BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya peningkatan mutu pendidikan dewasa ini
merupakan salah satu fokus didalam pembangunan pendidikan. Keberhasilan
pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh keberadaan sumberdaya manusia yang
berkualitas, yang dapat dihasilkan antara lain melalui pendidikan yang
berkualitas pula. Dalam perkembangan pendidikan dimanapun selalu menghendaki
hal-hal baru yang bersifat kualitas maupun kuantitas. Disadari bahwa pendidikan
akan terus berkembang, dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sedang berkembang di masyarakat.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi2
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional memberikan dasar hukum tentang pembaharuan sistem pendidikan nasional.
Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai faktor
penentu yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia. Kenyataan yang terjadi saat ini masih banyak
guru, dalam membelajarkan siswa cenderung menggunakan gaya mengajar yang
tradisional. Misalnya berpusat pada guru, suasana kelas kaku, guru sebagai
pemberi perintah, dan diarahkan untuk belajar secara klasikal.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana perkembangan teori
dan keterampilan dalam mendidik ?
2.
Apa tujuan pendidikan
didunia pendidikan?
1.3
Tujuan
1.
Pengembangan wawasan
guru tentang teori dan keterampilan dalam mendidik.
2.
Meningkatkan
keterampilan guru melalui teori dan keterampilan dalam mendidik.
1.4
Manfaat
1.
Meningkatkan wawasan
guru dalam teori dalam pendidikan.
2.
Meningkatkan keterampilan
dalam pendidikan.
1.5
Metode
Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan
metode sebagai berikut:
1.
Metode pustaka
Penulis mencari sumber dari buku-buku yang
berhubungan atau berkaitan dengan topik yang dibahas.
2.
Metode browsing
Penulis memperoleh data-data yang berhubungan dengan
pokok bahasan dengan mencari (searching) di internet.
1.6
Sistematika
Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
1.2 Rumusan
Masalah
1.3 Tujuan
Penulisan
1.4 Manfaat
Penulisan
1.5 Metodologi
Penulisan
1.6 Sistmatika
Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengembangan
Teori dan Keterampilan Dalam Mendidik
2.1.1 Pengertian
Mendidik
2.1.2 Pengertian
Keterampilan
2.1.3 Teori
dan Keterampilan Dalam Mendidik
2.1.4 Keterampilan
yang Harus Dimiliki Guru
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB
II
PEMBAHASAAN
2.1 Pengembangan
Teori dan Keterampilan Dalam Mendidik
2.1.1
Pengertian Mendidik
Pendidikan berasal dari kata “didik”, Lalu kata ini
mendapat awalan kata “me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan
memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran,
tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Mendidik dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk
mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan baik secara jasmani maupun rohani.
Oleh karena itu mendidik dikatakan sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap
mental dan akhlak anak didik. Mendidik tidak sekedar transfer of
knowledge, tetapi juga transfer of values. Mendidik diartikan secara utuh,
baik kognitif, psikomotorik maupun afektif, agar tumbuh sebagai manusia yang
berpribadi. Mendidik Dari segi isi, mendidik sangat berkaitan dengan moral dan
kepribadian. Jika ditinjau dari segi proses, maka mendidik berkaitan dengan
memberikan motivasi untuk belajar dan mengikuti ketentuan atau tata tertib yang
telah menjadi kesepakatan bersama. Kemudian bila dilihat dari segi strategi dan
metode yang digunakan, mendidik lebih menggunakan keteladan dan pembiasaan.
2.1.2
Pengertian Keterampilan
Keterampilan dapat diartikan sebagai suatu usaha
yang untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan dengan menggunakan kepandaian.
Keterampilan juga ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan
otot-otot (neuromuscular) yang biasanya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti
menulis, mengetik, olahraga dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun
keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang
tinggi. Dengan demikian, siswa yang melakukan gerakan motorik dengan koordinasi
dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang dan tidak terampil.
Di samping itu, menurut Reber (1988), keterampilan
adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun
rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.
Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga
pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif. (Muhibbin Syah, 2010)
2.1.3
Teori dan Keterampilan
Dalam Mendidik
Teori belajar behaviourisme seringkali
digunakan dalam pembelajaran keterampilan. Selain behaviourisme, teori
konstruktivisme, teori kognitif , dan teori humanistik juga berperan penting
dalam pembelajaran keterampilan.
1.
