My Real Blog, Life, Education, Story, Song, Laugh and My Real Love♡

Friday 29 January 2016

Lyric dan Terjemahan Tujh Mein Rab Dikhta Hai - Rab Ne Bana Di Jodi

     

Song: Tujh Mein Rab Dikhta Hai (Blu-ray - Male)
Movie: Rab Ne Bana Di Jodi (2008)
Singer: Roopkumar Rathod
Music Director: Salim Sulaiman
Lyricist: Jaideep Sahni
Actors: Shahrukh Khan and Anushka Sharma


Tu hi toh jannat meri Tu hi mera junoon
Kamu adalah surgaku Kamu yang aku sukai

Tu hi to mannat meri Tu hi rooh ka sukoon
Kamu adalah keinginanku Kamu adalah ketenangan jiwaku

Tu hi aakhion ki thandak Tu hi dil ki hai dastak
Kamu peneduh mataku Kamu detak jantungku

Aur kuch na janu mein, bas itna hi jaanu
Dan aku tidak tahu apa apa lagi, aku hanya tahu ini


Tujh mein rab dikhta hai Yaara mein kya karu
Aku melihat tuhan dalam dirimu Apa yang harus kulakukan

Tujh mein rab dikhta hai Yaara mein kya karu
Aku melihat tuhan dalam dirimu Apa yang harus kulakukan

Sajdhe sar jukhta hai Yaara mein kya karu
Kepalaku tunduk menyembahmu Apa yang harus kulakukan

Tujh mein rab dikhta hai Yaara mein kya karu
Aku melihat tuhan dalam dirimu Apa yang harus kulakukan


Kaisi hai yeh doori Kaisi majboori
Jarak apa ini Ketidak berdayaan apa ini

Meine nazron se tujhe choo liya
Aku telah menyentuhmu dengan pandanganku

Hoo..o Kabhi teri khusboo Kabhi teri baatein
Kadang keharumanmu Kadang kata katamu

Bin mange yeh jahan pa liya
Tanpa ku pinta telah kudapatkan dunia ini

Tu hi dil ki hai raunak Tu hi janmo ki daulat
Kamu adalah cahaya hatiku Kamu adalah harta hidupku

Aur kuch na janu mein bas itna hi jaanu
Dan aku tidak tahu apa apa lagi aku hanya tahu ini


Tujh mein rab dikhta hai Yaara mein kya karu
Aku melihat tuhan dalam dirimu Apa yang harus kulakukan

Tujh mein rab dikhta hai Yaara mein kya karu
Aku melihat tuhan dalam dirimu Apa yang harus kulakukan

Sajdhe sar jukhta hai Yaara mein kya karu
Kepalaku tunduk menyembahmu Apa yang harus kulakukan

Tujh mein rab dikhta hai Yaara mein kya karu
Aku melihat tuhan dalam dirimu Apa yang harus kulakukan


Vasdi vasdi vasdi dil te dil vich basdi

Kau tinggal begitu dalam di lubuk hatiku

Hasdi hasdi hasdi dil rove te hasdi
Hatiku yang menangis pun tersenyum

Vasdi vasdi vasdi dil te dil vich basdi
Kau tinggal begitu dalam di lubuk hatiku

Hasdi hasdi hasdi dil rove te hasdi
Hatiku yang menangis pun tersenyum


Rab ne bana di jodi.....haii
Tuhan menciptakan pasangan


Vasdi vasdi vasdi dil te dil vich basdi
Kau tinggal begitu dalam di lubuk hatiku

Hasdi hasdi hasdi dil rove te hasdi
Hatiku yang menangis pun tersenyum


Chham chham aaye mujhe tarsaaye
Kamu datang bergemerincing, Membuatku resah

Tera saaya chhed ke choomta
Bayanganmu menggoda dan menciumku

Hoo..oTu jo muskaaye Tu jo sharmaaye
Kamu tersenyum Kamu tersipu malu

Jaise mera hai khuda jhoomta
Seperti tuhanku sedang menari

Tu hi meri hai barkat,Tu hi meri ibaadat
Kamu adalah berkahku Kamu adalah ibadahku

Aur kuch na janu mein bas itna hi jaanu
Dan aku tidak tahu apa apa lagi aku hanya tahu ini


Tujh mein rab dikhta hai Yaara mein kya karu
Aku melihat tuhan dalam dirimu Apa yang harus kulakukan

Tujh mein rab dikhta hai Yaara mein kya karu
Aku melihat tuhan dalam dirimu Apa yang harus kulakukan

Sajdhe sar jukhta hai Yaara mein kya karu
Kepalaku tunduk menyembahmu Apa yang harus kulakukan

Tujh mein rab dikhta hai Yaara mein kya karu
Aku melihat tuhan dalam dirimu Apa yang harus kulakukan

Vasdi vasdi vasdi dil te dil vich basdi
Kau tinggal begitu dalam di lubuk hatiku

Hasdi hasdi hasdi dil rove te hasdi
Hatiku yang menangis pun tersenyum


Vasdi vasdi vasdi dil te dil vich basdi
Kau tinggal begitu dalam di lubuk hatiku

Hasdi hasdi hasdi dil rove te hasdi
Hatiku yang menangis pun tersenyum


Rab ne bana di jodi.....Haiyy
Tuhan menciptakan pasangan

Monday 25 January 2016

Lyric dan Terjemahan Gerua

    https://www.youtube.com/watch?v=AEIVhBS6baE

Movie : Dilwale
Cast: Shah Rukh Khan, Kajol, Varun Dhawan, Kriti Sanon
Singers: Arijit Singh, Antara Mitra
Music: Pritam Chakraborty
Lyrics: Amitabh Bhattacharya
Label: Sony Music


Dhoop Se Nikal Ke
setelah keluar dari terik matahari
Chhanv Se Phisal Ke
Tergelincir jauh dari tempat bernaung
Hum Mile Jahaan Par Lamha Tham Gaya
Tempat dimana kita bertemu . Waktupun berhenti disana
Aasmaan Pighal Ke Sheeshe Mein Dhal Ke 
Langit itupun melebur dan berubah menjadi kaca
Jam Gaya To Tera Chehra Ban Gaya
Dan saat (langit yang berubah menjadi kaca) itu membeku ia membentuk bayangan wajahmu

Duniya Bhula Ke Tum Se Mila Hoon
aku melupakan dunia ini stelah bertemu denganmu

Nikli Hai Dil Se Yeh Duaa
Ini adalah doa yang terlontar dari dalam hati

Rang De Tu Mohe Gerua
Warnailah aku dengan warna cintamu

Raanjhe Ki Dil Se Hai Duaa
Ini adalah doa dari dalam hati seorang kekasih

Rang De Tu Mohe Gerua
warnailah aku dengan warna cintamu

Tum Se Shuru, Tum Pe Fanaa
Bermula darimu, berakhir padamu

Hai Sufiyana Yeh Dastaan
Kisah yang suci ini

Main Kaarvaan, Manzil Ho Tum
Aku adalah kafilah, kau tempat tujuannya

Jaata Jahaan Ko Har Raasta
Setiap jalan mengarah ke tempatmu

Tum Se Juraa Jo Dil Zara Sambhal Ke
Setelah kupulihkan hati ini dengan bersatu denganmu

Dard Ka Woh Saara Kohra Chhan Gaya
Seluruh kabut derita itu akhirnya memudar

Duniya Bhula Ke Tum Se Mila Hoon
aku melupakan dunia ini stelah bertemu denganmu

Nikli Hai Dil Se Yeh Duaa
Ini adalah doa yang terlontar dari dalam hati

Rang De Tu Mohe Gerua
Warnailah aku dengan warna cintamu

Raanjhe Ki Dil Se Hai Duaa
Ini adalah doa dari dalam hati seorang kekasih

Rang De Tu Mohe Gerua
warnailah aku dengan warna cintamu

Hoo
Veeraan Tha Dil Ka Jahaan
Dulu ruang hatiku begitu hampa

Jis Din Se Tu Daakhil Hua
Namun semenjak kau mengisi hatiku

Ik Jism Se Ik Jaan Ka
dari satu tubuh  hingga menjadi satu jiwa

Darja Mujhe Haasil Hua
Aku telah mencapai tahap itu
Haan.. Pheeke Hain Saare Naate Jahaan Ke
Ya, seluruh warna hubungan di dunia ini tampak pudar
Tere Saath Rishta Gehra Ban Gaya
Namun bersamamu warna hubungan itu menjadi lebih pekat

