My Real Blog, Life, Education, Story, Song, Laugh and My Real Love♡

Saturday 10 November 2018

Laporan Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Mengidentifikasi Sebaran Vegerasi Pantai di Teluk Sukabumi (Studi Kasus di Desa Jayanti Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi)


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pantai di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar sebagai daerah yang sangat intensif dimanfaatkan untuk kegiatan manusia, seperti sebagai kawasan pemukiman, pelabuhan, pariwisata dan sebagainya. Selain itu juga memiliki potensi yang sangat baik, seperti adanya vegetasi yang tumbuh banyak dan subur di sekitarnya. Vegetasi pantai merupakan kelompok tumbuhan yang menempati daerah intertidal mulai dari daerah pasang surut hingga daerah di bagian dalam pulau atau daratan dimana masih terdapat pengaruh laut. Secara umum kelompok tumbuhan darat yang tumbuh di daerah intertidal atau daerah dekat laut yang memiliki salinitas cukup tinggi dapat dibagi menjadi tiga yaitu mangrove sejati, mangrove ikutan dan vegetasi pantai non mangrove.
Mangrove sejati adalah kelompok tumbuhan yang secara morfologis, anatomis dan fisiologis telah menyesuaikan diri untuk hidup di daerah sekitar pantai. Mangrove tersebut tumbuh pada substrat berpasir, berbatu dan terutama berlumpur. Ciri khas dari kelompok tumbuhan ini adalah adanya modifikasi akar yang sangat spesifik untuk mengatasi kekurangan oksigen, sebagai penopang pada substrat yang labil, memiliki kelenjar khusus untuk mengeluarkan kelebihan garam serta memiliki daun berkutikula tebal untuk mengurangi penguapan. Jenis tumbuhan ini didominasi oleh genera Rhizophora, Avicenia, Brugueira, Sonneratia.
Mangrove ikutan adalah kelompok tumbuhan yang ditemukan tumbuh bersama-sama dengan komunitas mangrove, tetapi tidak termasuk mangrove karena tumbuhan ini bersifat lebih kosmopolit dan memiliki kisaran toleransi yang besar terhadap perubahan faktor fisik lingkungan seperti suhu, salinitas dan substrat. Jenis tumbuhan yang tergolong mangrove ikutan misalnya: waru laut, pandan, ketapang, jeruju dan lain-lain.
Vegetasi pantai non mangrove umumnya banyak ditemukan pada daerah pantai dengan substrat yang didominasi oleh pasir. Kelompok tumbuhan ini dicirikan oleh adanya zonasi bentuk pertumbuhan (habitus) secara horizontal dari daerah intertidal ke arah darat yang terdiri dari : tumbuhan menjalar, semak, perdu dan pohon. Semakin ke darat, keragaman jenis dan habitus pohon akan semakin besar. Jenis vegetasi pantai non mangrove umumnya terdiri dari: tapak kambing, rumput angin, santigi, ketapang, cemara laut dan kelapa. Tumbuhan ini membentuk zonasi yang khas. Gelombang merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap ekosistem yang berada di daerah pesisir pantai dan laut. Pengertian gelombang sesungguhnya sangat sulit untuk didefenisikan, mengingat begitu kompleksnya proses-proses yang berlangsung dan begitu banyaknya faktor lingkungan yang terlibat. Namun secara sangat sederhana dapat dikatakan bahwa gelombang  merupakan rambatan atau perpindahan energi melalui badan air.
Gelombang laut memiliki kekuatan besar yang dapat menyebabkan abrasi di tepi pantai, terutama  Tsunami. Secara ekologi gelombang laut tidak selamanya bersifat merugikan karena gelombang laut memiliki peran yang sangat penting untuk menyebarkan biji/buah/benih tumbuhan pantai seperti benih kelapa, buah mangrove, buah pandan dan lain-lain. Besar kecilnya gelombang di suatu daaerah atau pulau, selain ditentukan oleh bentuk dan topografi pantai juga ditentukan oleh posisi pulau atau daerah tersebut. Daerah yang secara langsung berada di tengah lautan terbuka atau ditepi samudera yang besar akan memiliki ombak yang lebih kuat. Sedangkan pulau yang berada dekat daratan utama atau di daerah bagian dalam kepulauan seperti laut Jawa akan memiliki ombak yang lebih tenang.
Bertitik tolak dari kenyataan di atas maka penulis sangat tertarik untuk mengetahui bagaimana “IDENTIFIKASI SEBARAN VEGETASI PANTAI DI TELUK SUKABUMI”.