Behaviourisme
Teori belajar behaviorisme ini
mengemukakan bahwa belajar ditunjukkan dengan adanya perubahan tingkah laku.
Belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon. Menurut hukum yang
dikemukakan oleh Thorndike yaitu:
Ø Law
of readiness bahwa individu akan melakukan suatu tindakan yang telah
disiapkannya. Jika ada kesiapan, maka dia akan melakukan tindakan itu dengan
sepenuh hati, begitu sebaliknya. Dengan demikian, belajar akan lebih berhasil
jika dilandasi oleh kesiapan untuk belajar. Dalam mengajarkan ketrampilan, perlu
adanya persiapan baik dari segi pengetahuan yang mendasari ketrampilan tersebut
ataupun kesiapan fasilitas yang mendukung pengajaran ketrampilan. Dengan
demikian, ada kesiapan yang mendasari untuk pembelajaran sehingga hasilnya akan
lebih maksimal.
Ø Law
of exersice, hukum ini menunjuk kepada menjadi lebih kuatnya koneksi antara
kondisi (yang merupakan perangsang) dan tindakan karena latihan (law of use)
dan menjadi lemahnya koneksi tersebut karena latihan dihentikan (law of
disuse). Prinsip ini menunjukkan bahwa prinsip utama belajar adalah ulangan.
Makin sering sesuatu pelajaran diulangi, maka makin dikuasailah pelajaran itu.
Dalam pengajaran keterampilan, langkah mengulang atau latihan sangat
diperlukan. Dengan latihan tersebut, maka akan terbentuk suatu tingkah laku
yang otomatis. Sesuai dengan definisi Eraut tentang tingkah laku terampil yaitu
suatu aksi kompleks berurutan yang menjadi rutin dilakukan melalui latihan dan
pengalaman yang menjadikannya secara otomatis dilakukan.
Ø Konsep
transfer of training yaitu dapat digunakannya hal yang telah dipelajari untuk
menghadapi atau memecahkan hal lain. Transfer of training akan terjadi bila
antara hal yang lama (yang telah dipelajari) dengan hal yang baru (yang akan
dipelajari) terdapat unsur yang identik. Untuk mendapatkan efek ini, maka bahan
yang dipelajari perlu mengandung banyak kesamaan dengan hal yang nantinya akan
dihadapi oleh individu tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Reinforcer (hadiah) untuk mendorong mahasiswa agar
lebih semangat dalam berlatih diperlukan dalam pengajaran keterampilan. Hal ini
bisa dilakukan melalui pemberian feedback di saat akhir mahasiswa mempraktekkan
ketrampilannya. feedback positif menjadi sebuah reinforcer bagi mahasiswa,
sedangkan hal-hal negatif yang disampaikan secara konstruktif akan menjadi
pendorong bagi mahasiswa untuk memperbaiki kekurangannya. Sesuai dengan teori
behaviour bahwa hasil belajar akan terlihat dari penguasaan mahasiswa terhadap
keterampilan tersebut.
2.
Konstruktivisme
Dalam konstruktivisme, belajar merupakan proses
aktif yang dibangun oleh individu. Teori belajar kontstruksi menyatakan bahwa
siswa itu sendiri yang harus secara pribadi menemukan dan menerapkan informasi
kompleks, mengecek informasi baru dibandingkan dengan aturan lama dan
memperbaiki aturan itu apabila tidak sesuai lagi. Perubahan kognitif terjadi
jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami diolah melalui suatu proses
ketidakseimbangan dalam upaya memakai informasi-informasi baru.
Salah satu prinsip paling penting adalah guru tidak
dapat hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa, siswa harus
membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri, guru hanya membantu proses ini
(student centered learning).
Dalam pembelajaran keterampilan mahasiswa perlu
mengkonstruksi pengetahuan yang mendasari penerapan keterampilan tersebut. Mahasiswa
tidak hanya dituntut terampil secara psikomotor, namun juga segi kognitifnya.
Mahasiswa tidak hanya dituntut mampu melakukan prosedur, namun juga mampu
menerapkan prosedur keterampilan.
3.