Sunday 24 January 2016

Lyric dan Terjemahan Janam Janam (Dilwale)


 https://www.youtube.com/watch?v=Z9S72lKj_Bw

Song : JANAM JANAM
Movie : Dilwale
Singer : Arijit SIngh
Music : Pritam
Cast : SRK.. Kajol..Varun Dhawan.. Kriti Sanon


Janam janam janam saath chalna yunhi 
Kita akan berjalan bersama seperti ini di setiap kelahiran

Kasam tumhe kasam aake milna yunhi 
Sumpah demi dirimu aku akan selalu datang menemuimu seperti ini

Ek jaan hai bhale do badan ho judaa 
Meski raga kita terpisah namun jiwa kita tetap satu

Meri hoke hamesha hi rehna 
setelah kau menjadi milikku tetaplah bersama selamanya

Kabhi na kehna alvida 
Jangan pernah ucapkan selamat tinggal


Meri subah ho tumhi aur tumhi shaam ho 
kaulah pagiku dan kaulah senjaku

Tum dard ho tumhi aaram ho 
Kaulah deritaku dan kaulah pelipurku

Meri duaaon se aati hai bas yeh sadaa 
hanya inilah suara yang bergema dari doa-doaku

Meri hoke hamesha hi rehna 
setelah kau menjadi milikku tetaplah bersama selamanya

Kabhi na kehna alvida 
Jangan pernah ucapkan selamat tinggal


Teri Baahon Mein Hain Mere Dono Jahaan
dalam pelukanmu terletak dua duniaku

Tu Rahe Jidhar Meri Jannat Wahin
di mana kau berada, di sanalah surgaku

Jal Rahi Aggan Hai Jo Yeh Do Tarfa
api asmara yang membara di kedua sisi

Na Bujhe Kabhi Meri Mannat Yahin
tak akan pernah padam karena hasratku ada di sini

Tu Meri Aarzoo, Main Teri Aashiqui
kau adalah kerinduanku, aku adalah asmaramu

Tu Meri Shaayari, Main Teri Mausiqui
kau adalah syairku, aku adalah musikmu


Talab Talab Talab Bas Teri Hai Mujhe
aku hanya menginginkan dirimu seorang

Main Som Tu Nasha, Banke Ghulna Yunhi
aku adalah arak dan kau rasa mabuk, kita menyatu seperti ini

Meri Mohabbat Ka Karna Tu Haq Yeh Adaa
kau penuhi kewajibanmu untuk mencintaiku

Meri Hoke Hamesha Hi Rehna
setelah kau menjadi milikku tetaplah bersama selamanya

Kabhi Na Kehna Alvida
jangan pernah ucapkan selamat tinggal

Alvida..
selamat tinggal

Lyric dan Terjemahan Zindagi Kuch Toh Bata (Reprise) (Katakan sesuatu, O Kehidupan!)

   https://www.youtube.com/watch?v=jwrCYAIdkeM                                     
Song: Zindagi (Resprise)
From movie: Bajrangi Bhaijaan
Musik: Pritam
Lirik: Neelesh Mishra
Label: T-Series
Penyanyi: Zubin Nautiyal, Pritam



Ek Din Mohabbat Odh Kar
Suatu hari, merangkul cinta

Ek Din Gali Ke Mod Par
Suatu hari, di pojok jalan

Teri Hatheli Par Likhun Mera Naam Tere Naam Par
Di telapak tanganmu aku akan menulis namaku di atas namamu

Phir Tu Taqalluf Chhod Kar
Lalu tinggalkan semua formalitas

Phir Tu Jhuka Kar Ke Nazar
Dan dengan pandangan kebawah

Rakhna Mere Kaandhe Pe Sar, Zindagi...
Jaga kepalamu dalam bahuku, O Kehidupan!


Kuch To Bata… Zindagi
Katakan sesuatu, O Kehidupan!

Apna Pata… Zindagi
Beri aku alamatmu, O Kehidupan!

Kuch To Bata… Zindagi
Katakan sesuatu, O Kehidupan!

Apna Pata… Zindagi
Beri aku alamatmu, O Kehidupan!


Taaron Bhari Ek Raat Mein
Pada malam yang bertabur bintang

Tere Khat Padhenge Saath Mein
Aku akan membaca suratmu

Kora Jo Panna Reh Gaya
Pada halaman kosong yang tersisa

Ek Kaanpte Se Haath Mein
Dalam tangan yang menggigil

Thodi Shiqaayat Karna Tu
Kau bisa menulis beberapa keluhan

Thodi Shiqaayat Main Karun
Dan aku juga akan menulis beberapa keluhan

Naaraaz Bas Na Hona Tu, Zindagi...
Jangan kecewa olehku, O Kehidupan!


Kuch To Bata… Zindagi
Katakan sesuatu, O Kehidupan!

Apna Pata… Zindagi
Beri aku alamatmu, O Kehidupan!

Kuch To Bata… Zindagi
Katakan sesuatu, O Kehidupan!

Apna Pata… Zindagi
Beri aku alamatmu, O Kehidupan!


Tu Hai To Main Hoon…
Aku ada hanya karena kamu (O Kehidupan!)

Tu Hai Toh Khuda…
Tuhan ada karena kamu

Tu Hai Toh Khudi…
Kesadaran ada karena kamu

Tu Hai Toh Falak…
Ufuk (langit) ada karena kamu

Tu Hai Toh Zameen…
Bumi ada karenamu


Tu Hai To Main Hoon…
Aku ada hanya karena kamu

Tu Hai Toh Khuda…
Tuhan ada karena kamu

Tu Hai Toh Khudi…
Kesadaran ada karena kamu

Tu Hai Toh Falak…
Ufuk (langit) ada karena kamu

Tu Hai Toh Zameen…
Bumi ada karena kamu

Tu Hai To Main Hoon…
Aku ada hanya karena kamu


Oho… Hoo…. Ooo…

Tu Jo Mila (Sejak Bertemu Denganmu)

                                  
https://www.youtube.com/watch?v=6DCOjq0omBc

Movie : Bajrangi Bhaijaan
Sung by KK
Music by Pritam
Lyrics by Kausar Munir

*****

Aashiyaana Mera Saath Tere, Hai Na?
(tempat tinggalku adalah bersama denganmu, bukan begitu?)

Dhoondhte Teri Gali, Mujhko Ghar Mila
(saat mencari gang rumahmu, kutemukan rumah bagiku)

Aab-O-Daana Mera Haath Tere, Hai Na?
(kebutuhan hidupku* berada di tanganmu, bukan begitu?)
*secara harfiah Aab-O-Daana berarti 'air dan makanan' yang merupakan kebutuhan hidup

Dhoondhte Tera Khuda, Mujhko Rab Mila
(saat mencari Tuhanmu, kutemukan Tuhanku)

Tu Jo Mila, Lo Ho Gaya Main Kaabil
(sejak bertemu denganmu, lihatlah, aku telah menjadi mampu)

Tu Jo Mila, To Ho Gaya Sab Haasil, Haan..
(sejak bertemu denganmu, telah kudapatkan segalanya, ya)

Mushkil Sahi, Aasaan Hui Manzil
(meskipun sulit, namun tujuan hidupku menjadi mudah)

Kyunki Tu Dhadkan, Main Dil
(karena kau adalah debaran, dan aku jantungnya)

*****

Rooth Jaana Tera, Maan Jaana Mera
(saat kau marah, saat itulah aku membujukmu)

Dhoondhte Teri Hansi, Mil Gayi Khushi
(saat mencari senyumanmu, kutemukan kebahagiaan)

Raah Hoon Main Teri, Tu Hai Tu Meri
(aku adalah jalan hidupmu, kau adalah milikku semata)

Dhoondhte Tere Nishaan, Mil Gayi Khudi
(saat mencari jejakmu, kutemukan jati diriku)

*****

Tu Jo Mila, Lo Ho Gaya Main Kaabil
(sejak bertemu denganmu, lihatlah, aku telah menjadi mampu)

Tu Jo Mila, To Ho Gaya Sab Haasil, Haan..
(sejak bertemu denganmu, telah kudapatkan segalanya, ya)

Tu Jo Mila, Aasaan Hui Mushkil
(sejak bertemu denganmu, kesulitanku menjadi mudah)

Kyunki Tu Dhadkan, Main Dil
(karena kau adalah debaran, dan aku jantungnya)

====================

TU JO MILA - REPRISE
Sung by Papon

*****

Aashiyaana Tera Saath Mere, Hai Na?
(tempat tinggalmu adalah bersama denganku, bukan begitu?)

