BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pantai di
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar sebagai daerah yang sangat
intensif dimanfaatkan untuk kegiatan manusia, seperti sebagai kawasan
pemukiman, pelabuhan, pariwisata dan sebagainya. Selain itu
juga memiliki potensi yang sangat baik, seperti adanya vegetasi yang tumbuh
banyak dan subur di sekitarnya. Vegetasi
pantai merupakan kelompok tumbuhan yang menempati daerah intertidal mulai dari
daerah pasang surut hingga daerah di bagian dalam pulau atau daratan dimana
masih terdapat pengaruh laut. Secara umum kelompok tumbuhan darat yang tumbuh
di daerah intertidal atau daerah dekat laut yang memiliki salinitas cukup
tinggi dapat dibagi menjadi tiga yaitu mangrove sejati, mangrove ikutan dan
vegetasi pantai non mangrove.
Mangrove
sejati adalah
kelompok tumbuhan yang secara morfologis, anatomis dan fisiologis telah
menyesuaikan diri untuk hidup di daerah sekitar pantai. Mangrove tersebut tumbuh pada
substrat berpasir, berbatu dan terutama berlumpur. Ciri khas dari kelompok
tumbuhan ini adalah adanya modifikasi akar yang sangat spesifik untuk mengatasi
kekurangan oksigen, sebagai penopang pada substrat yang labil, memiliki kelenjar
khusus untuk mengeluarkan kelebihan garam serta memiliki daun berkutikula tebal
untuk mengurangi penguapan. Jenis
tumbuhan ini didominasi oleh genera Rhizophora, Avicenia, Brugueira,
Sonneratia.
Mangrove
ikutan adalah kelompok tumbuhan yang ditemukan tumbuh bersama-sama dengan
komunitas mangrove, tetapi tidak termasuk mangrove karena tumbuhan ini bersifat
lebih kosmopolit dan memiliki kisaran toleransi yang besar terhadap perubahan
faktor fisik lingkungan seperti suhu, salinitas dan substrat. Jenis tumbuhan yang tergolong
mangrove ikutan misalnya: waru laut, pandan, ketapang, jeruju dan lain-lain.
Vegetasi
pantai non mangrove umumnya banyak ditemukan pada daerah pantai dengan substrat
yang didominasi oleh pasir. Kelompok tumbuhan ini dicirikan oleh adanya zonasi
bentuk pertumbuhan (habitus) secara horizontal dari daerah intertidal ke arah
darat yang terdiri dari : tumbuhan menjalar, semak, perdu dan pohon. Semakin ke
darat, keragaman jenis dan habitus pohon akan semakin besar. Jenis vegetasi
pantai non mangrove umumnya terdiri dari: tapak kambing, rumput angin, santigi,
ketapang, cemara laut dan kelapa.
Tumbuhan
ini membentuk zonasi yang khas. Gelombang
merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
ekosistem yang berada di daerah pesisir pantai dan laut. Pengertian gelombang sesungguhnya
sangat sulit untuk didefenisikan, mengingat begitu kompleksnya proses-proses
yang berlangsung dan begitu banyaknya faktor lingkungan yang terlibat. Namun
secara sangat sederhana dapat dikatakan bahwa gelombang merupakan rambatan atau perpindahan energi
melalui badan air.
Gelombang
laut memiliki kekuatan besar yang dapat menyebabkan abrasi di tepi pantai,
terutama Tsunami. Secara
ekologi gelombang laut tidak selamanya bersifat merugikan karena gelombang laut
memiliki peran yang sangat penting untuk menyebarkan biji/buah/benih tumbuhan
pantai seperti benih kelapa, buah mangrove, buah pandan dan lain-lain. Besar kecilnya gelombang di suatu
daaerah atau pulau, selain ditentukan oleh bentuk dan topografi pantai juga
ditentukan oleh posisi pulau atau daerah tersebut. Daerah yang secara langsung
berada di tengah lautan terbuka atau ditepi samudera yang besar akan memiliki
ombak yang lebih kuat. Sedangkan pulau yang berada dekat daratan utama atau di
daerah bagian dalam kepulauan seperti laut Jawa akan memiliki ombak yang lebih
tenang.