Teori Kognitif
Teori ini lebih menekankan bagaimana proses atau
upaya untuk mengoptimalkan kemampuan dalam aspek rasional Teori ini merupakan
suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual, yaitu
proses untuk membangun atau membimbing siswa dalam melatih kemampuan
mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu objek. Teori ini dalam proses
belajar sangat berpengaruh terhadap kemajuan intelektual siswa. Namun, disisi
lain perkembangan moral kepribadian siswa menjadi sangat miskin karena teori
ini hanya mengoptimalkan kemampuan intelektual saja tidak memperhatikan aspek
moral. Teori kognitif berbeda dengan teori behavioristik karena teori ini lebih
menekankan pada bagaimana informasi diproses dan menghasilkan sebuah informasi
sedangkan behavioristik lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang
diwujudkan dengan cara kemampuan merespon terhadap stimulus yang dating
terhadap dirinya.
4.
Teori Humanistik
Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar harus
dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Teori ini lebih
menekankan bagaimana persoalan manusia dari berbagai dimensi yaitu dimensi
kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga teori ini mencakup teori-teori
sebelumnya. Konsekuensinya guru harus mampu memiliki sifat, karakter dan
tampilan yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Dalam
teori ini lebih menekankan pada perkembangan kepribadian individu untuk
membangun hal-hal yang positif erat kaitannya dengan emosi positif. Individu
diajak untuk bertindak jujur, menghargai, menghormati orang lain dan sikap emosi
positif lainnya. Selain itu peserta didik dapat juga diajarkan tentang
kemampuan berimajinasi agar kemampuan otaknya dapat berkembang. Tugas guru
lebih berat karena harus menampilkan karakter dan sifat yang berbeda sesuai
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Teori humanistik bersifat ideal yaitu
memanusiakan manuasia sehingga mampu memberikan arahan terhadap semua komponen
pembelajaran, dalam prosesnya semua sarana prasarana dapat digunakan asalkan
dapat memanusiakan manusia. Teori ini mementingkan siswa agar berfikir induktif
yaitu mementingkan pengalaman serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa teori konstruktivisme
hampir sama dengan teori humanistik, sedangkan pergeserannya adalah pada teori
humanistik lebih mementingkan terciptanya manusia yang ideal.
Dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa
masing-masing dari teori belajar memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun dari
banyak teori belajar yang ada, semuanya memiliki keterkaitan antara yang satu
dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan dari tinjauan historis dan sesuai
dengan kebutuhan manusia pada saat dulu hingga saat ini. Sehingga banyak teori
yang bermunculan untuk memenuhi kebutuhan manusia agar tercapainya suatu tujuan
pembelajaran yang baik.
2.1.4 Keterampilan yang Harus Dimiliki Guru
Keterampilan
yang perlu dimiliki guru dalam melaksanakan pembelajaran, merupakan kompetensi
professional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi
guru secara utuh dan menyeluruh. Ada delapan keterampilan yang sangat berperan
dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu :
1)
Keterampilan Bertanya
Keterampilan
Bertanya yang perlu dikuasai guru meliputi keterampilan bertanya Dasar dan
keterampilan Bertanya Lanjutan. Keterampilan Bertanya Dasar yaitu keterampilan
menyusun pertanyaan yang jelas dengan singkat. Pertanyaan yang diajukan pada
peserta didik, dapat berupa pertanyaan untuk memberikan acuan atau pertanyaan
untuk memusatkan perhatian. Guru dalam mengajukan pertanyaan pada peserta
didik, selain memperhatikan fungsi pertanyaan juga perlu memperhatikan kelas
dalam memberikan giliran dan menyebarkan pertanyaan di samping memberikan
kesempatan berpikir dan tuntunan. Keterampilan bertanya lanjutan yaitu
pengubahan tingkat tuntutan tingkat kognitif dari tingkat mengingat fakta,
tingkat pemahaman, tingkat penerapan, tingkat analisis, tingkat sintesis sampai
tingkat evaluasi.Pertanyaan yang diajukan mulai dari yang sederhana menuju yang
kompleks, secara beurutan. Pertanyaan pelacak diajukan guru bila jawaban yang
diberikan siswa masih kurang tepat.
Keterampilan
bertanya dapat dibagi kedalam dua jenis: (1) keterampilan dasar dan
keterampilan tingkat lanjut. Meski demikian, semuanya bermuara pada
tujuan-tujuan sebagai berikut:
Ø
Membangkitkan minat dan
rasa ingin tahu terhadap pokok bahasan
Ø
Memusatkan perhatian
Ø
Mendiaknosis kegiatan
khusus yang menghambat siswa belajar
Ø
Mengembangkan SCL
(Studen Center Learning)
2)
Keterampilan Memberi
Penguatan
Pemberian
penguatan dalam pembelajaran bertujuan untuk: (a) Meningkatkan motivasi siswa
dalam belajar; (b) Mengontrol perilaku yang negative; (c) Menumbuhkan rasa
percaya diri; (d) Memelihara iklim kelas yang kondusif.