Dhoondhte Teri Gali, Mujhko Ghar Mila
(saat mencari gang rumahmu, kutemukan rumah bagiku)

Aab-O-Daana Tera Haath Mere, Hai Na?
(kebutuhan hidupmu berada di tanganku, bukan begitu?)

Dhoondhte Tera Khuda, Mujhko Rab Mila
(saat mencari Tuhanmu, kutemukan Tuhanku)

Tu Jo Mila, Lo Ho Gaya Main Kaabil
(sejak bertemu denganmu, lihatlah, aku telah menjadi mampu)

Tu Jo Mila, To Ho Gaya Sab Haasil, Haan..
(sejak bertemu denganmu, telah kudapatkan segalanya, ya)

Tu Jo Mila, Aasaan Hui Mushkil
(sejak bertemu denganmu, kesulitanku menjadi mudah)

Kyunki Tu Dhadkan, Main Dil
(karena kau adalah debaran, dan aku jantungnya)

*****

Fiqarein Sabhi Dhuaan Hui
(segala rasa khawatirku telah menguap)

Farakon Se Dil Darta Nahin
(hatiku tak takut dengan perbedaan)

Chaaha Tujhe Iss Tarah
(kumenginginkanmu seperti ini)

Chaahat Se Dil Bharta Nahin
(seolah hatiku tak puas terisi oleh cinta saja)

Tu Jo Mila... Ae Ra Ra Ra…
(sejak bertemu denganmu..)

Seedhi Lage Tirchhi Dagar
(jalan setapak yang miring berliku ini tampak lurus)

Chalne Se Dil Thakta Nahin
(hingga hatiku tak merasa lelah mengarunginya)

Meetha Lage Aisa Safar
(perjalanan ini terasa manis/menyenangkan)

Rukne Ko Dil Karta Nahin
(hingga hatiku enggan untuk berhenti)

Tu Jo Mila... Aaa…
(sejak bertemu denganmu)

====================

TU JO MILA - DEKHNA NA MUDKE (reffrain only)
Sung by Javed Ali

*****

Dekhna Na Mudke, Jaa Chali Jaa Ud Ke
(jangan berpaling, pergilah terbang)

Jaa Tujhe Bhool Se Bhi Na Lage Nazar
(pergilah hingga tiada yang memandang buruk padamu)

Neend Teri De Jaa, Deed Mere Le Jaa
(berikan aku rasa kantukmu, ambillah pandangan mataku yang terjaga)

Jaa Ke Teri Raat Ko Mil Gayi Sehar
(pergilah karena malammu telah menemukan sang fajar)

Tu Jo Mila, Lo Ho Gaya Main Kaabil
(sejak bertemu denganmu, lihatlah, aku telah menjadi mampu)

Tu Jo Mila, To Ho Gaya Sab Haasil, Haan..
(sejak bertemu denganmu, telah kudapatkan segalanya, ya)

Mushkil Sahi, Aasaan Hui Manzil
(meskipun sulit, namun tujuan hidupku menjadi mudah)

Kyunki Tu Dhadkan, Main Dil
(karena kau adalah debaran, dan aku jantungnya)

By AD

Thursday 21 January 2016

Makalah Pengajaran Discovery Learning



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses kehidupan. Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri karena pendidikan yang tinggi dapat mencetak Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Pendidikan yang dimaksud disini bukan bersifat nonformal melainkan bersifat formal, meliputi proses belajar mengajar yang melibatkan guru dan siswa. Peningkatan kualitas pendidikan dicerminkan oleh prestasi belajar siswa. Sedangkan keberhasilan atau prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh kualitas pendidikan yang bagus. Karena kualitas pendidikan yang bagus akan membawa siswa untuk meningkatkan prestasi belajar yang lebih baik.
Pada saat proses belajar–mengajar berlangsung di kelas, akan terjadi hubungan timbal balik antara guru dan siswa yang beraneka ragam, dan itu akan mengakibatkan terbatasnya waktu guru untuk mengontrol bagaimana pengaruh tingkah lakunya terhadap motivasi belajar siswa. Selama pelajaran berlangsung guru sulit menentukan tingkah laku mana yang berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa, misalnya gaya mengajar mana yang memberi kesan positif pada diri siswa selama ini, strategi mana yang dapat membantu kejelasan konsep selama ini, metode dan model pembelajaran  mana yang tepat untuk dipakai dalam menyajikan suatu pembelajaran sehingga dapat membantu mengaktifkan siswa dalam belajar.
Hal tersebut memperkuat anggapan bahwa guru dituntut untuk lebih kreatif dalam proses belajar – mengajar, sehingga tercipta suasana belajar yang menyenangkan pada diri siswa yang pada akhirnya meningkatkan motivasi belajar siswa. Salah satu alternatif untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dipaparkan di atas adalah model pembelajaran yang tepat bagi siswa serta dapat memecahkan masalah  yang dihadapi. Hudojo (Purmiasa, 2002: 104) mengatakan bahwa model pembelajaran akan menentukan terjadinya proses belajar mengajar yang selanjutnya menentukan hasil belajar. Berhasil tidaknya proses belajar mengajar tergantung pada pendekatan, metode, serta teknik mengajar yang dilakukan oleh guru. Untuk itu, guru diharapkan selektif dalam menentukan dan menggunakan model pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar guru harus menguasai prinsip–prinsip belajar mengajar serta mampu menerapkan dalam proses belajar mengajar. Prinsip – prinsip belajar mengajar  dalam hal ini adalah model pembelajaran yang tepat untuk suatu materi pelajaran tertentu.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa itu pengajaran discovery learning, problem solving dan pengajaran berbasis proyek ?
2.      Adakah kelemahan dan kelebihan dari pengajaran discovery learning, problem solving dan pengajaran berbasis proyek ?
3.      Bagaimana peran guru dalam pengajaran discovery learning, problem solving dan pengajaran berbasis proyek ?

C.    Tujuan dan Manfaat
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah sebagai syarat pemenuhan tugas dalam mata kuliah Strategi Pembelajaran. Dari penjelasan tentang discovery learning dalam makalah ini juga memberikan manfaat baik langsung maupun tak langsung kepada pembaca. Yakni manfaat pengetahuan tambahan mengenai discovery learning.
  
  
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pengajaran Discovery Learning
Pencetus dari pengajaran discovery learning adalah Jerome Bruner. Ia dilahirkan di Amerika serikat, yang menjadikan dasar idenya adalah pendapat Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif dalam belajar dikelas. Maka dari itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebut Discovery Learning yaitu dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan satu bentuk akhir. Prosedur ini berbeda dengan Receptiaon Learning atau Expository teaching dimana guru menerangkan semua informasi dan murid harus mempelajari semua bahan dan informasi tersebut.
Penemuan (discovery) merupakan suatu model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme. Model ini menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide-ide penting terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Ensiklopedia of EducationalResearch, “penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan berbagai keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya”. Menurut Wilcox (Slavin, 1977), dalam pembelajaran dengan penemuan siswa didorong untuk belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode penemuan itu adalah suatu metode di mana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja.
Pengertian discovery learning menurut Jerome Bruner adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis contoh pengalaman dan yang menjadi dasar ide J. Bruner ialah pendapat dari piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Untuk itu Bruner memakai cara dengan apa yang disebutnya discovery learning, yaitu dimana murid mengorganisasikan bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.
Menurut Bell (1978) belajar penemuan adalah belajar yang terjadi sebagia hasil dari siswa memanipulasi, membuat struktur dan mentransformasikan informasi sedemikian sehingga ia menemukan informasi baru. Dalam belajar penemuan, siswa dapat membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis dan menemukan kebenaran dengan menggunakan proses induktif atau proses dedukatif, melakukan observasi dan membuat ekstrapolasi. Pembelajaran penemuan merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri. Belajar penemuan mengakibatkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban. Lagi pula metode ini dapat mengajarkan keterampilan-keterampilan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain, dan meminta para siswa untuk menganalisis dan memanipulasi, tidak hanya menerima saja.
Pembelajaran Discovery learning adalah model pembelajaran yang mengatur sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri.Dalam pembelajaran discovery learning, mulai dari strategi sampai dengan jalan dan hasil penemuan ditentukan oleh siswa sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Maier (Winddiharto:2004) yang menyatakan bahwa, apa yang ditemukan, jalan, atau proses semata – mata ditemukan oleh siswa sendiri.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran discovery learning adalah suatu model untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak akan mudah dilupakan siswa. Dengan belajar penemuan, anak juga bisa belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan sendiri problem yang dihadapi. Kebiasaan ini akan di transfer dalam kehidupan bermasyarakat.