Bertitik
tolak dari kenyataan di atas maka penulis sangat tertarik untuk mengetahui
bagaimana “IDENTIFIKASI SEBARAN VEGETASI
PANTAI DI TELUK SUKABUMI”.
B.
Rumusan Masalah
Berdsarkan latar
belakang yang dipaparkan diatas maka hal yang ingin dicapai penulis kali ini
adalah ingin menjawab salah satu fenomena yang ditemukan di lapangan, yaitu tentang identifikasi sebaran
vegetasi pantai di teluk sukabumi. Adapun, berawal dari latar belakang tersebut
maka penulis ingin membatasi dan mengemukakan beberapa penyelesaian untuk
menjawab masalah tersebut, yang penulis rangkum dalam beberapa rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa
saja jenis-jenis vegetasi yang terdapat di sekitar Desa Jayanti?
2. Bagaimana
pola persebaran vegetasi disekitar pantai?
3. Bagaimana
kerapatan vegetasi disekitar pantai?
C.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini
tidaklah berarti
bila tidak disertai dengan tujuan yang akan bermanfaat bagi penulis atau
pembaca hasil kajian ini. Secara
singkat tujuan penulisan laporan ini adalah:
1. Mengetahui
jenis-jenis vegetasi pantai disekitar pantai Jayanti.
2. Mengetahui
pola persebaran vegetasi di sekitar
pantai
3. Mengidentifikasi
kerapatan vegetasi di sekitar pantai
D.
Manfaat
Berdasarkan
rumusan dan tujuan penelitian yang telah penulis kemukakan di atas, maka
penulis menaruh harapan besar mengenai fungsi dan manfaat dari penelitian yang
akan penulis lakukan. Secara umum, penulis berharap bahwa penelitian ini dapat
berguna bagi diri penulis secara pribadi dan khalayak pembaca pada umumnya. Tidak terlepas dari hal itu, maka
penulis mencoba menyusun secara sistematis mengenai kegunaan dari penelitian
yang penulis lakukan kali ini, yang terkandung dalam beberapa poin di bawah
ini.
1. Membatu
kita mempelajari jenis-jenis vegetasi pantai di sekitar pantai
2. Membantu
kita mempelajari pola persebaran vegetasi di sekitar pantai
3. Membantu kita mempelajari pola persebaran vegetasi di
sekitar pantai
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A. Definisi Pantai
Pantai adalah sebuah wilayah yang
menjadi batas antara lautan dan daratan, bentuk pantai berbeda-beda sesuai
dengan keadaan, proses yang terjadi di wilayah tersebut, seperti pengangkutan,
pengendapan dan pengikisan yang disebabkan oleh gelombang, arus, angin dan
keadaan lingkungan disekitarnya yang berlangsung secara terus menerus, sehingga
membentuk sebuah pantai.
Pantai adalah sebuah betuk
geografis yang terdiri dari pasir
dan
terdapat di daerah pesisir lautan atau bagian daratan yang terdekat dengan
laut. Perbatasan daratan dengan laut seolah-olah membentuk suatu garis yang
disebut garis pantai. Indonesia
merupakan negara berpantai terpanjang kedua setelah Kanada. Panjang pantai Indonesia tercatat
sebesar 81.000 km.
Pantai
juga memiliki ekosistem, ekosistem pantai adalah ekosistem yang ada di wilayah
perbatasan antara air laut dan daratan, dalam ekosistem pantai terdapat
komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik pantai terdiri dari
tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah pantai, sedangkan komponen abiotik
pantai terdiri dari gelombang, arus, angin, pasir, batuan dan sebagainya.
B.
Jenis-jenis
Pantai
Pantai bisa
dikategorikan berdasarkan beberapa hal seperti bentukan lahan (landform) atau
material pembentuk sedimen. Berikut adalah beberapa tipe pantai yang umum dijumpai:
1.