Menurut
Burhus Frederic Skinner menyatakan bahwa ganjaran atau penguatan mempunyai peranan
yang sangat penting dalam proses belajar. Skinner menyatakan bahwa penguatan
terdiri atas penguatan positif dan negatif. Penguatan dapat dianggap sebagai
stimulus positif, jika penguatan tersebut seiring dengan meningkatnya perilaku
anak yang melakukan pengulanggan perilakunya itu, contohnya pujian. Sebaliknya
jika respon siswa kurang atau tidak diharapkan sehingga tidak menunjang tujuan
pembelajaran, harus segera diberi penguatan negatif agar respon tersebut tidak
di ulangi lagi dan berubah menjadi respon yang sifatnya positif contohnya
teguran, peringatan atau sanksi.
Manfaat
penguatan bagi siswa untuk meningkatnya perhatian dalam belajar, membangkitkan
dan memelihara perilaku, menumbuhkan rasa percaya diri, dan memelihara iklim
belajar yang kondusif. Keterampilan memberikan penguatan merupakan salah satu
keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai guru untuk membantu siswa
memenuhi kebutuhannya dalam mencapai perkembangan yang optimal pada
pembelajaran. Guru memiliki kelebihan serta kekurangan dalam menerapkan
penguatan karena kemampuan setiap guru berbeda-beda. Selain itu, masih
ditemukan beberapa sikap guru yang kurang sesuai saat memberikan
penguatan.Keterampilan memberikan penguatan yaitu kecakapan yang harus dikuasai
guru dalam memberikan penghargaan kepada siswa agar terdorong mengulangi
kembali sikap positif dalam pembelajaran sehingga mencapai perkembangan secara
optimal. Penghargaan tersebut antara lain penguatan verbal berupa kata atau
kalimat pujian dan penguatan non verbal berupa penguatan gestural, kontak,
dengan mendekati, kegiatan yang menyenangkan, simbol/benda dan tak penuh. Agar
penguatan bermakna bagi siswa maka harus diberikan dengan sungguh-sungguh,
bervariasi dan menghindari penggunaan respon negatif. Penguatan harus jelas diberikan
kepada sasaran serta diberikan segera setelah siswa melakukan respon positif.
setiap guru memilliki kelebihan dan kekurangan dalam menerapkan penguatan.
Penguatan memiliki pengaruh positif dan negatif bagi siswa. Saran bagi guru
harus memiliki pengetahuan yang banyak tentang keterampilan memberikan
penguatan agar dapat menerapkannya dengan baik.
3)
Keterampilan Mengadakan
Variasi
Variasi
dalam pembelajaran adalah untuk menghindari kebosanan peserta didik melalui
perilaku guru, media, sumber belajar dan pola inter aksi. Variasi perilaku guru
dapat dilakukan melalui tingg rendah, besar kecilnya volume suara; memusatkan
perhatian, membuat kesenyapan sejenak, mengadakan kontak pandang dengan peserta
didik, gerakan badan dan mimic, mengubah posisi.
Montessori
menyatakan bahwa anak memiliki masa peka terhadap stimulus yang diterima
melalui panca indranya. Dengan demikian panca indra yang dimiliki anak
merupakan pintu untuk masuknya informasi semakin banyak dan bervariasi
informasi yang ditangkap melalui panca indra yang dimilikinya, maka akan
semakin banyak dan beragam pula informasi yang diperolehnya.Variasi stimulus
adalah dengan keragaman stimulus yang diberikan, sehingga memungkinkan siswa
dapat merespon melalui alat indera yang dimilikinya. Melalui perbedaan stimulus
yang bervariasi selain akan memperkaya informasi yang diperoleh siswa, juga
akan menjadikan proses pembelajaran dapat berjalan secara dinamis dan tidak
membosankan.Adapun keterampilan memberi variasi yang dijelaskan dalam buku
karangan Kunandar, yaitu usaha guru untuk menghilangkan kebosanan siswa dalam
menerima pelajaran melalui variasi gaya mengajar, penggunaan media, pola
interaksi kegiatan siswa, dan komunikasi nonverbal (suara, mimik, kontak mata,
dan semangat).Didalam proses belajar mengajar, variasi ditunjukkan dengan
adanya perubahan dalam gaya mengajar seorang guru, melihat media apa yang
digunakan, dan prubahan dalam pola interaksi. Variasi ini lebih bersifat proses
daripada produk.Kalau tujuan pembelajaran mencakup domein (ranah) dengan
berbagai jenjang penguasaan maka disarankan untuk memakai berbagai jenis metode
pada setiap penyajian apalagi kalau siswanya sangat bervariasi.