B.     Tujuan Pembelajaran Discovery Learning
Bell (1978) mengemukakan beberapa tujuan spesifik dari pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:
1.      Dalam penemuan siswa memiliki kesempatan untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Kenyataan menunjukan bahwa partisipasi banyak siswa dalam pembelajaran meningkat ketika penemuan digunakan.
2.      Melalui pembelajaran dengan penemuan, siswa belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, juga siswa banyak meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
3.      Siswa juga belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab untuk memperoleh informasi yang bermanfaat dalam menemukan.
4.      Pembelajaran dengan penemuan membantu siswa membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan mneggunakan ide-ide orang lain.
5.      Terdapat beberapa fakta yang menunjukan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang dipelajari melalui penemuan lebih bermakna.
6.      Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktifitas baru dan diaplikasikan dalam situasi belajar yang baru.

C.    Strategi dalam Pembelajaran Discovery Learning
Dalam pembelajaran dengan penemuan dapat digunakan beberapa strategi, strategi-strategi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1.      Strategi Induktif
Strategi ini terdiri dari dua bagian, yakni bagian data atau contoh khusus dan bagian generalisasi (kesimpulan). Data atau contoh khusus tidak dapat digunakan sebagai bukti, hanya merupakan jalan menuju kesimpulan. Mengambil kesimpulan (penemuan) dengan menggunakan strategi induktif ini selalu mengandung resiko, apakah kesimpulan itu benar ataukah tidak. Karenanya kesimpulan yang ditemukan dengan strategi induktif sebaiknya selalu mengguankan perkataan “barangkali” atau “mungkin”.
2.      Strategi deduktif
Dalam matematika metode deduktif memegang peranan penting dalam hal pembuktian. Karena matematika berisi argumentasi deduktif yang saling berkaitan, maka metode deduktif memegang peranan penting dalam pengajaran matematika. Dari konsep matematika yang bersifat umum yang sudah diketahui siswa sebelumnya, siswa dapat diarahkan untuk menemukan konsep-konsep lain  yang belum ia ketahui sebelumnya.

D.    Peran Guru dalam Pembelajaran Discovery Learning
Strategi belajar Discovery paling baik dilaksanakan dalam kelompok belajar yang kecil. Namun dapat juga dilaksanakan dalam kelompok belajar yang lebih besar. Kendatipun tidak semua siswa dapat terlibat dalam proses Discovery, namun pendekatan Discovery dapat memberikan manfaat bagi siswa yang belajar. Pendekatan ini dapat dilaksanakan dalam bentuk komunikasi satu arah atau komunikasi dua arah, bergantung pada besarnya kelas.
1.      Sistem Satu Arah (Ceramah Efektif)
Pendekatan satu arah berdasarkan penyajian satu arah (penuangan/exposition) yang dilakukan guru. Struktur peyajiannya dalam bentuk usaha merangsang siswa melakukan proses discovery didepan kelas. Guru mengajukan suatu masalah, dan kemudian memecahkan masalah tersebut melalui langkah-langkah discovery. Caranya adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada kelas, memberikan kesempatan kepada kelas untuk melakukan refleksi. Selanjutnya guru menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya itu. Dalam posedur ini, guru tidak menentukan/menunjukan aturan-aturan yang harus digunakan oleh siswa, tetapi dengan pertanyaan-pertanyaan guru mengundang siswa untuk mencari aturan-aturan yang harus diperbuatnya. Pemecahan masalah berlangsung selangkah demi selangkah dalam urutan yang ditemukan sendiri oleh siswa. Guru mengharapkan agar siswa secara keseluruhan berhasil melibatkan dirinya dalam proses pemecahan masalah, menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya secara reflektif. Dalam keadaan ini, sesungguhnya tidak ada jaminan bahwa adanya penyajian oleh guru. Penggunaan discovery dalam kelompok kecil sangat bergantung pada kemampuan dan pengalaman guru sendiri, serta waktu dan kemampuan mengantisipasi kesulitan siswa.
2.      Sistem Dua Arah (Discovery Terbimbing)
Sistem dua arah melibatkan  siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru. Siswa melakukan Discovery, sedangkan guru membimbing mereka kearah yang tepat/benar. Gaya pengajaran demikian, oleh Gagne disebut Guide Discovery, sekalipun didalam kelas yang terdiri dari 20 sampai 30 orang siswa. Hanya beberapa orang saja yang benar-benar melakukan Discovery, sedangkan yang lainnya berpartisipasi dalam proses Discovery misalnya dalam sistem ceramah reflektif. Dalam kelompok yang lebih kecil, guru dapat melibatkan hampir semua siswa dalam proses itu. Dalam sistem ini, guru perlu memiliki keterampilan memberikan bimbingan, yakni mendiagnosis kesulitan-kesulitan siswa dan memberikan bantuan dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi. Namun demikian, tidak berarti guru menggunakan metode ceramah reflektif sebagai mana halnya pada strategi diatas.
Dahar (1989) mengemukakan beberapa peranan guru dalam pembelajaran dengan penemuan, yakni sebagai berikut:
1.      Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki para siswa.
2.      Menyajikan materi pelajaran yang  diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran itu dapat mengarah pada pemecahan masalah yang aktif dan belajar penemuan, misalnya dengan menggunakan fakta-fakta yang berlawanan.
3.      Guru juga harus memperhatikan cara penyajian yang enaktif, ikonik, dan simbolik.
4.      Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. Guru hendaknya jangan mengungkapkan terlebuh dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari, tetapi ia hendaknya memberikan saran-saran bilamana diperlukan. Sebagai tutor, guru sebaiknya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat.
5.               Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Secara garis besar tujuan belajar penemuan ialah mempelajari generalisasi-generalisasi dengan menemukan generalisai-generalisasi itu.

E.       Konsep Belajar dalam Metode Discovery Learning
1.      Teori Kategorisasi dalam Metode Discovery Learning
Dihubungkan antara teori generalisasi dalam metode Discovery Learning, menunjukkan bahwa sesungguhnya dalam metode Discovery Learning merupakan pembentukan kategori-kategori atau konsep-konsep, yang dapat memungkinkan terjadinya generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisasi yang nampak dalam Discovery, bahwa sebenarnya Discovery adalah pembentukan kategori-kategori, atau lebih sering disebut sistem-sistem coding. Pembentukan kategori-kategori dan sistem-sistem coding dirumuskan demikian dalam artian relasi-relasi (similaritas & differenc) yang terjadi diantara obyek-obyek dan kejadian-kejadian (event) (Lefancois dalam Emetembun, 1986:104).
Bruner memandang bahwa suatu konsep atau kategorisasi memiliki lima unsur, dan siswa dikatakan memahami suatu konsep apabila mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi:
a.       Nama.
b.      Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif.
c.       Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak.
d.      Rentangan karakteristik.
e.       Kaidah (Budiningsih, 2005:43).
Bruner menjelaskan bahwa pembentukan konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berfikir yang berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan menempatkan contoh-contoh (obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa) ke dalam kelas dengan menggunakan dasar kriteria tertentu. Dalam pemahaman konsep, konsep-konsep sudah ada sebelumnya. Sedangkan dalam pembentukan konsep adalah sebaliknya, yaitu tindakan untuk membentuk kategori-kategori baru. Jadi merupakan tindakan penemuan konsep (Budiningsih, 2005:42).
Dalam pembentukan suatu konsep ada empat dasar untuk mendefinisikan perkataan yang menunjukkan konsep, yaitu berdasarkan:
a.    Sifat sifat yang dapat diukur atau dapat diamati.
b.   Sinonim, antonim dan makna semantik lain.
c.    Hubungan-hubungan logis dan aksioma atau definisi dari sudut ini tidak secara langsung menunjuk sifat-sifat tertentu.
d.   Manfaat atau gunanya (Slameto, 2003:140).