B.     Rumusan Masalah
Berdsarkan latar belakang yang dipaparkan diatas maka hal yang ingin dicapai penulis kali ini adalah ingin menjawab salah satu fenomena yang ditemukan di lapangan, yaitu tentang identifikasi sebaran vegetasi pantai di teluk sukabumi. Adapun, berawal dari latar belakang tersebut maka penulis ingin membatasi dan mengemukakan beberapa penyelesaian untuk menjawab masalah tersebut, yang penulis rangkum dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Apa saja jenis-jenis vegetasi yang terdapat di sekitar Desa Jayanti?
2.      Bagaimana pola persebaran vegetasi disekitar pantai?
3.      Bagaimana kerapatan vegetasi disekitar pantai?

C.     Tujuan Penelitian
Penelitian ini tidaklah berarti bila tidak disertai dengan tujuan yang akan bermanfaat bagi penulis atau pembaca hasil kajian ini. Secara singkat tujuan penulisan laporan ini adalah:
1.      Mengetahui jenis-jenis vegetasi pantai disekitar pantai Jayanti.
2.      Mengetahui pola persebaran vegetasi di sekitar pantai
3.      Mengidentifikasi kerapatan vegetasi di sekitar pantai

D.    Manfaat
Berdasarkan rumusan dan tujuan penelitian yang telah penulis kemukakan di atas, maka penulis menaruh harapan besar mengenai fungsi dan manfaat dari penelitian yang akan penulis lakukan. Secara umum, penulis berharap bahwa penelitian ini dapat berguna bagi diri penulis secara pribadi dan khalayak pembaca pada umumnya. Tidak terlepas dari hal itu, maka penulis mencoba menyusun secara sistematis mengenai kegunaan dari penelitian yang penulis lakukan kali ini, yang terkandung dalam beberapa poin di bawah ini.
1.      Membatu kita mempelajari jenis-jenis vegetasi pantai di sekitar pantai
2.      Membantu kita mempelajari pola persebaran vegetasi di sekitar pantai
3.      Membantu  kita mempelajari pola persebaran vegetasi di sekitar pantai







BAB II
TINJAUAN TEORITIS


A.    Definisi Pantai
Pantai adalah sebuah wilayah yang menjadi batas antara lautan dan daratan, bentuk pantai berbeda-beda sesuai dengan keadaan, proses yang terjadi di wilayah tersebut, seperti pengangkutan, pengendapan dan pengikisan yang disebabkan oleh gelombang, arus, angin dan keadaan lingkungan disekitarnya yang berlangsung secara terus menerus, sehingga membentuk sebuah pantai.
Pantai adalah sebuah betuk geografis yang terdiri dari pasir dan terdapat di daerah pesisir lautan atau bagian daratan yang terdekat dengan laut. Perbatasan daratan dengan laut seolah-olah membentuk suatu garis yang disebut garis pantai. Indonesia merupakan negara berpantai terpanjang kedua setelah Kanada. Panjang pantai Indonesia tercatat sebesar 81.000 km.
Pantai juga memiliki ekosistem, ekosistem pantai adalah ekosistem yang ada di wilayah perbatasan antara air laut dan daratan, dalam ekosistem pantai terdapat komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik pantai terdiri dari tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah pantai, sedangkan komponen abiotik pantai terdiri dari gelombang, arus, angin, pasir, batuan dan sebagainya.
B.     Jenis-jenis Pantai
Pantai bisa dikategorikan berdasarkan beberapa hal seperti bentukan lahan (landform) atau material pembentuk sedimen. Berikut adalah beberapa tipe pantai yang umum dijumpai:
1.      Pantai curam berbatu (cliff)
Pantai curam berbatu adalah salah satu jenis pantai berupa bebatuan atau akumulasi material sedimen seperti lempung (clay) berkemiringan curam yang terbentuk dari kombinasi proses erosi (oleh terjangan ombak) dan pelapukan. Batu karang adalah salah satu batu yang umum membentuk pantai curam. Salah satu jenis pantai ini cukup mudah dijumpai misalnya di pantai selatan jawa atau si sekitar kepulauan Alor, Nusa Tenggara Timur.