4)
Keterampilan
Menjelaskan
Menjelaskan
adalah mendeskripsikan secara lisan tentang benda misalnya makanan atau
hidangan Nusantara, Oriental, Kontinental; keadaan atau fakta misalnya makanan
yang tengah digemari masyarakat kota atau desa; Guru perlu membuat perencanaan
mengenai garis besar materi yang akan dijelaskan, sistimatik materi yang akan
dijelaskan dengan bahasa yang mudah difahami peserta didik, lengkap dengan alat
peraga untuk memberikan contoh atau ilustrasi. Penyajian menggnakan ucapan yang
jelas dan enak didengar, menggunakan intonasi sesuai dengan materi yang
dijelaskan. Tujuan yang hendak dicapai guru dalam memberikan penjelasan
diantaranya adalah untuk:
Ø Membimbing
siswa memahami dengan jelas jawaban pertanyaan “mengapa” yang siswa ajukan
ataupun yang dikemukakan guru.
Ø Membantu
siswa mendapatkan dan memahami hukum, dalil dan prinsip umum secara objektif
dan nalar.
Ø Melibatkan
murit untuk berfikir dengan memecahkan masalah.
Ø Mendapatkan
balikan dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dan mengatasi kesalah pahaman
mereka terhadap suatu pengertian
Ø Membantu
siswa menghayati dan mendapatkan proses penalaran dan penggunaan bukti dalam
penyelesaian keadaan yang meragukan.
5)
Keterampilan Membuka
dan Menutup Pembelajaran
Membuka
pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan
kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal. Peserta
didik dapat memusatkan diri sepenuhnya pada pembelajaran yang akan dilakukan.
Guru dapat menyampaikan tujuan dan garis besar materi, menghubungkan materi
yang akan dipelajari peserta didik dengan yang telah dipelajarinya, menyebutkan
langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan tugas-tugas yang harus diselesaikan,
mendaya gunakan media dan sumber belajar yang sesuai dengan materi
pembelajaran; dapat pula mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman
peserta didik pada materi yang lalu untuk menjajagi kemampuan awal
pembelajaran.
Menutup pembelajaran merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan guru untuk mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman peserta
didik terhadap materi yang dipelajari serta mengakhiri pembelajaran. Guru dapat
mengajukan pertanyaan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan, penyampaian
bahan-bahan pendalaman yang harus dipelajari, tugas-tugas yang harus dikerjakan
, menarik kesimpulan dan melakukan post tes.
Keterampilan
membuka dan menutup pelajaran pada dasarnya adalah salah satu kegiatan atau
usaha yang dialakukan oleh seorang guru atau memulai dan mengakhiri suatu
pelajaran. Keterampilan menutup pelajaran adalah keterampilan guru dalam
mengakhiri kegitan inti pelajaran. Dalam menutup pelajaran, guru dapat
menyimpulkan materi pelajaran, mengetahui tingkat pencapaian peserta didik dan
tingkat keberhasilan guna dalam proses belajar mengajar.
6)
Keterampilan Membimbing
Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil akan efektif bila
guru telah mempersiapkan topic, pembentukan kelompok secara tepat dan
pengaturan tempat duduk agar semua dapat aktif berpartisipasi. Diskusi kelompok
adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam
interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi,
pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan
strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu
masalah melalui suatu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir,
berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi
kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa serta membina kemampuan
berkomunikasi. Diskusi kelompok kecil memungkinkan siswa :
Ø Berbagi
informasi dan pengalaman dalam memecahkan masalah.
Ø Meningkatkan
pemahaman terhadap masalah penting.
Ø Meningkatkan
keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
Ø Mengembangkan
kemampuan berfikir dan berkomunikasi.
Ø Membina
kerjasama yang sehat, kelompok yang kohesif, dan bertanggungjawab.