2. Metode Discovery Learning dan Pembentukan Code-Code Generic
Diatas telah dideskripsikan relasi diantara belajar Discovery dan pembentukan kode-kode generic (general atau umum). Bahwa discovery mencakup pembentukan system-sistem coding (pengkodean) termasuk kondisi-kondisi, yang paling memungkinkan terbentuknya kode-kode generic, juga yang paling memungkinkan Discovery yang menyenangkan.
Bruner mendeskripsikan 4 kondisi-kondisi yang memungkinkan pembentukan kode-kode generic, adlah :
1.      Set
Menyangkut predisposisi yang dimiliki seorang individu untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu. Seorang yang berorientasi discovery (discovered oriented) ialah orang yang kebiasaan pendekatannya terhadap suatu problema mengandung mencari relasi-relasi diantara item-item informasi yang ia miliki. Jelaslah, salah satu cara mempengaruhi set ialah melalui penggunaan instruksi-instruksi. Misalnya merangsang seorang murid mengingat bahan pelajaran yang telah diajarkan dengan disuruh menyebutkan informasi-informasi yang terbatasi. Efek yang sama dapat diprodukasi dengan testing hanya terhadap pengetahuannya mengenai informasi-informasi yang terbatasi. Disamping itu, murid tersebut dapat diarangsang melihat relasi-relasi diantara item-item informasi baik melalui instruksi-instruksi untuk dilakukan maupun dengan mengatakan pengertianya terhadap relasi-relasi itu.
2.      Need state
Menyangkut tingkat arousal (bangkitnya) pelajar excitation atau alertness (tersentak atau terjaga). Bruner menyatakan bahwa tingkat arousal yang moderat lebih kondusif bagi pembentukan kode-kode generic dari pada tingkat arousal yang amat tinggi atau sangat rendah. Untuk menunjang pandangan ini, Bruner menunjuk eksperimen tikus-tikus lapar dalam maze-transfer kendatipun masih dipertanyakan similarity antara maze-transfer pada tikus-tikus dan pembentukan kode-kode generic pada manusia.
3.      Mastery of specifies
Menyangkut sejauhmana pengetahuan pelajar mengenai informasi relevan yang specifik. Bruner menyetujui bahwa discovery (dalam artian pembentukan kode-kode generic) bukanlah suatu even yang fortuitorus (mendadak). Hal itu dapat terjadi bila individu dipersiapkan dengan baik. Makin luas informasi yang dimiliki seorang pelajar, makin lebih mampu ia menemukan relasi-relasi di dalam informasi itu. Variable ke 4 berkaitan dengan hal ini.
4.      Diversity of training
Diversity of Training, Variable ini berkaitan dengan kemampuan pelajar menemukan relasi-relasi di dalam informasi-informasi yang dimiliki. Maka seorang pelajar yang doekspos terhadap informasi dalam beraneka keadaan dapat lebih mengembangkan kode-kode untuk mengorganisasi informasi itu. Menurut pengarang (Lefrancois), bahwa “…..learning which is not discovery oriented….must be…meaningless, passive rate learning” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:106-108).

F.        Lingkungan Belajar dalam Metode Discovery Learning
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari tiap siswa, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar  lingkungan perlu memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment, ialah lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui (Slameto, 2003:11). Lingkungan seperti ini bertujuan agar siswa dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif.
Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat berkembangan kognitif siswa, sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: Bruner almost always begins with a focus on the production and manipulating of materials. He describe the child as moving through three levels or representation. The first levels is the enactive level, where the child manipulates materials directly. He then progresses to the iconic levels, where he deals with mental images of objects but does not manipulate them directly. Finally he moves to the symbolic level, where he is strictly manipulating symbols and no longer mental images of objects (Allyn dan Bocon, 1974:193).
Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berfikir (merepresentasikan apa yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya. Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh caranya melihat lebih tepatnya menggambarkan lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic.
1.      Tahap enaktive, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya. Artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik. Misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya.
2.      Tahap iconic, seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
3.      Tahap symbolic, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya. Komunikasinya dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya, semakin dominan sistem simbolnya. Meskipun begitu tidak berarti ia tidak menggunakan sistem enaktif dan ikonik. Penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu bukti masih diperlukannya sistem enaktif dan ikonik dalam proses belajar (Budiningsih, 2005:41-42).
Secara sederhana teori perkembangan dalam fase enactive, iconic dan symbolic adalah anak menjelaskan sesuatu melalui perbuatan (ia bergeser ke depan atau kebelakang di papan mainan untuk menyesuaikan beratnya dengan berat temannya bermain) ini fase enactive. Kemudian pada fase iconic ia menjelaskan keseimbangan pada gambar atau bagan dan akhirnya ia menggunakan bahasa untuk menjelaskan prinsip keseimbangan ini fase symbolic (Syaodih, 85:2001).

G.    Desain Kurikulum Discovery Learning
Menurut Bruner, perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan cara menyusun materi pelajaran dan menyajikannya sesuai tahap perkembangan orang tersebut. Selain itu untuk memfasilitasi pembentukan konsep, kode-kode generic maka perlulah suatu kurikulum yang koheren dengan metode Discovery Learning.Gagasan Bruner tentang bentuk suatu kurikulum yang sejalan dengan pendekatan Discovery Learning adalah mengenai kurikulum spiral (a spiral curriculum) sebagai suatu cara mengorganisasikan materi pelajaran tingkat makro, menunjukkan cara mengurutkan materi pelajaran mulai dari mengajarkan materi secara umum, kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang sama dalam cakupan yang lebih rinci (Budiningsih, 2005:42). Kurikulum spiral dipandang dari pola desain kurikulum, berdasarkan pada pengorganisasian bahan ajar (subject matter) maka termasuk subject centered design, suatu desain kurikulum yang berpusat pada bahan ajar (Syaodih, 113:2001).
Dimana karakteristik kurikulum Bruner adalah, bahwa: kurikulum dari suatu mata pelajaran harus ditentukan oleh pengertian yang sangat fundamental bahwa hal itu dapat dicapai berdasarkan prinsip-prinsip yang memberikan struktur bagian mata pelajaran itu (Dalyono, 2001:42). Menurut pengertian tersebut kurikulum spiral juga dapat dikategorikan sebagai kurikulum diciplin design yang menekankan agar siswa memahami logika atau struktur dasar suatu disiplin, memahami konsep-konsep, ide-ide dan prinsip-prinsip penting, juga di dorong untuk memahami cara mencari dan menemukannya (models of inquiry and discovery) (Syaodih, 116:2001). Sehingga siswa dapat memahami bahan pelajaran dengan tidak mengalami kebingungan karena materi yang diberikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan daya tangkap siswa, sesuai dengan tahap enaktif, ikonik dan simbolik.

H.    Kelemahan dan Kelebihan Pembelajaran Discovery Learining
Kelemahan dari pembelajaran discovery learning adalah sebagai berikut :
1.      Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalah fahaman antara guru dengan siswa.
2.      Menyita waktu banyak. Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. Untuk seorang guru ini bukan pekerjaan yang mudah karena itu guru memerlukan waktu yang banyak. Dan sering kali guru merasa belum puas kalau tidak banyak memberi motivasi dan membimbing siswa belajar dengan baik.
3.      Menyita pekerjaan guru.
4.      Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan.
5.      Tidak berlaku untuk semua topik .
Kelebihan dari pembelajaran discovery learning adalah sebagai berikut :
1.      Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving)
2.      Dapat meningkatkan motivasi
3.      Mendorong keterlibatan keaktifan siswa
4.      Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
5.      Menimbulkan rasa puas bagi siswa. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat
6.      Siswa akan dapat mentransfer pengetahuannya keberbagai konteks.
7.      Melatih siswa belajar mandiri

I.       Aplikasi Pembelajaran Discovery Learning di Kelas
Tahap Persiapan dalam Aplikasi Model Discovery Learning adalah sebagai berikut :
Seorang guru bidang studi, dalam mengaplikasikan metode discovery learning di kelas harus melakukan beberapa persiapan. Berikut ini tahap perencanaan menurut Bruner, yaitu:
a.       Menentukan tujuan pembelajaran.
b.      Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya).
c.       Memilih materi pelajaran.
d.      Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi).
e.       Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa.
f.       Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkrit ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
g.      Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa (Suciati & Prasetya Irawan dalam Budiningsih, 2005:50).
Adapun menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan model Discovery Learning di kelas tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum adalah sebagai berikut:
1.      Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan).
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri (Taba dalam Affan, 1990:198).
Tahap ini Guru bertanya dengan mengajukan persoalan, atau menyuruh anak didik membaca atau mendengarkan uraian yang memuat permasalahan. Stimulation pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan stimulation dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi.