Pantai curam
berbatu (cliff)
Pantai curam berbatu adalah
salah satu jenis pantai berupa bebatuan atau akumulasi material sedimen seperti
lempung (clay) berkemiringan curam yang terbentuk dari kombinasi proses
erosi (oleh terjangan ombak) dan pelapukan. Batu karang adalah salah satu batu
yang umum membentuk pantai curam. Salah satu jenis pantai ini cukup mudah
dijumpai misalnya di pantai selatan jawa atau si sekitar kepulauan Alor, Nusa
Tenggara Timur.
2.
Pantai
berpasir
Pantai berpasir adalah pantai
yang paling umum dijumpai dengan penampakan yang khas dengan kemiringan pantai
yang landai dan tersusun dari material lepas seperti pasir, kerikil (gravel),
batu gaplok (cobblestones) dan sejenisnya. Gelombang dan arus di pantai adalah
penggerak utama terbentuknya pantai jenis ini dengan secara terus-menerus
menempatkan pasir (atau material lepas lainnya) ke pantai. Dengan keindahannya,
pantai jenis ini terutama pantai berpasir putih telah banyak menarik industri
pariwisata sebagai tempat rekreasi seperti pantai Kuta, Bali.
3.
Pantai cadas
Pantai cadas adalah pantai yang berhadapan langsung dengan laut lepas.
Pantai yang didominasi oleh pantai tebing dengan formasi batuan keras, atau
tebing karang, sementara di depannya ditemukan ekosistem terumbu karang dan
material yang berbentuk pasir yang berasal dari hancuran karang atau biota
laut. Jenis pantai ini banyak ditemukan di selatan Pulau Jawa.
C.
Vegetasi
Pantai
Vegetasi pantai merupakan kelompok tumbuhan yang
menempati daerah intertidal mulai dari daerah pasang surut hingga daerah di
bagian dalam pulau atau daratan dimana masih terdapat pengaruh laut. Secara
umum kelompok tumbuhan darat yang tumbuh di daerah intertidal atau daerah dekat
laut yang memiliki salinitas cukup tinggi, dapat dibagi menjadi 3 (Noor et al,
1999):
1.
Mangrove Sejati: adalah merupakan kelompok tumbuhan
yang secara morfologis, anatomis dan fisiologis telah menyesuaikan diri untuk
hidup di daerah sekitar pantai. Mangrove
tumbuh pada substrat berpasir, berbatu dan terutama berlumpur. Ciri khas
dari kelompok tumbuhan ini adalah adanya modifikasi akar yang sangat spesifik
untuk mengatasi kekurangan oksigen, sebagai penopang pada substrat yang labil,
memiliki kelenjar khusus untuk mengeluarkan kelebihan garam serta memiliki daun
berkutikula tebal untuk mengurangi penguapan. Jenis tumbuhan ini didominasi
oleh genera Rhizophora, Avicenia, Brugueira, Sonneratia.
2.
Mangrove Ikutan (Associated Mangrove): adalah kelompok
tumbuhan yang ditemukan tumbuh bersama-sama dengan komunitas mangrove, tetapi
tidak termasuk mangrove karena tumbuhan ini bersifat lebih kosmopolit dan
memiliki kisaran toleransi yang besar terhadap perubahan faktor fisik
lingkungan seperti suhu, salinitas
dan substrat. Jenis tumbuhan yang tergolong mangrove ikutan misalnya: waru
laut, pandan, ketapang, jeruju dan
lain-lain.
3.
Vegetasi pantai Non Mangrove: vegetasi
pantai non mangrove umumnya banyak ditemukan pada daerah pantai dengan substrat
yang didominasi oleh pasir. Kelompok tumbuhan ini dicirikan oleh adanya zonasi
bentuk pertumbuhan (habitus) secara horizontal dari daerah intertidal ke arah
darat yang terdiri dari: tumbuhan menjalar, semak, perdu dan pohon. Semakin ke
darat, keragaman jenis dan habitus pohon akan semakin besar. Jenis vegetasi
pantai non mangrove umumnya terdiri dari: tapak kambing, rumput angin, santigi,
ketapang, cemara laut dan kelapa. Tumbuhan ini
membentuk zonasi yang khas.
