.Pertanian di Demak tumbuh dengan baik karena aliran sungai Demak lewat
pelabuhan Bergota dan Jepara. Demak bisa menjual produksi andalannya seperti
beras, garam dan kayu jati.
E. Kehidupan Sosial – Budaya Kesultanan Demak
Berdirinya
kerajaan Demak banyak didorong oleh latar belakang untuk mengembangkan dakwah
Islam.Oleh karena itu tidak heran jika Demak gigih melawan daerah-daerah yang
ada dibawah pengaruh asing. Berkat dukungan Wali Songo , Demak berhasil
menjadikan diri sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa yang memiliki pengaruh
cukup luas. Untuk mendukung dakwah pengembangan agama Islam, dibangun Masjid
Agung Demak sebagai pusatnya.Kehidupan sosial dan budaya masyarakat Demak lebih
berdasarkan pada agama dan budaya Islam karena pada dasarnya Demak adalah pusat
penyebaran Islam di pulau Jawa.
Sebagai
pusat penyebaran Islam Demak menjadi tempat berkumpulnya para wali seperti
Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kudus dan Sunan Bonar.Para wali tersebut
memiliki peranan yang penting pada masa perkembangan kerajaan Demak bahkan para
wali tersebut menjadi penasehat bagi raja Demak.Dengan demikian terjalin
hubungan yang erat antara raja/bangsawan, para wali/ulama dengan rakyat.Hubungan yang erat
tersebut, tercipta melalui pembinaan masyarakat yang diselenggarakan di Masjid
maupun Pondok Pesantren.Sehingga tercipta kebersamaan atau Ukhuwah Islamiyah
(persaudaraan di antara orang-orang Islam).
Demikian
pula dalam bidang budaya banyak hal yang menarik yang merupakan peninggalan
dari kerajaan Demak.Salah satunya adalah Masjid Demak, di mana salah satu tiang
utamanya terbuat dari pecahan-pecahan kayu yang disebut Soko Tatal.Masjid Demak
dibangun atas pimpinan Sunan Kalijaga. Di serambi depan Masjid (pendopo) itulah
Sunan Kalijaga menciptakan dasar-dasar perayaan Sekaten (Maulud Nabi Muhammad
saw) yang sampai sekarang masih berlangsung di Yogyakarta dan Cirebon.
Dilihat
dari arsitekturnya, Masjid Agung Demak seperti yang tampak pada gambar 10
tersebut memperlihatkan adanya wujud akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu
dengan kebudayaan Islam.Salah satu peninggalan berharga kerajaan Demak adalah
bangunan Masjid Demak yang terletak di sebelah barat alun-alun Demak. Masjid
Agung Demak memiliki ciri khas yakni salah satu tiang utamanya terbuat dari
tatal ( potongan kayu), atap tumpang, dan di belakngnya terdapat makam
raja-raja Demak.
F.
Peradaban Kerajaan Islam Demak Pada Abad XVI
Kerajaan Islam Demak
merupakan lanjutan kerajaan Majapahit. Sebelum raja Demak merasa sebagai raja
Islam merdeka dan memberontak pada kekafiran (Majapahit). Tidak diragukan lagi
bahwa sudah sejak abad XIV orang Islam tidak asing lagi di kota kerajaan
Majapahit dan di bandar bubat. Cerita-cerita jawa yang memberitakan adanya
“kunjungan menghadap raja” ke Keraton Majapahit sebagai kewajiban tiap tahun,
juga bagi para vasal yang beragama Islam, mengandung kebenaran juga. Dengan
melakukan “kunjungan menghadap raja” secara teratur itulah vasal menyatakan
kesetiaannya sekaligus dengan jalan demikian ia tetap menjalin hubungan dengan
para pejabat keraton Majapahit, terutama dengan patih. Waktu raja Demak menjadi
raja Islam merdeka dan menjadi sultan, tidak ada jalan lain baginya. Bahwa
banyak bagian dari peradaban lama, sebelum zaman Islam telah diambil alih oleh
Keraton-keraton Jawa Islam di Jawa Tengah, terbukti jelas sekali dari kesusastraan
Jawa pada zaman itu.
Bertambahnya bangunan
militer di Demak dan Ibukota lainnya di Jawa pada abad XVI, selain karena
keperluan yang sangat mendesak, disebabkan juga oleh pengaruh tradisi
kepahlawanan Islam dan contoh ynag dilihat di kota-kota Islam di luar
negeri.Peranan penting masjid Demak sebagai pusat peribadatan kerajaan Islam
pertama di Jawa dan kedudukannya di hati orang beriman pada abad XVI dan
sesudahnya. Terdapatnya jemaah yang sangat berpengaruh dan dapat berhubungan
dengan pusat Islam Internasional di luar negeri.
Bagian-bagian penting
peradaban jawa Islam yang sekarang, seperti wayang orang, wayang topeng,
gamelan, tembang macapat dan pembuatan keris, kelihatannya sejak abad XVII oleh
hikayat Jawa dipandang sebagai hasil penemuan para wali yang hidup sezaman
dengan kesultanan Demak.Kesenian tersebut telah mendapat kedudukan penting
dalam peradaban Jawa sebelum Islam, kemungkinan berhubungan dengan ibadat. Pada
waktu abad XV dan XVI di kebanyakan daerah jawa tata cara kafir harus diganti dengan
upacara keagamaan Islam, seni seperti wayang dan gamelan itu telah kehilangan
sifat sakralnya. Sifatnya lalu menjadi “sekuler”.
Perekembangan sastra
Jawa yang pada waktu itu dikatakan “modern” juga mendapat pengaruh dari proses
sekularisasi karya-karya sastra yang dahulu keramat dan sejarah suci dari zaman
kuno. Peradaban “pesisir” yang berpusat di bandar-bandar pantai utara dan
pantai timur Jawa, mungkin pada mulanya pada abad XV tidak semata-mata bersifat
Islam. Tetapi kejayaannya pada abad XVI dan XVII dengan jelas menunjukkan
hubungan dengan meluasnya agama Islam.
G.
Perang Saudara di
Demak
Perang saudara ini
berawal dari meninggalnya anak sulung Raden Patah yaitu Adipati Unus yang
manjadi putra mahkota. Akhirnya terjadi perebutan kekuasaan antara anak-anak
dari Raden Patah. Persaingan ketat anatara Sultan Trenggana dan Pangeran Seda
Lepen (Kikin). Akhirnya kerajaan Demak mampu dipimpin oleh Trenggana dengan
menyuruh anaknya yaitu Prawoto untuk membunuh pangeran Seda Lepen. Dan akhirnya
sultan Trenggana manjadi sultan kedua di Demak. Pada masa kekuasaan
Sultan Trenggana (1521-1546), Demak mencapai puncak keemasan dengan luasnya
daerah kekuasaan dari Jawa Barat sampai Jawa timur. Hasil dari pemerintahannya
adalah Demak memiliki benteng bawahan di barat yaitu di
Cirebon. Tapi kesultanan Cirebon akhirnya tidak tunduk setelah Demak berubah
menjadi kesultanan pajang.
Sultan Trenggana
meninggalkan dua orang putra dan empat putri. Anak pertama perempuan dan
menikah dengan Pangeran Langgar, anak kedua laki-laki, yaitu sunan prawoto,
anak yang ketiga perempuan, menikah dengan pangeran kalinyamat, anak yang
keempat perempuan, menikah dengan pangeran dari Cirebon, anak yang kelima
perempuan, menikah dengan Jaka Tingkir, dan anak yang terakhir adalah Pangeran Timur.
Arya Penangsang Jipang telah dihasut oleh Sunan Kudus untuk membalas kematian
dari ayahnya, Raden Kikin atau Pangeran Sedo Lepen pada saat perebutan
kekuasaan. Dengan membunuh Sunan Prawoto, Arya Penangsang bisa menguasai Demak
dan bisa menjadi raja Demak yang berdaulat penuh. Pada tahun 1546 setelah
wafatnya Sultan Trenggana secara mendadak, anaknya yaitu Sunan Prawoto naik
tahta dan menjadi raja ke-3 di Demak. Mendengar hal tersebut Arya
Penangsang langsung menggerakan pasukannya untuk menyerang Demak.
Pada masa itu posisi Demak sedang kosong armada. Armadanya sedang dikirim ke
Indonesia timur. Maka dengan mudahnya Arya Penangsang membumi hanguskan Demak.
Yang tersisa hanyalah masjid Demak dan Klenteng. Dalam pertempuran ini
tentara Demak terdesak dan mengungsi ke Semarang, tetapi masih
bisa dikejar. Sunan prawoto gugur dalam pertempuran ini. Dengan gugurnya Sunan
Prawoto, belum menyelesaikan masalah keluarga ini. Masih ada seseorang lagi
yang kelak akan membawa Demak pindah ke Pajang, Jaka Tingkir. Jaka Tingir
adalah anak dari Ki Ageng Pengging bupati di wilayah Majapahit di daerah
Surakarta.
Dalam babad tanah jawi, Arya
Penangsang berhasil membunuh Sunan Prawoto dan Pangeran Kalinyamat, sehingga
tersisa Jaka Tingkir. Dengan kematian kalinyamat, maka janda dari pangeran
kalinyamat membuat saembara. Siapa saja yang bisa membunuh Arya Penangsang,
maka dia akan mendapatkan aku dan harta bendaku. Begitulah sekiranya tutur kata
dari Nyi Ratu Kalinyamat. Mendengar hal tersebut Jaka Tingkir menyanggupinya, karena
beliau juga adik ipar dari Pangeran Kalinyamat dan Sunan Prawoto. Jaka Tingkir
dibantu oleh Ki Ageng Panjawi dan Ki Ageng Pamanahan. Akhirnya Arya Panangsang
dapat ditumbangkan dan sebagai hadiahnya Ki Ageng Panjawi mendapatkan hadiah
tanah pati, dan Ki Ageng Pamanahan mendapat tanah mataram.
H.
Keruntuhan Kesultanan Demak
Setelah wafatnya Sultan
Trenggana menimbulkan kekacauan politik yang hebat di keraton Demak.
Negeri-negeri bagian (kadipaten) berusaha melepaskan diri dan tidak mengakui
lagi kekuasaan Demak. Di Demak sendiri timbul pertentangan di antara para waris
yang saling berebut tahta. Orang yang seharusnya menggantikan kedudukan Sultan
Trengggono adalah pengeran Sekar Seda Ing Lepen. Namun, ia dibunuh oleh Sunan
Prawoto yang berharap dapat mewarisi tahta kerajaan. Adipati Jipang yang
beranama Arya Penangsang, anak laki-laki Pangeran Sekar Seda Ing Lepen, tidak
tinggal diam karena ia merasa lebih berhak mewarisi tahta Demak. Sunan Prawoto
dengan beberapa pendukungnya berhasil dibunuh dan Arya Penangsang berhasil naik
tahta. Akan tetapi, Arya Penangsang tidak berkuasa lama karena ia kemudian di
kalahkan oleh Jaka Tingkir yang di bantu oleh Kiyai Gede Pamanahan dan putranya
Sutawijaya, serta KI Penjawi. Jaka tingkir naik tahta dan penobatannya dilakukan
oleh Sunan Giri. Setelah menjadi raja, ia bergelar Sultan Handiwijaya serta
memindahkan pusat pemerintahannya dari Demak ke Pajang pada tahun 1568.
Sultan Handiwijaya
sangat menghormati orang-orang yang telah berjasa. Terutama kepada orang-orang
yang dahulu membantu pertempuran melawan Arya Penangsang. Kyai Ageng Pemanahan
mendapatkan tanah Mataram dan Kyai Panjawi diberi tanah di Pati. Keduanya
diangkat menjadibupati di daerah-daerah tersebut.Sutawijaya, putra Kyai Ageng
Pemanahan diangkat menjadi putra angkat karena jasanya dalam menaklukan Arya
Penangsang. Ia pandai dalam bidang keprajuritan. Setelah Kyai Ageng Pemanahan
wafat pada tahun 1575, Sutawijaya diangkat menjadi penggatinya.
Pada tahun 1582 Sultan
Hadiwijaya wafat. Putranya yang bernama Pangeran Benawa diangkat menjadi
penggantinya. Timbul pemberontakan yang dilakukan oleh Arya Panggiri, putra
Sunan Prawoto, ia merasa mempunyai hak atasa tahta Pajang. Pemberontakan itu
dapat digagalkan oleh Pangeran Benawan dengan bantuan Sutawijaya.Pengeran
Benawan menyadari bahwa dirinya lemah, tidak mamapu mengendalikan pemerintahan,
apalagi menghadapi musuh-musuh dan bupati-bupati yang ingin melepaskan diri
dari kekuasaan Pajang kepada saudara angkatnya, Sutawijaya pada tahun 1586.
Pada waktu itu Sutawijaya telah menjabat bupati Mataram, sehingga pusat
kerajaan Pajang dipindahkan ke Mataram.
I.
Demak Dibawah Kekuasaan Raja – Raja Mataram
Setelah sekitar
1588 Panembahan Senapati berkuasa di Jawa Tengah sebelah selatan, raja-raja
Pati, Demak, dan Grobongan dianggapnya sebagai sampun kareh (sudah
dikuasai). Sekitar 1589 mereka diperintah ikut dia bersama prajurit Mataram ke
Jawa Timur, manaklukan raja-raja Jawa Timur. Maksud raja Mataram ini gagal,
tampaknya terutama karena campur tangan Sunan Giri. Panembahan Senapati
terpaksa kembali ke Mataram dengan tangan hampa.
Mungkin sekali penguasa
Demak, Pati dan Grobongan yang pada 1589 telah bersikap sebagai taklukan yang
patuh itu, sama dengan mereka yang telah mengakui Sultan Pajang, yang sudah tua
dan meninggal pada 1587, sebagai penguasa tertinggi. Jadi, agaknya Pangeran
Kediri di Demak, setelah mengalami penghinaan di Pajang sebelumnya ternyata
masih berhasil memerintah tanah asalnya beberapa waktu.
Pada 1595 orang Demak
memihak raja-raja Jawa Timur, yang mulai melancarkan serangan terhadap kerajaan
Mataram yang belum sempat berkonsolidasi. Serangan tersebut dapat dipatahkan,
tetapi panglima perang Mataram, Senapati Kediri yang sudah membelot ke Mataram
gugur dalam pertempuran dekat Uter. Sehabis perang, Panembahan mengangkat Ki
Mas Sari sebagai adipati di Demak. Rupanya karena pemimpin pemerintahan yang
sebelumnya tidak memuaskan atau ternyata tidak dapat dipercaya.
Tumenggung Endranata I
di Demak ini pada tahun-tahun kemudian agaknya juga tidak bebas dari pengaruh
plitik pesisir yang berlawanan dengan kepantingan Mataram di Pedalaman. Pada
tahun 1627 ia terlibat dalam pertempuran antara penguasa di Pati, Pragola II
dan Sultan Agung. Ia di bunuh dengan keris sebagai pengkhianat atas perintah
Sultan Agung.Sesudah dia masih ada lagi seorang tumenggung Endranata II yang
menjadi bupati di Demak. Tumenggung ini seorang pengikut setia Susuhunan
Mangkurat II di Kartasura yang memerintah Jawa Tengah pada perempat terakhir
abad XVII. Pada tahun 1678 disebutkan adanya Tumenggung Suranata di Demak.
Sebagai pelabuhan laut
agaknya kota Demak sudah tidak berarti pada akhir abad XVI. Sebagai produsen
beras dan hasil pertanian lain, daerah Demak masih lama mempunyai kedudukan
penting dalam ekonomi kerajaan raja-raja Mataram. Sampai abad XIX di banyak
daerah tanah Jawa rasa hormat pada masjid Demak dan makam-makam Kadilangu
masih bertahan di antara kaum beriman, kota Demak dipandang sebagai tanah suci.
Hal itulah yang terutama menyebabkan nama Demak dalam sejarah Jawa tetap tidak
terlupakan di samping nama Majapahit.
BAB III
PENUTUP
- Kesimpulan
Kesultanan ini hanya berumur
pendek. Namun, para rajanya merupakan pahlawan-pahlawan mujahid terbaik. Raja
pertama mereka adalah Raden Fatah, yang berhasil menjadikan negerinya sebagai
sebuah negara independen pada masanya. Setelah itu anaknya, Patih Yunus
(Adipati Unus) berkuasa. Dia berhasil mengadakan perluasan wilayah kerajaan.
Dia menghilangkan kerajaan Majapahit yang beragama Hindhu, yang pada saat itu
sebagian wilayahnya menjalin kerja sama dengan orang-orang Portugis.
Setelah wafatnya
Patih Yunus pada tahun 938 H/1531 M, memerintahlah raja paling terkenal dari
kerajaan ini yaitu Raden Trenggono (Sultan Trenggana). Dia adalah seorang
mujahid besar yang di antara hasil usahanya yang terkenal adalah masuknya Islam
ke daerah Jawa Barat. Dia wafat pada tahun 953 H/1546 M.
Kebudayaan yang
berkembang di kerajaan Demak bercorak Islam. Hal tersebut tampak dari
peninggalan-peninggalan sejarahnya berupa masjid, makam, batu nisan, kitab suci
Al-Quran, kaligrafi dan karya sastra. Sampai sekarang pun Demak di kenal
sebagai pusat pendidikan agama Islam.
Adnan Sekecake, Peta dan
Kerajaan Demak, http:// warungbaca9.blogspot.com
Ahmad al-Usairy,
2003,Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX, Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana
H.J. De Graaf
dan TH. Pigeaud, 2003, Kerajaan Islam Pertama di Jawa, Jakarta:
PT. Pustaka Utama Grafiti
I Wayan Badrika,
2006, Sejarah untuk SMA kelas XI, Jakarta:Erlangga
Muljana, Slamet. Runtuhnya
Kerajaan Jindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara (terbitan
ulang 1968). Yogyakarta: LKIS. 2005
Poesponegoro,
Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia
Jilid II. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Pustaka . 1993.
Ridwanaz, Sejarah
Agama Islam Di Indonesia (Kerajaan Demak), http//ridwanaz.com