2.      Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah).
Setelah dilakukan stimulation langkah selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244).
3.      Data collection (pengumpulan data).
Ketika eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidak hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literature, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya (Djamarah, 2002:22).
4.      Data processing (pengolahan data).
Menurut Syah (2004:244) data processing merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan. Data processing disebut juga dengan pengkodean coding atau kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut siswa akan mendapatkan penegetahuan baru tentang alternatif jawaban atau penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

5.      Verification (pentahkikan atau pembuktian).
Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya (Budiningsih, 2005:41).

6.      Generalization (menarik kesimpulan atau generalisasi)
Tahap generalitation atau menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Atau tahap dimana berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu (Djamarah, 2002:22). Akhirnya dirumuskannya dengan kata-kata prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi (Junimar Affan, 1990:198).

J.      STRATEGI PENGAJARAN PROBLEM SOLVING
Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama. Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Belajar pemecahan masalah terjadi bila individu menggunakan berbagai konsep atau prinsip untuk menjawab suatu pertanyaan, misalnya: mengapa harga bahan bakar minyak naik, mengapa minat masuk perguruan tinggi menurun. Proses pemecahan masalah selalu bersegi jamak dan satu sama lain saling berkaitan.
Urutan jenis-jenis belajar tersebut merupakan tahapan belajar yang bersifat hierarkis. Jenis belajar yang pertama merupakan prasyarat bagi berlangsungnya jenis belajar berikut. Seorang individu tidak akan mampu melakukan belajar pemecahan masalah apabila individu tersebut belum menguasai belajar aturan, konsep, membedakan, dan seterusnya.
Metode Problem Solving (metode pemecahan masalah) bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Belajar Pemecahan Masalah mengacu pada proses mental individu dalam menghadapi suatu masalah untuk selanjutnya menemukan cara mengatasi masalah itu melalui proses berpikir yang sistematis dan cermat. Penggunaan metode ini dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a.       Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
b.      Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buu, meneliti, bertanya, dan lain-lain.
c.       Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua diatas.
d.      Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betu-bet yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi, tugas diskusi, dan lain-lain.
e.       Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi. Catatan: Metode problem solving akan melibatkan banyak kegiatan sendiri dengan     bimbingan dari para pengajar.
Metode Problem Soving mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:
1.      Kelebihan Metode Problem Solving
a.       Metode ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
b.      Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila menghadapi permasalahan di dalam kehidupan dalam keluarga, bermasyarakat, dan bekerja kelak, suatu kemampuan yang sangat bermakana bagi kehidupan manusia.
c.       Metode ini merangsang pegembangan kemampuan berpikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahan.
d.      Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
e.       Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis.
f.       Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
g.      Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.

2.            Kekurangan Metode Probem Solving
a.   Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru. Sering orang beranggapan keliru bahwa metode pemecahan masalah hanya cocok untuk SLTP, SLTA, dan PT saja. Padahal, untuk siswa SD sederajat juga bisa dilakukan dengan tingkat kesulitan permasalahan yang sesuai dengan taraf kemampuan berpikir anak.
b.   Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain.
c.   Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
d.   Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.
Agar siswa dapat berhasil dalam belajar pemecahan masalah, mereka harus memiliki:
1.      kemampuan mengingat konsep, aturan atau hokum yang telah dipelajari. Misalnya, dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan matematika, siswa harus mampu mengingat aturan-aturan perhitungan dan dapat mengingatnya dalam waktu yang cepat.
2.      inforamsi yang terorganisasi yang sesuai dengan masalah yang dihadapi, serta
3.      kemampuan strategi kognitid, yaitu kemampuan yang berfungsi untuk mengarahkan dan memonitor penggunaan konsep-konsep atau aturan. Misalnya kemampuan dalam memilih dan mengubah cara-cara mempelajari, mengingat, dan memikirkan sesuatu. Kemampuan ini merupakan keterampilan internal ang terorganisasi, yang memperngaruhi proses berpikir individu. Contoh kemampuan strategi kognitif adalah cara menganalisis masalah, teknik berpikir, pendekatan masalah, dan sebagainya. Fungsi dari strategi kognitif adalah memecahkan masalah secara praktis dan efisien.
        Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar pemecahan masalah, guru hendaknya mengajukan berbagai permasalahan yang menarik. Masalah yang menarik bagi siswa adalah sesuatu yang baru. Dalam arti, masalah tersebut belu pernah disampaikan kepada siswa. Di samping itu, masalah yang diberikan hendaknya berada dalam jangkauan siswa, yakni sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka miliki.
Agar siswa berhasil dalam belajar pemecahan masalah, guru hendaknya memberikan petunjuk yang jelas kepada siswa. Petunjuk tersebut dapat berupa pertanyaan yang diajukan untuk mengingat kembali konsep, hokum, atau aturan yang relevan dengan masalah yang dihadapi. Petunjuk tersebut dapat juga berupa bimbingan dalam mengarahkan pemikiran siswa.
K.    Pengajaran Berbasis Proyek atau Tugas
Pembelajaran berbasis proyek atau tugas adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam pengumpulan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.
Pembelajaran berbasis proyek/tugas (project-based/task learning) membutuhkan suatu pendekatan pengajaran komprehensif di mana lingkungan belajar siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja secara mandiri dalam mengkostruksikannya dalam produk nyata (Buck Institue for Eduction, 2001).
Dalam pembelajaran berbasis proyek, siswa diberikan tu­gas atau proyek yang kompleks, cukup sulit, lengkap, tetapi realistik dan kemudian di be rikan bantuan secukupnya agar mereka dapat menyelesaikan tugas. Di sam ping itu, penerapan strategi pembel ajaran berbasis proyek/ tugas ini mendo rong tumbuhnya kompetensi nurturant seperti kreativitas, ke mandirian, tanggung jawab, keper cayaan diri, dan berpikir kritis dan analitis.
Dari berbagai karakteristiknya, Pembelajaran Berbasis Proyek didukung teori-teori belajar konstruktivistik.Konstruktivisme adalah teori belajar yang mendapat dukungan luas yang bersandar pada ide bahwa peserta didik membangun pengetahuannya sendiri di dalam konteks pengalamannya sendiri.
Dalam konteks pembaruan di bidang teknologi pembelajaran, Pembelajaran Berbasis Proyek dapat dipandang sebagai pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong pebelajar mengkonstruk pengetahuan dan keterampilan melalui pengalaman langsung. Proyek dalam Pembelajaran Berbasis Proyek dibangun berdasarkan ide-ide pebelajar sebagai bentuk alternatif pemecahan masalah riil tertentu, dan pebelajar mengalami proses belajar pemecahan masalah itu secara langsung.
Menurut banyak literatur, konstruktivisme adalah teori belajar yang bersandar pada ide bahwa pebelajar mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri di dalam konteks pengalaman mereka sendiri (Murphy, 1997; Brook & Brook, 1993, 1999; Driver & Leach, 1993; Fraser, 1995). Pembelajaran konstruktivistik berfokus pada kegiatan aktif pebelajar dalam memperoleh pengalaman langsung (“doing”), ketimbang pasif “menerima” pengetahuan. Dari perspektif konstruktivis, belajar bukanlah murni fenomena stimulus-respon sebagaimana dikonsepsikan para behavioris, akan tetapi belajar adalah proses yang memerlukan pengaturan diri sendiri (self-regulation) dan pembangunan struktur konseptual melalui refleksi dan abstraksi (von Glaserfeld, dalam Murphy, 1997). Kegiatan nyata yang dilakukan dalam proyek memberikan pengalaman belajar yang dapat membantu refleksi dan mendekatkan hubungan aktivitas dunia nyata dengan pengetahuan konseptual yang melatarinya yang diharapkan akan dapat berkembang lebih luas dan lebih mendalam (Barron, Schwartz, Vye, Moore, Petrosino, Zech, Bransford, & The Cognition and Technology Group at Vanderbilt, 1998).
Hal ini menunjukkan bahwa Pembelajaran Berbasis Proyek, yang mendasarkan pada aktivitas dunia nyata, berpotensi memperluas dan memperdalam pengetahuan konseptual dan prosedural (Gagne, 1985), yang pada khasanah lain disebut juga knowing that dan knowing how (Wilson, 1995). Knowing ‘that’ and ‘how’ is not sufficient without the disposition to ‘do’ (Kerka, 1997). Perluasan dan pendalaman pemahaman pengetahuan tersebut dapat diamati dengan mengukur peningkatan kecakapan akademiknya.
Peranan guru yang utama adalah mengendalikan ide-ide dan interpretasi siswa dalam belajar, dan memberikan alternatif-alternatif melalui aplikasi, bukti-bukti, dan argumen-argumen.