D.
Peran Vegetasi
Pantai
Vegetasi pantai memiliki peran yang sangat penting
sebagai pencegah abrasi. Tumbuhan
pantai umumnya memiliki akar yang panjang dan kuat sehingga mampu menahan
substrat dari hempasan gelombang (Desai, 2000). Demikian pula saat timbulnya
tsunami, vegetasi pantai memiliki kemampuan untuk meredam energi gelombang yang
sangat besar. Efektifitas peredaman energi gelombang oleh vegetasi pantai
sifatnya relatif dan ditentukan oleh banyak faktor.
Kerapatan vegetasi, ketebalan vegetasi dari pantai ke
arah darat, topografi pantai, karakteristik substrat serta kondisi ekosistem
terumbu karang dan lamun sangat menentukan efektifitas vegetasi pantai dalam
meredam gelombang. Efektifitas peredaman energi gelombang oleh vegetasi
pantai umumnya berkisar antara 0-30%. Namun pada
daerah pantai yang sama sekali tidak terjamah oleh manusia (alami) dengan
kondisi ekosistem terumbu karang, lamun dan tutupan vegetasi pantai yang sangat
baik maka efektifitas peredaman energi gelombang dapat mencapai 90%.
Efektifitas peredaman energi gelombang oleh vegetasi pantai
juga bergantung pada kemampuan vegetasi pantai untuk mereduksi energi angin.
Pada kondisi alami, zonasi yang utuh dari vegetasi pantai memiliki kemampuan
untuk membelokkan arah angin ke atas, sehingga mencegah tumbangnya pohon besar
yang berada di tengah pulau. Dengan demikian, bentuk zonasi vegetasi pantai
yang utuh juga memiliki peran secara tidak langsung dalam mencegah abrasi
(Desai, 2000). Selain
sebagai peredam abrasi, vegetasi pantai juga memiliki fungsi sebagai penahan
intrusi air laut, penjebak zat hara, mereduksi energi angin dan badai.
Usaha untuk melindungi daerah pantai dari ancaman
gelombang dilakukan dengan pembangunan fisik seperti pembuatan pondasi,
talut, tembok penahan ombak, seawall, groins, jetties dan breakwater. Upaya ini,
selain membutuhkan biaya pembangunan yang sangat tinggi, juga membutuhkan waktu
yang relatif lama serta kontrol dan pemeliharaan yang ketat sehingga tidak
dapat diterapkan untuk negara berkembang seperti di Indonesia. Selain itu,
pembangunan fisik ini juga berakibat pada berubahnya morfologi garis pantai
yang secara langsung mempengaruhi ekosistem yang ada di daerah tersebut
(Mimura N, 1999).
Upaya untuk melindungi daerah pantai dari ancaman
abrasi atau untuk merehabilitasi pantai akibat tsunami seperti di Aceh dapat
dilakukan dengan penanaman vegetasi pantai. Untuk kondisi lingkungan yang
sesuai, penanaman mangrove dapat dilakukan seperti pada substrat berlumpur.
Namun untuk daerah pesisir yang memiliki substrat berpasir, penanaman dengan
vegetasi pantai sangat dianjurkan karena vegetasi pantai memiliki pertumbuhan
yang sangat cepat, murah dan mudah diperoleh serta memiliki kemampuan yang
cepat untuk pulih kembali apabila terjadi bencana.
Salah satu hal yang menyebabkan belum diliriknya
vegetasi pantai sebagai pelindung pantai adalah karena vegetasi pantai dianggap
tidak memiliki nilai ekonomi sehingga masyarakat dan pemerintah setempat enggan
melakukan penanaman. Penelitian lebih lanjut dan sosialisasi terhadap potensi
ekonomi dari vegetasi pantai perlu dilakukan untuk meyakinkan masyarakat dan
pemerintah daerah setempat tentang manfaat ekonomi yang dapat diperoleh dari
vegetasi pantai.