7)
Keterampilan Mengelola
Kelas
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan
guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikan
gangguan dalam pembelajaran. Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan
guru dalam menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang optimal dan mengembalikannya
bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat terjadi
proses belajar mengajar yang serasi dan efektif. Guru perlu menguasai
keterampilan ini agar dapat :
1)
Mendorong siswa
mengembangkan tanggung jawab individu maupun kelompok dalam berperilaku yang
sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang sedang berlangsung.
2)
Menyadari kebutuhan
siswa.
3)
Memberikan respon yang
efektif terhadap perilaku siswa.
8)
Keterampilan Mengajar
Kelompok Kecil dan Perorangan
Guru dapat mengembangkan keterampilan
pengorganisasian dengan memotivasi dan membuat variasi tugas, membimbing dan
memudahkan belajar melalui penguatan, pengawasan, interaksi pembelajaran,
penggunaan ruang, tugas yang jelas, menarik dan menantang. Pengajaran kelompok
kecil dan perorangan memerlukan keterampilan yang berkaitan dengan penanganan
siswa dan penanganan tugas. Selain itu, ada prinsip-prinsip penggunaan mengajar
kelompok kecil dan perorangan, yaitu:
Ø
Variasi
pengorganisasian kelas besar, kelompok, dan perorangan disesuaikan dengan
tujuan yang hendak dicapai, kemampuan siswa, ketersediaan fasilitas, waktu
serta kemampuan.
Ø
Tidak semua topik dapat
dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil dan perorangan. Informasi umum
sebaiknya disampaikan secara klasikal.
Ø
Pengajaran kelompok
kecil yang efektif selalu diakhiri dengan rangkuman, pemantapan, kesepakatan,
dan laporan.
Ø
Guru perlu mengenal
siswa secara individu agar dapat mengatur kondisi belajar yang tepat.
Ø
Dalam kegiatan belajar
perorangan, siswa dapat bekerja secara bebas dengan bahan yang disiapkan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pentingnya
penguasaan keterampilan untuk belajar dilihat dari pola pikir dan sikap (mindset
and attitude) kita terhadap belajar harus ada. Kita harus memiliki hasrat
(desire) dan kecintaan (passion) yang dalam terhadap nilai-nilai untuk terus
belajar dan mengembangkan diri. Belajar tidak hanya sekedar melalui pendidikan
formal semata, tetapi dalam setiap aspek kehidupan kita harus senantiasa mengembangkan sikap
belajar. Sikap mau membaca, mendengar, mau
mengerti dan mau belajar dari orang lain merupakan sikap yang perlu senantiasa
dikembangkan jika kita ingin memperbaiki diri.
Kemampuan
kita untuk mendayagunakan kekuatan pikiran kita untuk mempercepat proses
belajar (accelerated learning), contohnya denga pikiran bawah sadar kita.
Pikiran bawah sadar merupakan kekuatan yang luar biasa jika kita dapat mengoptimalkan
potensinya. Seringkali kita melupakan bahwa anugerah yang terindah dan terbesar
yang diberikan Tuhan kepada kita adalah kemampuan pikiran
kita. Hal inilah yang membedakan kita dengan ciptaanNya yang lain. Hal yang paling mudah kita lakukan untuk mengembangkan keterampilan untuk belajar adalah dengan banyak membaca. Meluangkan waktu sedikitnya satu jam sehari untuk membaca buku merupakan kebiasaan yang baik bagi kita untuk mulai mengembangkan diri kita.
kita. Hal inilah yang membedakan kita dengan ciptaanNya yang lain. Hal yang paling mudah kita lakukan untuk mengembangkan keterampilan untuk belajar adalah dengan banyak membaca. Meluangkan waktu sedikitnya satu jam sehari untuk membaca buku merupakan kebiasaan yang baik bagi kita untuk mulai mengembangkan diri kita.
Disiplin
diri dan kegigihan (self discipline and persistence). Tanpa kedua hal ini maka
belajar hanyalah kegiatan yang sifatnya tergantung suasana hati (mood) dan kita
tidak dapat mencapai keunggulan (excelence) hanya dengan belajar setengah hati.
Sudah saatnya kita mengubah kebiasaan-kebiasaan kita.
DAFTAR
PUSTAKA
Suyono dan Hariyanto., Belajar dan Pembelajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2011 cet. Ke-I
Baharuddin
dan Esa Nur Wahyuni. Teori Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta, 2007)
No comments:
Post a Comment