1.      Katakteristik pembelajaran berbasis proyek / tugas
Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa ( Gear, 1998). Sedangkan menurut Buck Institute For Education (1999)dalam Made (2000, 145) belajar berbasis proyek memiliki karakteristik yaitu  :
a.       Siswa membuat keputusan dan membuat kerangka kerja
b.      Terdapat masalah yang pemecahannya  tidak ditentukan sebelumnya
c.       Siswa merancang proses untuk mencapai hasil
d.      Siswa bertanggunga jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan
e.       Siswa melakukan evaluasi secara kontinu
f.       Siswa secara teratur melihat kembali apa yang meraka kerjakan
g.      Hasil akhir berupa produk dan di evaluasi kualitasnya
h.      Kelas memiliki atmosfir yang memberikan toleransi kesalahan dan perubahan.


2.            Ciri – ciri dan Prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek atau Tugas
Ada lima criteria apakah suatu pembelajaran berproyek termasuk pembelajaran berbasis proyek , lima criteria itu yaitu :
a.       Keterpusatan ( centrality)
Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau inti kurikulum, bukan pelengkap kurikulum ,didalam pembelajaran proyek adalah strategi pembelajaran, pelajaran mengalami dan belajar konsep – konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Oleh karna itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari , melainkan menjadi sentral kegiatan pembelajaran dikelas.
b.      Berfokus pada pertanyaan atau masalah
Proyek dalam PBL adalah berfokus pada pertanyaan atau masalah , yang mendorong pelajar menjalani (dalam kerja keras ) konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin.
c.       Investigasi konstruktif atau desain
Proyek melibatkan pelajaran dalam investigasi konstruktif dapat berupadesain, pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, deskoveri akan tetapi aktifitas inti dari proyek ini harus meliputi transformasi dan kontruksi pengetahuan
d.      Bersifat otonomi pembelajaran
Lebih mengutamakan otonomi, pilihan waktu kerja dan tanggung jawab pelajaran terhadap proyek
e.       Bersifat realisme
Pembelajaran berebasis proyek melibatkan tantangan kehidupan nyata , berfokus pada pertanyaanatau masalah autentik bukan simulative dan pemecahannya berpotensi untuk diterapkan dilapangan yang sesungguhnya.
3.      Pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek atau tugas
Berdasarkan kegiatan pengajar dan pelajar dalam pendekatan PBL, maka PBL yang akan dibuat di dalam lingkungan web terbagi dalam tiga tahapan yakni persiapan, pembelajaran dan evaluasi, tetapi dari tiga tahapan tersebut dapat dideskripsikan menjadi enam tahapan sebagai berikut
a.       Persiapan
Pengajar merancang desain atau membuat kerangka proyek yang bermanfaat dalam menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh pelajar dalam mengembangkan pemikiran terhadap proyek tersebut sesuai dengan kerangka yang ada, dan menyediakan sumber yang dapat membantu pengerjaannya. Hal ini akan mendukung keberhasilan pelajar dalam menyelesaikan suatu proyek dan cukup membantu dalam menjawab pertanyaan, beraktifitas dan berkarya. Kerangka menjadi sesuatu yang penting untuk dibaca dan digunakan oleh pelajar. Oleh karenanya, pengajar harus melakukan perannya dengan baik dalam menganalisa dan mengintegrasikan kurikulum, mengumpulkan pertanyaan, mencari web site atau sumber yang dapat membantu pelajar dalam menyelesaikan proyek, dan menyimpannya di dalam web.
b.       Penugasan/menentukan topik.
Sesuai dengan tugas proyek yang diberikan oleh pengajar maupun pilihan sendiri, pelajar akan memperoleh dan membaca kerangka proyek, lalu berupaya mencari sumber yang dapat membantu. Dengan berdasar pada referensi alamat web yang berisi materi relevan, pelajar dengan cepat dan langsung mendapatkan materi yang berkualitas yang sesuai dengan kebutuhan proyek. Lalu pelajar berupaya berpikir dengan kemampuannya berdasar pada pengalaman yang dimiliki, membuat pemetaan topik, dan mengembangkan gagasannya dalam menentukan sub topik suatu proyek.
c.            Merencanakan kegiatan.
Pelajar bekerja dalam proyek individual, kelompok dalam satu kelas atau antar kelas. Pelajar menentukan kegiatan dan langkah yang akan diambil sesuai dengan sub topiknya, merencanakan waktu pengerjaan dari semua sub topik dan menyimpannya di dalam web. Jika bekerja dalam kelompok, tiap anggota harus mengikuti aturan dan memiliki rasa tanggungjawab. Sedangkan pengajar berkewajiban menyampaikan isi dari rencana proyeknya kepada orang tua, sehingga orang tua dapat ikut serta membantu dan mendukung anaknya dalam menyelesaikan proyek.
d.       Investigasi dan penyajian.
Investigasi disini termasuk kegiatan : menanyakan pada ahlinya melalui e-mail, memeriksa web site, dan saling tukar pengalaman dan pengetahuan serta melakukan survei melalui web. Dalam perkembangannya, terkadang berisi observasi, eksperimen, dan field trips. Diskusi dapat dilakukan secara sinkron dan asinkron melalui chating. Lalu penyajian hasil dapat berupa gambar, tulisan, diagram matematika, pemetaan dan lain-lain. Secara rutin, orang tua dan pengajar berkomunikasi untuk memantau kegiatan dan prestasi yang dicapai oleh pelajar.
e.       Finishing.
Pelajar membuat laporan, presentasi, halaman web, gambar, dan lain-lain. Sebagai hasil dari kegiatannya. Lalu pengajar dan pelajar membuat catatan terhadap proyek untuk pengembangan selanjutnya. Peserta menerima feedback atas apa yang dibuatnya dari kelompok, teman, dan pengajar. Fasilitas feedback online disajikan untuk memungkinkan setiap individu secara langsung berkomentar dan memberikan kontribusi, dan agar dilihat dan bermanfaat bagi orang lain.
f.           Monitoring/Evaluasi.
Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap pelajar berdasar pada partisipasi dan produktifitasnya dalam pengerjaan proyek.
4.      Kesimpulan
Pembelajaran berbasis proyek / tugas adalah sebuah metode penyajian bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada peserta didik berupa seperangkat tugas yang harus dikerjakan peserta didik, baik secara individual maupun secara kelompok.
Penggunaan metode yang tepat akan turut menentukan efektivitas dan efisiensi pembelajaran dan memberikan kesempatan peserta didik melakukan sendiri kegiatan belajar yang ditugaskan. empat prinsip berikut ini akan membantu siswa dalam perjalana mereka menjadi pembelajar mandiri yang efektif.
a.       Membuat tugas bermakna, jelas, dan menantang
Salah satu tantangan paling sukar yang dihadapi guru pada saat mereka menggunakan pekerjaan kelas atau pekerjaan rumah adalah menjaga siswa tetap terlibat. Pada saat bekerja sendiri, sangat mudah bagi sisa untuk kehilangan minat dan melalukan tindakan yang tidak relevan, khususnya apabila tugas-tugas itu rutin.
Kebanyakan guru setuju bahwa tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah mandiri yang dapat mempertahankan keterlibatan siswa memiliki tujuan yang jelas. Siswa perlu mengetahui dengan tepat apa yang mereka harus kerjakan, mengapa mereka mengerjakan pekerjaan itu, dan apa yang dibutuhkanuntuk menyelsaikan pekerjaan itu. Siswa-siswa itu tetap berada dalam tugas selama pekerjaan kelas dan menyelesaikan pekerjaan rumah apabila mereka menyikapi tugas-tugas tersebut secar bermakna.
Linda Anderson (1985) menunjukan bahwa guru jarang menaruh perhatian pada tujuan pekerjaan kelas atau strategi-strategi belajar yang telibat. Sebaliknya, guru menekankan pada arahan-arahan procedural. Sebagai contoh guru dpat menghabiskan waktu banyak menjelaskan kepad siswa di mana menulis nama di kertas atau bagaimana menyusun jawaban-jawabannya. Sementar petunjuk-petunjuk tentang “apa yang dilakukan” adalah penting guru tidak menyertakan penjelasan tentang “mengapa” sesuatu harus dikerjakan dan proses-proses pembelajaran yang terlibat. Sebelum memberikan suatu tugas, guru hendaknya mempertimbangkan cirri penting itu secara seksama dan kemudian menyediakan waktu cukupuntuk menjelaskan cirri penting itu kepada siswa.
b.      Menganekaragamkan Tugas-tugas
Sama dengan kehidupan pada umumnya, keanekaragaman menambah daya tarik tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah.siswa kemungkinan besar ttap terlibata dan mengerjakan pekerjaan mereka jika tugas-tugas lebih bervariasi dan menarik daripada rutindan monoton. Guru yang efektif mengubah panjang dan cara tugas yang diberikan di samping hakikat tugas beljar dan strategi-strategi kognitif yang telibat. Membaca di dalam hati, laporan proyek-proyek khusus, dan bahan-bahan multimedia menawarkn berbagai macam cara untuk menyelesaikan pekerjaan mandiri. Pilihan kemungkinan tidak terbatas dan tidak aka alasan bagi guru untuk membuat jenis tugas yang sama dari hari ke hari.