JENIS VEGETASI
|
MANFAAT EKONOMI
|
Kelapa Cocos nucifera
|
Virgin Coconut Oil, Nata De Coco,
Minyak Goreng, Gula Kelapa,
Arang, Atap, Sapu Lidi, Keset kaki dan lain-lain
|
Ketapang Terminalia catappa
|
Biji dimakan, tanin untuk menyamak
kulit, obat rematik
|
Tapak Kambing Ipomoea
pes-caprae
|
Biji untuk obat sakit perut, kram
dan reumatik (obat luar)
|
Babandotan Ageratum conizoides
|
Obat diare, disentri dan penguat
syaraf
|
Sesuvium portulacastrum
|
Daun dapat dimakan untuk sayur
|
Kacang Laut Canavalia maritima
|
Buah seperti kacang polong
dapat dimakan untuk sayur
|
Cemara Laut Casuarina
equisetifolia
|
Biofuel (resin), kayu untuk
bangunan, bonsai taman
|
Sukun Artocarpus communis
|
Bahan makanan, kayu bakar,
pengikat air tawar
|
Petai Cina Leucaena glauca
|
Bahan makanan, makanan ternak,
pupuk
|
Vitex negundo
|
Obat cacing dan sakit kepala
|
Zornia diphylla
|
Bahan makanan ternak
|
Eragrostis unioloides
|
Bahan makanan ternak
|
Vitex pubescens
|
Kayu untuk bahan baku pembuatan
perahu
|
Mete Anacardium
occidentale
|
Aneka makanan olahan, getah untuk
bahan pernis dan tinta
|
Pandan Pandanus tectorius
|
Pewarna, penyedap makanan,
pembungkus makanan, tikar
|
Seruni Wedelia biflora
|
Air perasan daun untuk obat sakit
perut dan ibu bersalin
|
Jarong Stachytarpheta
jamaicensis
|
Obat batu ginjal, bersih darah,
rematik, infeksi
|
Buah Nona Morinda citrifolia
|
Akar
sebagai bahan pewarna, buah sebagai obat dll
|
Waru Laut Hibiscus tiliaceus
|
Akar untuk obat demam, kayu untuk
bagian tertentu perahu
|
Putat Barringtonia
asiatica
|
Buah untuk racun ikan, tanaman hias dan peneduh
jalan
|
Jarak Ricinus
communis
|
Miyak castor yang mahal, sebagai bahan obat
kulit dan infeksi
|
BAB
III
METODE
PENELITIAN
Dalam bab ini diuraikan tipe penelitian, ruang lingkup penelitian, lokasi penelitian, dan
metode penelitian yang digunakan.
A. Tipe Penelitian
Tipe
penelitian ini adalah deskriptif, metode deskriptif adalah suatu metode dalam
meneliti status sekelompok manusia suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem
pemikiran peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah
untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir
2005).
B. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang
lingkup penelitian ini meliputi identifikasi sebaran vegetasi pantai di teluk
sukabumi di Desa Jayanti Kecamatan Pelabuhan Ratu.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian
ini di laksanakan di Desa Jayanti Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi.
Di desa tersebut banyak aktivitas warga yang menggunakan lahan di sekitar
pantai, sehingga vegetasi di sekitar pantai tersebut banyak berupa tanaman
warga.
Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1
D. Variabel Penelitian
Variabel
penelitian menurut Rafi’i (1986), adalah
ukuran sifat ciri yang dimiliki oleh satu satuan yang berbeda dengan yang
dimiliki oleh kelompok lainnya. Adapun variabel yang akan digunakan dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
Untuk mengetahui
sebaran vegetasi pantai menggunakan variabel:
a. Mengamati
flora yang tersebar di sepanjang pantai.
b. Menentukan
kerapatan vegetasi dengan metode trasek line.
c. Mencocokan
hasil interpretasi citra dengan kondisi nyata di lapangan.
E. Jenis dan Sumber Data
Data
yang diambil dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder.
1.
Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari
kegiatan pengukuran lapangan meliputi:
Data
plot vegetasi
a. Data
luas areal vegetasi
b. Data
kerapatan vegetasi
c. Data
diameter vegetasi lebih dari 10 meter.
2. Data
Sekunder
Data sekunder diperoleh dari beberapa
instansi terkait, data sekunder yang dikumpulkan antara lain:
a. Peta
RBI Lembar Pelabuhan Ratu skala 1 : 25000
b. Data
Monografi Desa Jayanti Tahun 2012
F.
Alat
dan Bahan Penelitian
a. Alat
dan Bahan Pengolahan Citra Satelit
Alat: Seperangkat PC
dengan perangkat lunak ArcView 3.3 dan
Ilwis.
Bahan:
1. Citra
geo eye Tahun 2013 formatif*tif
2. Data
Lapangan (teresterial)
b. Alat
dan bahan pada pengambilan data lapang (ground check) antara lain:
1. Meteran
2. Penggaris
3. Alat
tulis
4. Tali
rapia (tali plastik)
5. Lembar
kerja lapangan
6. Kamera
untuk dokumentasi.
G. Pengolahan Data Penginderaan Jauh
Menurut Farda (2007) pengolahan citra Landsat 7/ETM+
dilakukan dengan perangkat lunak ArcView 3.3, baik secara digital maupun
visual, yang dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Pemotongan
citra (Croping)
Pemotongan citra atau croping dilakukan
karena citra awal yang didapat memiliki cakupan area yang terlalu luas. Proses
ini bertujuan agar pengolahan data menjadi lebih mudah, efektif, dan efisien
karena cakupan area citra baru menjadi lebih kecil.
b. Pemulihan
Citra
Proses pemulihan citra terdiri dari
koreksi geometrik dan koreksi radiometrik. Hal ini dilakukan agar citra yang
akan diolah sesuai dengan keadaan sebenarnya.
1. Koreksi
Geometrik
Koreksi
geometrik bertujuan untuk memperbaiki kesalahan posisi atau letak objek yang
terekam pada citra, yang disebabkan adanya distorsi geometrik.
2. Koreksi
Radiometrik
Koreksi
radiometrik dilakukan untuk memperbaiki nilai-nilai piksel yang tidak sesuai
dengan nilai pantulan atau pancaran spektral objek yang sebenarnya.
c. Penajaman
Citra
Proses penajaman citra bertujuan
untuk memperjelas kenampakan objek pada citra, sehingga citra semakin
informatif. Penajaman citra dapat memperbaiki kenampakan citra dan membedakan
objek yang ada pada citra dan informasinya lebih mudah diinterpretasi. Untuk
melakukan indentifikasi vegetasi pantai.
BAB
IV
PEMBAHASAN
A.
DESKRIPSI
DAERAH PENELITIAN
Kondisi
Fisik Daerah Penelitian
a.
Letak dan luas
Citarik adalah desa di kecamatan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia. Desa Citarik terletak kurang lebih 6 km di sebelah timur
kota Palabuhanratu, ibukota kecamatan dan juga kabupaten.[1]
Batas-batas wilayah desa ini, di
antaranya:
3)
Sebelah
selatan: berbatasan
langsung dengan sungai Citarik dan Cimandiri
Memiliki luas total 1.011,05 ha,
secara kewilayahan Citarik terdiri dari 4 kedusunan yaitu Dusun Nagrog, Dusun
Tegal Lega, Dusun Ciawun, dan Dusun Jayanti. Selanjutnya terbagi lagi ke dalam
14 rukun warga (RW) dan 67 rukun tetangga (RT).
b. Penggunaan
Lahan
Lahan Desa Citarik, sekitar 355 ha
di antaranya dimanfaatkan untuk permukiman; 250 ha untuk ladang dan tegalan,
290 ha untuk persawahan
(sekitar 195 ha di antaranya telah beririgasi teknis), 150 ha untuk lahan hutan
rakyat, dan 146 ha termasuk ke dalam kawasan hutan negara. Lahan hutan negara
ini merupakan kawasan hutan produksi
di bawah pengelolaan Perum
Perhutani KPH Sukabumi.
c. Penduduk
Desa Citarik termasuk padat penduduknya.