2.      Pantai berpasir
Pantai berpasir adalah pantai yang paling umum dijumpai dengan penampakan yang khas dengan kemiringan pantai yang landai dan tersusun dari material lepas seperti pasir, kerikil (gravel), batu gaplok (cobblestones) dan sejenisnya. Gelombang dan arus di pantai adalah penggerak utama terbentuknya pantai jenis ini dengan secara terus-menerus menempatkan pasir (atau material lepas lainnya) ke pantai. Dengan keindahannya, pantai jenis ini terutama pantai berpasir putih telah banyak menarik industri pariwisata sebagai tempat rekreasi seperti pantai Kuta, Bali.
3.      Pantai cadas
Pantai cadas adalah pantai yang berhadapan langsung dengan laut lepas. Pantai yang didominasi oleh pantai tebing dengan formasi batuan keras, atau tebing karang, sementara di depannya ditemukan ekosistem terumbu karang dan material yang berbentuk pasir yang berasal dari hancuran karang atau biota laut. Jenis pantai ini banyak ditemukan di selatan Pulau Jawa.

C.     Vegetasi Pantai
Vegetasi pantai merupakan kelompok tumbuhan yang menempati daerah intertidal mulai dari daerah pasang surut hingga daerah di bagian dalam pulau atau daratan dimana masih terdapat pengaruh laut. Secara umum kelompok tumbuhan darat yang tumbuh di daerah intertidal atau daerah dekat laut yang memiliki salinitas cukup tinggi, dapat dibagi menjadi 3 (Noor et al, 1999):
1.      Mangrove Sejati: adalah merupakan kelompok tumbuhan yang secara morfologis, anatomis dan fisiologis telah menyesuaikan diri untuk hidup di daerah sekitar pantai. Mangrove tumbuh pada substrat berpasir, berbatu dan terutama berlumpur. Ciri khas dari kelompok tumbuhan ini adalah adanya modifikasi akar yang sangat spesifik untuk mengatasi kekurangan oksigen, sebagai penopang pada substrat yang labil, memiliki kelenjar khusus untuk mengeluarkan kelebihan garam serta memiliki daun berkutikula tebal untuk mengurangi penguapan. Jenis tumbuhan ini didominasi oleh genera Rhizophora, Avicenia, Brugueira, Sonneratia.
2.      Mangrove Ikutan (Associated Mangrove): adalah kelompok tumbuhan yang ditemukan tumbuh bersama-sama dengan komunitas mangrove, tetapi tidak termasuk mangrove karena tumbuhan ini bersifat lebih kosmopolit dan memiliki kisaran toleransi yang besar terhadap perubahan faktor fisik lingkungan seperti suhu, salinitas dan substrat. Jenis tumbuhan yang tergolong mangrove ikutan misalnya: waru laut, pandan, ketapang, jeruju dan lain-lain.
3.      Vegetasi pantai Non Mangrove: vegetasi pantai non mangrove umumnya banyak ditemukan pada daerah pantai dengan substrat yang didominasi oleh pasir. Kelompok tumbuhan ini dicirikan oleh adanya zonasi bentuk pertumbuhan (habitus) secara horizontal dari daerah intertidal ke arah darat yang terdiri dari: tumbuhan menjalar, semak, perdu dan pohon. Semakin ke darat, keragaman jenis dan habitus pohon akan semakin besar. Jenis vegetasi pantai non mangrove umumnya terdiri dari: tapak kambing, rumput angin, santigi, ketapang, cemara laut dan kelapa. Tumbuhan ini membentuk zonasi yang khas.