c.       Menaruh Perhatian pada Tingkat Kesulitan
Menetapkan tingkat kesulitan yang cocok atas tugas-tugas yang diberikan kepada siswa merupakan suatu bahan baku penting untuk keterlibatan berkelanjutan yang dibutuhkan untuk penyelesaian tugas-tugas tersebut. Apabila siswa diharapkan untuk bekerja secara mandiri, tugas tesebut sehrusnya memiliki tingkat kesulitan yang menjamin kemungkinan berhasil tinggi. Siswa tidak akan tertantang ketika tugas-tugas yang diberikan guru terlalu mudah. Mereka menyikapi tugas-tugas seperti sebagai pekerjaan yang tidak menantang. Pada umumnya tugas yang baik perlu memiliki tingkat kesulitan cukup sehingga kebanyakan siswa memandangnya sebagai sesuatu yang menantang, namun cukup mudah sehingga kebanyakan siswa akan menemukan pemecahannya dan mengerjakan tugas tersebut atas jerih payah sendiri.

d.      Memonitor Kemajuan Siswa
Akhirnya, merupakan hal penting bagi guru untuk memonitor tugas-tugas pekerjaan kelas dan pekerjaan rumah. Monitoring hendaknya meliputi pengecekan untuk mengetahui apakah siswa memahami tugas mereka dan proses-proses kognitif yang telibat. Monitoring ini juga termasuk pengecekan pekerjaan siswa dan mengembalikan tugas dengan umpan balik. Pad saat beberfapa siswa diberikan pekerjaan kelas, maka guru dapat bekerja dengan siswa lain.a dianjurkan agar guru menyediakan waktu 5 atau 10 menit untuk berkeliling di antara siswa yang bekerja untuk memastikan apakah mereka memahami tugas tersebut sebelum menangani siswa-siswa lain. Apabila siswa bekerja dalam kelompok-kelompok, maka guru hendaknya berada dalam kelompok-kelompok tersebut secara bergantian dan berkeliling di antara siswa yang bekerja secara mandiri. Meskipun mengoreksi tugas menghabiskan waktu, hendaknya guru mengoreksi pekerjaan yang dibuat siswa dan mengembalikan kepda mereka dengan umpan balik.
Kompetensi yang dikembangkan selain kompetensi disiplin ilmu (discipline-based competencies) dan kompetensi interpersonal (interpersonal competencies ) dan kompetensi intrapersonal ( intrapersonal competencies) dalam diri siswa. Kompetensi disiplin ilmu berkaitan dengan pemahaman konsep, prinsip dan teori dari disiplin ilmu. Kompetensi interpersonal mencakup kemampuan berkomunikasi, berkolaborasi, berperilaku sopan dan baik, menangani konflik, bekerjasama, membantu orang lain, dan menjalin hubungan dengan orang lain dan masyarakat. Kompetensi intrapersonal mencakup apresiasi terhadap keragaman, melakukan refleksi diri, disiplin, beretos kerja tinggi, membiasakan diri hidup sehat, mengendalikan emosi, tekun, mandiri, dan mempunyai motivasi.
Kompetensi yang telah diidentifikasi dari pebelajar ini merupakan kompetensi yang amat penting untuk keberhasilan hidupnya, dan sebagai tenaga kerja merupakan kompetensi yang amat penting di tempat kerja. Karena hakikat kerja proyek adalah kolaboratif, maka pengembangan kompetensi tersebut berlangsung di antara pebelajar. Di dalam kerja kelompok suatu proyek, kekuatan individu dan cara belajar yang diacu memperkuat kerja tim sebagai suatu keseluruhan.

5.      Keuntungan dan kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek atau tugas
Keuntungan dari Belajar Berbasis Proyek adalah sebagai berikut:
a.       Meningkatkan motivasi.
Laporan-laporan tertulis tentang proyek itu banyak yang mengatakan bahwa siswa suka tekun sampai kelewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru juga melaporkan pengembangan dalam kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa belajar dalam proyek lebih fun daripada komponen kurikulum yang lain.
b.      Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Penelitian pada pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan memecahkan masalah. Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
c.       Meningkatkan kolaborasi.
Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi ( Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa, pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978; Davidov, 1995).
d.      Meningkatkan keterampilan mengelola sumber.
Bagian dari menjadi siswa yang independen adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran Berbais Proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
e.       Increased resource – management skills
Pembelajaran berbasis proyek yang diimplementasikan secara baik menberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam pengorganisasian proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperi perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
Kelemahan dari pembelajaran ini yaitu :
a.   Kebanyakan permasalahan “dunia nyata” yang tidak terpisahkan dengan masalah kedisiplinan , untuk itu disarankan mengajarkan dengan cara melatih dan menfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah .
b.   Memerlukan banyak waktu yang harus diselesaikan untuk menyelesaikan masalah.
c.   Memerlukan biaya yang cukup banyak
d.   Banyak peralatan yang harus disediakan
Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek seorang peserta didik dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah , membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimaliskan dan menyediakan peralatan yang sederhana yang terdapat dilingkungan sekitar , memilih lokasi penelitian yang terjangkau yang tidak membutuhkan banyak  biaya dan waktu.

  
                                                                           BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pembelajaran discovery learning (penemuan) merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam pendekatan konstruktivisme. Pada pembelajaran penemuan, siswa didorong untuk terutama belajar sendiri melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Guru mendorong siswa agar mempunyai pengalaman dan melakukan eksperimen dengan memungkinkan mereka menemukan prinsip-prinsip atau konsep-konsep bagi diri mereka sendiri.
Pembelajaran penemuan memliki beberapa kelebihan. Pembelajaran penemuan membangkitkan keingintahuan siswa, memotivasi siswa untuk terus bekerja hingga menemukan jawaban. Siswa melalui pembelajaran penemuan mempunyai kesempatan untuk berlatih menyelesaikan soal, mempertajam berpikir kritis secara mandiri, karena mereka harus menganalisa dan memanipulasi informasi.
Pembelajaran penemuan juga mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya dapat menghasilkan kesalahan dan membuang-buang waktu, dan tidak semua siswa dapat melakukan penemuan.



DAFTAR PUSTAKA

Bahri, Syaiful, dkk. 1995. Strategi BELAJAR MENGAJAR. Banjarmasin. RINEKA CIPTA
Hamalik,Oemar, 2001.Kurikulum dan Pengajaran.Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara
http://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=3
http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/16/metode-pemecahan-masalah-problem-solving/
Made, W. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif  Kontemporer.Jakarta: Bumi Aksara
Ratumanan, T. G. 2004. Belajar dan Pembelajaran edisi kedua.Unesa University
Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta
Sprijono, Agus. 2006. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Winataputra, Udin, dkk. Teori Belajar dan Pembelajarn. Jakarta. Universitas Terbuka.