Pada 2006 tercatat dihuni oleh 4.566 kepala keluarga atau dengan total penduduk
sejumlah 17.145 jiwa. Kepadatannya sekitar 1.696 jiwa per km². Perimbangan
jenis kelamin penduduknya adalah 8.323 orang laki-laki dan 8.822 orang
perempuan.
Dari segi mata
pencaharian, sebagian besar penduduk Citarik adalah petani (2.926 orang); di
antaranya 581 orang adalah buruh tani. Berikutnya, pedagang tercatat sebanyak
751 orang; pengrajin 671 orang; nelayan 335 orang; montir dan sopir 216 orang.
Selebihnya bekerja sebagai buruh dan tukang di kota, pegawai negeri, anggota
TNI dan kepolisian, dan lain-lain. Penduduk miskin di Desa Citarik mencapai
3.325 jiwa (19,5%).[2]
d. Hidrologis dan Klimatologis
Air merupakan sumber
utama untuk menunjang kehidupan manusia. Sumber air di Desa Citarik Kecamatan
Pelabuhan ratu berasal dari Sungai Cimandiri yang melalui daerah tersebut.
Gambar 4.1 Sungai Cimandiri yang mengalir di Desa
Citarik
Gambar
4.1 menggambarkan sungai citarum yang berada di Desa Citarik Sungai Cimandiri,
yang dijadikan sebagai sarana transportasi bagi masyarakat dan dimanfaatkan
untuk sumber air warga untuk keperluan kehidupan sehari-harinya. Namun
kondisinya berbeda saat musim hujan, sungai citarum sering menimbulkan banjir
yang cukup besar dan mengganggu akses menuju Desa Citarik Sungai Cimandiri.
Untuk mengetahui tipe iklim di suatu wilayah, diperlukan informasi berupa data
atau keterangan mengenai unsur-unsur cuaca dan iklim di kawasan tersebut.
e. Jenis Tanah dan Topografi Wilayah
Jenis tanah di Desa
Citarik merupakan daerah yang relatif berbukit dan sebgian bergunung dengan
kemiringan lereng berkisar dari (10%), sampai agak curam (40%), dan curam.
Jenis tanah yang terdapat di Desa Citarik sebagian besar tanah Andosol dan
Latosol yang merupakan hasil dari proses vulkanik, dan sebagian tanah asosiasi
Andosol dengan Latosol.
B.
Deskripsi Hasil Penelitian
1. Hasil
ground chek lapangan
Setelah melakukan interpretasi terhadap citra geo
eye, selanjutnya di lakukan ground chek lapangan untuk membuktikan terhadap
objek-objek yang menjadi kajian penelitian. Berdasarkan hasil ground chek di
lapangan di dapatkan hasil sebagai berikut:
No
|
Hasil
interpretasi cittra
|
Hasil
ground Chek lapangan
|
Keakuratan
(%)
|
|||
1
|
Vegetasi
|
Vegetasi plot
1
Vegetasi plot 2
Vegetasi plot
3
|
70
|
Berdasarkan
hasil ground check lapangan bahwa hasil interprestasi dengan hasil di lapangan
memiliki keakuratan 70 %. Adapun kerapatan vegetasi pantai di desa Jayanti
berdasarkan hasil perhitungan adalah sebagai berikut:
Kerapatan Vegetasi
Parameter vegetasi tersebut dapat diukur secara kuantitatif sebagai
berikut:
a. Densitas
Seluruh Spesies.
Densitas
Seluruh Spesies = =
b.
Densisitas spesies A
Densitas
seluruh spesies A = = 0,04
c. Luas
cuplikan area
Luas
cuplikan =
d.
Densitas relative spesies A
Densitas relative spesies A
=
e.
Frekuensi absolute
Frekuensi
absolute =
f.