D.    Peran Vegetasi Pantai
Vegetasi pantai memiliki peran yang sangat penting sebagai pencegah abrasi. Tumbuhan pantai umumnya memiliki akar yang panjang dan kuat sehingga mampu menahan substrat dari hempasan gelombang (Desai, 2000). Demikian pula saat timbulnya tsunami, vegetasi pantai memiliki kemampuan untuk meredam energi gelombang yang sangat besar. Efektifitas peredaman energi gelombang oleh vegetasi pantai sifatnya relatif dan ditentukan oleh banyak faktor.
Kerapatan vegetasi, ketebalan vegetasi dari pantai ke arah darat, topografi pantai, karakteristik substrat serta kondisi ekosistem terumbu karang dan lamun sangat menentukan efektifitas vegetasi pantai dalam meredam gelombang. Efektifitas peredaman energi gelombang oleh vegetasi pantai umumnya berkisar antara 0-30%. Namun pada daerah pantai yang sama sekali tidak terjamah oleh manusia (alami) dengan kondisi ekosistem terumbu karang, lamun dan tutupan vegetasi pantai yang sangat baik maka efektifitas peredaman energi gelombang dapat mencapai 90%. 
Efektifitas peredaman energi gelombang oleh vegetasi pantai juga bergantung pada kemampuan vegetasi pantai untuk mereduksi energi angin. Pada kondisi alami, zonasi yang utuh dari vegetasi pantai memiliki kemampuan untuk membelokkan arah angin ke atas, sehingga mencegah tumbangnya pohon besar yang berada di tengah pulau. Dengan demikian, bentuk zonasi vegetasi pantai yang utuh juga memiliki peran secara tidak langsung dalam mencegah abrasi (Desai, 2000). Selain sebagai peredam abrasi, vegetasi pantai juga memiliki fungsi sebagai penahan intrusi air laut, penjebak zat hara, mereduksi energi angin dan badai.
Usaha untuk melindungi daerah pantai dari ancaman gelombang dilakukan  dengan pembangunan fisik seperti pembuatan pondasi, talut, tembok penahan ombak, seawall, groins, jetties dan breakwater. Upaya ini, selain membutuhkan biaya pembangunan yang sangat tinggi, juga membutuhkan waktu yang relatif lama serta kontrol dan pemeliharaan yang ketat sehingga tidak dapat diterapkan untuk negara berkembang seperti di Indonesia. Selain itu, pembangunan fisik ini juga berakibat pada berubahnya morfologi garis pantai yang secara langsung mempengaruhi  ekosistem yang ada di daerah tersebut (Mimura N, 1999).
Upaya untuk melindungi daerah pantai dari ancaman abrasi atau untuk merehabilitasi pantai akibat tsunami seperti di Aceh dapat dilakukan dengan penanaman vegetasi pantai. Untuk kondisi lingkungan yang sesuai, penanaman mangrove dapat dilakukan seperti pada substrat berlumpur. Namun untuk daerah pesisir yang memiliki substrat berpasir, penanaman dengan vegetasi pantai sangat dianjurkan karena vegetasi pantai memiliki pertumbuhan yang sangat cepat, murah dan mudah diperoleh serta memiliki kemampuan yang cepat untuk pulih kembali apabila terjadi bencana.
Salah satu hal yang menyebabkan belum diliriknya vegetasi pantai sebagai pelindung pantai adalah karena vegetasi pantai dianggap tidak memiliki nilai ekonomi sehingga masyarakat dan pemerintah setempat enggan melakukan penanaman. Penelitian lebih lanjut dan sosialisasi terhadap potensi ekonomi dari vegetasi pantai perlu dilakukan untuk meyakinkan masyarakat dan pemerintah daerah setempat tentang manfaat ekonomi yang dapat diperoleh dari vegetasi pantai.

JENIS VEGETASI
MANFAAT EKONOMI
Kelapa Cocos nucifera
Virgin Coconut Oil, Nata De Coco, Minyak Goreng, Gula Kelapa, Arang, Atap, Sapu Lidi, Keset kaki dan lain-lain
Ketapang Terminalia catappa
Biji dimakan, tanin untuk menyamak kulit, obat rematik
Tapak Kambing Ipomoea pes-caprae
Biji untuk obat sakit perut, kram dan reumatik (obat luar)
Babandotan Ageratum conizoides
Obat diare, disentri dan penguat syaraf
Sesuvium portulacastrum
Daun dapat dimakan untuk sayur
Kacang Laut Canavalia maritima
Buah seperti kacang polong  dapat dimakan untuk sayur
Cemara Laut Casuarina equisetifolia
Biofuel (resin), kayu untuk bangunan, bonsai taman
Sukun Artocarpus communis
Bahan makanan, kayu bakar, pengikat air tawar
Petai Cina Leucaena glauca
Bahan makanan, makanan ternak, pupuk
Vitex negundo
Obat cacing dan sakit kepala
Zornia diphylla
Bahan makanan ternak
Eragrostis unioloides
Bahan makanan ternak
Vitex pubescens
Kayu untuk bahan baku pembuatan perahu
Mete  Anacardium occidentale
Aneka makanan olahan, getah untuk bahan pernis dan tinta
Pandan Pandanus tectorius
Pewarna, penyedap makanan, pembungkus makanan, tikar
Seruni Wedelia biflora
Air perasan daun untuk obat sakit perut dan ibu bersalin
Jarong  Stachytarpheta jamaicensis
Obat batu ginjal, bersih darah, rematik, infeksi
Buah Nona Morinda citrifolia
Akar sebagai bahan pewarna, buah sebagai obat dll
Waru Laut Hibiscus tiliaceus
Akar untuk obat demam, kayu untuk bagian tertentu perahu
Putat Barringtonia asiatica
Buah untuk racun ikan, tanaman hias dan peneduh jalan
Jarak Ricinus communis
Miyak castor yang mahal, sebagai  bahan obat kulit dan infeksi














BAB III
METODE PENELITIAN


Dalam bab ini diuraikan tipe penelitian, ruang lingkup penelitian, lokasi penelitian, dan metode penelitian yang digunakan.
A.    Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah deskriptif, metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir 2005).

B.     Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi identifikasi sebaran vegetasi pantai di teluk sukabumi di Desa Jayanti Kecamatan Pelabuhan Ratu.

C.    Lokasi Penelitian
Penelitian ini di laksanakan di Desa Jayanti Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. Di desa tersebut banyak aktivitas warga yang menggunakan lahan di sekitar pantai, sehingga vegetasi di sekitar pantai tersebut banyak berupa tanaman warga.



Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1
D.    Variabel Penelitian
Variabel penelitian menurut Rafi’i (1986),  adalah ukuran sifat ciri yang dimiliki oleh satu satuan yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lainnya. Adapun variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Untuk mengetahui sebaran vegetasi pantai menggunakan variabel:
a.       Mengamati flora yang tersebar di sepanjang pantai.
b.      Menentukan kerapatan vegetasi dengan metode trasek line.
c.       Mencocokan hasil interpretasi citra dengan kondisi nyata di lapangan.

E.     Jenis dan Sumber Data
Data yang diambil dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
1.      Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari kegiatan pengukuran lapangan meliputi:
Data plot vegetasi
a.       Data luas areal vegetasi
b.      Data kerapatan vegetasi
c.       Data diameter vegetasi lebih dari 10 meter.
2.      Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari beberapa instansi terkait, data sekunder yang dikumpulkan antara lain:
a.       Peta RBI Lembar Pelabuhan Ratu skala 1 : 25000
b.      Data Monografi Desa Jayanti Tahun 2012

F.     Alat dan Bahan Penelitian
a.       Alat dan Bahan Pengolahan Citra Satelit
Alat: Seperangkat PC dengan perangkat lunak ArcView  3.3 dan Ilwis.
Bahan:
1.      Citra geo eye Tahun 2013 formatif*tif
2.      Data Lapangan (teresterial)
b.      Alat dan bahan pada pengambilan data lapang (ground check) antara lain:
1.      Meteran
2.      Penggaris
3.      Alat tulis
4.      Tali rapia (tali plastik)
5.      Lembar kerja lapangan
6.      Kamera untuk dokumentasi.

G.    Pengolahan Data Penginderaan Jauh
Menurut Farda (2007) pengolahan citra Landsat 7/ETM+ dilakukan dengan perangkat lunak ArcView 3.3, baik secara digital maupun visual, yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Pemotongan citra (Croping)
Pemotongan citra atau croping dilakukan karena citra awal yang didapat memiliki cakupan area yang terlalu luas. Proses ini bertujuan agar pengolahan data menjadi lebih mudah, efektif, dan efisien karena cakupan area citra baru menjadi lebih kecil.
b.      Pemulihan Citra
Proses pemulihan citra terdiri dari koreksi geometrik dan koreksi radiometrik. Hal ini dilakukan agar citra yang akan diolah sesuai dengan keadaan sebenarnya.
1.      Koreksi Geometrik
Koreksi geometrik bertujuan untuk memperbaiki kesalahan posisi atau letak objek yang terekam pada citra, yang disebabkan adanya distorsi geometrik.
2.      Koreksi Radiometrik
Koreksi radiometrik dilakukan untuk memperbaiki nilai-nilai piksel yang tidak sesuai dengan nilai pantulan atau pancaran spektral objek yang sebenarnya.

c.       Penajaman Citra
Proses penajaman citra bertujuan untuk memperjelas kenampakan objek pada citra, sehingga citra semakin informatif. Penajaman citra dapat memperbaiki kenampakan citra dan membedakan objek yang ada pada citra dan informasinya lebih mudah diinterpretasi. Untuk melakukan indentifikasi vegetasi pantai.





















BAB IV
PEMBAHASAN


A.    DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
Kondisi Fisik Daerah Penelitian
a.      Letak dan luas
Citarik adalah desa di kecamatan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia. Desa Citarik terletak kurang lebih 6 km di sebelah timur kota Palabuhanratu, ibukota kecamatan dan juga kabupaten.[1]
Batas-batas wilayah desa ini, di antaranya:
1)       Sebelah utara: Desa Sampora
2)       Sebelah timur: Desa Cikadu
3)       Sebelah selatan: berbatasan langsung dengan sungai Citarik dan Cimandiri
4)       Sebelah barat: Kelurahan Palabuhanratu dan Desa Buniwangi
Memiliki luas total 1.011,05 ha, secara kewilayahan Citarik terdiri dari 4 kedusunan yaitu Dusun Nagrog, Dusun Tegal Lega, Dusun Ciawun, dan Dusun Jayanti. Selanjutnya terbagi lagi ke dalam 14 rukun warga (RW) dan 67 rukun tetangga (RT).
b.      Penggunaan Lahan
Lahan Desa Citarik, sekitar 355 ha di antaranya dimanfaatkan untuk permukiman; 250 ha untuk ladang dan tegalan, 290 ha untuk persawahan (sekitar 195 ha di antaranya telah beririgasi teknis), 150 ha untuk lahan hutan rakyat, dan 146 ha termasuk ke dalam kawasan hutan negara. Lahan hutan negara ini merupakan kawasan hutan produksi di bawah pengelolaan Perum Perhutani KPH Sukabumi.


c.       Penduduk
 Desa Citarik termasuk padat penduduknya. Pada 2006 tercatat dihuni oleh 4.566 kepala keluarga atau dengan total penduduk sejumlah 17.145 jiwa. Kepadatannya sekitar 1.696 jiwa per km². Perimbangan jenis kelamin penduduknya adalah 8.323 orang laki-laki dan 8.822 orang perempuan.
Dari segi mata pencaharian, sebagian besar penduduk Citarik adalah petani (2.926 orang); di antaranya 581 orang adalah buruh tani. Berikutnya, pedagang tercatat sebanyak 751 orang; pengrajin 671 orang; nelayan 335 orang; montir dan sopir 216 orang. Selebihnya bekerja sebagai buruh dan tukang di kota, pegawai negeri, anggota TNI dan kepolisian, dan lain-lain. Penduduk miskin di Desa Citarik mencapai 3.325 jiwa (19,5%).[2]
d.      Hidrologis dan Klimatologis
Air merupakan sumber utama untuk menunjang kehidupan manusia. Sumber air di Desa Citarik Kecamatan Pelabuhan ratu berasal dari Sungai Cimandiri yang melalui daerah tersebut.
Gambar 4.1 Sungai Cimandiri yang mengalir di Desa Citarik

Gambar 4.1 menggambarkan sungai citarum yang berada di Desa Citarik Sungai Cimandiri, yang dijadikan sebagai sarana transportasi bagi masyarakat dan dimanfaatkan untuk sumber air warga untuk keperluan kehidupan sehari-harinya. Namun kondisinya berbeda saat musim hujan, sungai citarum sering menimbulkan banjir yang cukup besar dan mengganggu akses menuju Desa Citarik Sungai Cimandiri. Untuk mengetahui tipe iklim di suatu wilayah, diperlukan informasi berupa data atau keterangan mengenai unsur-unsur cuaca dan iklim di kawasan tersebut.
e.       Jenis Tanah dan Topografi Wilayah
Jenis tanah di Desa Citarik merupakan daerah yang relatif berbukit dan sebgian bergunung dengan kemiringan lereng berkisar dari (10%), sampai agak curam (40%), dan curam. Jenis tanah yang terdapat di Desa Citarik sebagian besar tanah Andosol dan Latosol yang merupakan hasil dari proses vulkanik, dan sebagian tanah asosiasi Andosol dengan Latosol.

B.     Deskripsi Hasil Penelitian
1.      Hasil ground chek lapangan
Setelah melakukan interpretasi terhadap citra geo eye, selanjutnya di lakukan ground chek lapangan untuk membuktikan terhadap objek-objek yang menjadi kajian penelitian. Berdasarkan hasil ground chek di lapangan di dapatkan hasil sebagai berikut:














No
Hasil interpretasi cittra
Hasil ground Chek lapangan 
Keakuratan (%)
1

Vegetasi


Vegetasi plot 1





Vegetasi plot 2




Vegetasi plot 3




70
Berdasarkan hasil ground check lapangan bahwa hasil interprestasi dengan hasil di lapangan memiliki keakuratan 70 %. Adapun kerapatan vegetasi pantai di desa Jayanti berdasarkan hasil perhitungan adalah sebagai berikut:
Kerapatan Vegetasi
Parameter vegetasi tersebut dapat diukur secara kuantitatif sebagai berikut:       
a.    Densitas Seluruh Spesies.
Densitas Seluruh Spesies =  =
b.    Densisitas spesies A
Densitas seluruh spesies A =  = 0,04
c.    Luas cuplikan area
Luas cuplikan =  
d.   Densitas relative spesies A
Densitas relative spesies A
=
e.    Frekuensi absolute
Frekuensi absolute =
f.     Kerapatan absolute
Kerapatan absolute =
g.    Kerapatan relative
Kerapatan relative =
h.    Basal area
Basal area (BA) =

            Berdasarkan kegiatan obervasi atau penelitian pada vegetasi pantai di desa Jayanti, kami memperoleh hasil dari instrumen analisis vegetasi pantainya seperti densitas, kerapatan, dan basal area. Pada ranah spesies, diperoleh untuk mendapatkan densitasnya mulai dari densitas seluruh species, densitas species A, dan densitas relatif spesies A. Dari segi densitas yang telah kami analisis dan kami memperolehnya melalui perhitungan dengan rumus densitas untuk suatu spesies. Untuk seluruh spesies kami memperoleh angka 0,2, lalu pada spesies A memperoleh angka 0,04, dan untuk densitas relatif tersebut memperoleh angka presentase sebesar 20%.
            Pada ranah luas, disini kam menganalisis luas cuplikan areanya, yakni kami memperoleh cuplike area seluas 0,12 . Sedangkan pada frekuensi, kami menganalisis pada aspek frekuensi absolute dimana data yang diperoleh adalah 67%, hal ini dikarenakan sampel vegetasi yang di analisis (spesises A) terdapat pada dua plot dari tiga plot. Dalam hal kerapatan, diperoleh data untuk kerapatan absolute dan kerapatan relative, masing-masing data untuk hasilnya adalah 2,94 untuk kerapatan absolute dan 20% untuk kerapatan relative. Jika kita lihat dan amati pada kisaran NDVI, maka untuk kerapatan absolute masuk kedalam tingkat kerapatan yang tinggi dan pada ranah basal area (ba) diperoleh angka sebesar 304,34  atau 0,0304 . Jadi untuk kerapatan vegetasi pantai masuk dalam kategori tinggi.
















BAB V
PENUTUP


A.  Kesimpulan
Vegetasi pantai merupakan kelompok tumbuhan yang menempati daerah intertidal mulai dari daerah pasang surut hingga daerah di bagian dalam pulau atau daratan dimana masih terdapat pengaruh laut. Secara umum kelompok tumbuhan darat yang tumbuh di daerah intertidal atau daerah dekat laut yang memiliki salinitas cukup tinggi dapat dibagi menjadi tiga yaitu mangrove sejati, mangrove ikutan dan vegetasi pantai non mangrove.
Pantai adalah sebuah betuk geografis yang terdiri dari pasir dan terdapat di daerah pesisir lautan atau bagian daratan yang terdekat dengan laut. Perbatasan daratan dengan laut seolah-olah membentuk suatu garis yang disebut garis pantai. Indonesia merupakan negara berpantai terpanjang kedua setelah Kanada. Panjang pantai Indonesia tercatat sebesar 81.000 km.
Penelitian ini di laksanakan di Desa Jayanti Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi. Di desa tersebut banyak aktivitas warga yang menggunakan lahan di sekitar pantai, sehingga vegetasi di sekitar pantai tersebut banyak berupa tanaman warga.
Berdasarkan hasil ground chek di lapangan di dapatkan hasil nya yaitu bahwa jenis-jenis vegetasi dilapangan sama dengan vegetasi yang terdapat pada citra yaitu berupa; pohon ketapang, singkong, pisang, kelapa, dan petai cina. Pola vegetasi dilapangan sudah teratur karena vegetasi disana sudah dialih fungsikan oleh warga menjadi tanaman milik warga yang sudah sangat tertata. Serta kerapatan vegetasi pantai di desa Jayanti termasuk kedalam kategori tinggi.
B.  SARAN
Demikian laporan hasil penelitian ini yang penulis buat, mudah-mudahan dengan adanya laporan hasil penelitian ini dapat berguna untuk semua yang membacanya, terutama penulis. Kritik dan saran sangat dibutuhkan, karena dengan kritik dan saran tersebut dapat membangun penulis agar didalam membuat laporan hasil penelitian berikutnya  lebih baik lagi.
























DAFTAR PUSTAKA







[1] Profil desa Citarik,2006
[2] Musrenbang Desa Citarik 2006

No comments:

Post a Comment