Kerapatan absolute
Kerapatan
absolute =
g. Kerapatan
relative
Kerapatan
relative =
h.
Basal area
Basal
area (BA) =
Berdasarkan
kegiatan obervasi atau penelitian pada vegetasi pantai di desa Jayanti, kami
memperoleh hasil dari instrumen analisis vegetasi pantainya seperti densitas,
kerapatan, dan basal area. Pada ranah spesies, diperoleh untuk mendapatkan
densitasnya mulai dari densitas seluruh species, densitas species A, dan
densitas relatif spesies A. Dari segi densitas yang telah kami analisis dan
kami memperolehnya melalui perhitungan dengan rumus densitas untuk suatu
spesies. Untuk seluruh spesies kami memperoleh angka 0,2, lalu pada spesies A
memperoleh angka 0,04, dan untuk densitas relatif tersebut memperoleh angka
presentase sebesar 20%.
Pada
ranah luas, disini kam menganalisis luas cuplikan areanya, yakni kami
memperoleh cuplike area seluas 0,12 . Sedangkan pada frekuensi, kami menganalisis pada
aspek frekuensi absolute dimana data yang diperoleh adalah 67%, hal ini
dikarenakan sampel vegetasi yang di analisis (spesises A) terdapat pada dua
plot dari tiga plot. Dalam hal kerapatan, diperoleh data untuk kerapatan
absolute dan kerapatan relative, masing-masing data untuk hasilnya adalah 2,94
untuk kerapatan absolute dan 20% untuk kerapatan relative. Jika kita lihat dan
amati pada kisaran NDVI, maka untuk kerapatan absolute masuk kedalam tingkat
kerapatan yang tinggi dan pada ranah basal area (ba) diperoleh angka sebesar
304,34 atau 0,0304 . Jadi untuk kerapatan vegetasi pantai masuk dalam
kategori tinggi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Vegetasi
pantai merupakan kelompok tumbuhan yang menempati daerah intertidal mulai dari
daerah pasang surut hingga daerah di bagian dalam pulau atau daratan dimana
masih terdapat pengaruh laut. Secara umum kelompok tumbuhan darat yang tumbuh
di daerah intertidal atau daerah dekat laut yang memiliki salinitas cukup
tinggi dapat dibagi menjadi tiga yaitu mangrove sejati, mangrove ikutan dan
vegetasi pantai non mangrove.
Pantai adalah sebuah betuk
geografis yang terdiri dari pasir
dan
terdapat di daerah pesisir lautan atau bagian daratan yang terdekat dengan
laut. Perbatasan daratan dengan laut seolah-olah membentuk suatu garis yang
disebut garis pantai. Indonesia
merupakan negara berpantai terpanjang kedua setelah Kanada. Panjang pantai Indonesia tercatat
sebesar 81.000 km.
Penelitian
ini di laksanakan di Desa Jayanti Kecamatan Pelabuhan Ratu Kabupaten Sukabumi.
Di desa tersebut banyak aktivitas warga yang menggunakan lahan di sekitar
pantai, sehingga vegetasi di sekitar pantai tersebut banyak berupa tanaman warga.
Berdasarkan
hasil ground chek di lapangan di dapatkan hasil nya yaitu bahwa jenis-jenis
vegetasi dilapangan sama dengan vegetasi yang terdapat pada citra yaitu berupa;
pohon ketapang, singkong, pisang, kelapa, dan petai cina. Pola vegetasi
dilapangan sudah teratur karena vegetasi disana sudah dialih fungsikan oleh
warga menjadi tanaman milik warga yang sudah sangat tertata. Serta kerapatan
vegetasi pantai di desa
Jayanti termasuk kedalam kategori tinggi.
B. SARAN
Demikian laporan hasil penelitian
ini yang penulis buat, mudah-mudahan dengan adanya laporan hasil penelitian ini
dapat berguna untuk semua yang membacanya, terutama penulis. Kritik dan saran
sangat dibutuhkan, karena dengan kritik dan saran tersebut dapat membangun
penulis agar didalam membuat laporan hasil penelitian berikutnya lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment