My Real Blog, Life, Education, Story, Song, Laugh and My Real Love♡

Thursday 21 January 2016

Makalah Pengembangan Profesi Keguruan Pengembangan Teori dan Keterampilan dalam Mendidik




BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Upaya peningkatan mutu pendidikan dewasa ini merupakan salah satu fokus didalam pembangunan pendidikan. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh keberadaan sumberdaya manusia yang berkualitas, yang dapat dihasilkan antara lain melalui pendidikan yang berkualitas pula. Dalam perkembangan pendidikan dimanapun selalu menghendaki hal-hal baru yang bersifat kualitas maupun kuantitas. Disadari bahwa pendidikan akan terus berkembang, dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berkembang di masyarakat.
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi2 peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.
UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional memberikan dasar hukum tentang pembaharuan sistem pendidikan nasional. Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai faktor penentu yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia.  Kenyataan yang terjadi saat ini masih banyak guru, dalam membelajarkan siswa cenderung menggunakan gaya mengajar yang tradisional. Misalnya berpusat pada guru, suasana kelas kaku, guru sebagai pemberi perintah, dan diarahkan untuk belajar secara klasikal.
1.2       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perkembangan teori dan keterampilan dalam mendidik ?
2.      Apa tujuan pendidikan didunia pendidikan?

1.3              Tujuan
1.      Pengembangan wawasan guru tentang teori dan keterampilan dalam mendidik.
2.      Meningkatkan keterampilan guru melalui teori dan keterampilan dalam mendidik.

1.4              Manfaat
1.      Meningkatkan wawasan guru dalam teori dalam pendidikan.
2.      Meningkatkan keterampilan dalam pendidikan.
1.5              Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1.      Metode pustaka
Penulis mencari sumber dari buku-buku yang berhubungan atau berkaitan dengan topik yang dibahas.
2.      Metode browsing
Penulis memperoleh data-data yang berhubungan dengan pokok bahasan dengan mencari (searching) di internet.

1.6              Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
1.2  Rumusan Masalah
1.3  Tujuan Penulisan
1.4  Manfaat Penulisan
1.5  Metodologi Penulisan
1.6  Sistmatika Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengembangan Teori dan Keterampilan Dalam Mendidik
2.1.1  Pengertian Mendidik
2.1.2  Pengertian Keterampilan
2.1.3  Teori dan Keterampilan Dalam Mendidik
2.1.4  Keterampilan yang Harus Dimiliki Guru
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA




BAB II
PEMBAHASAAN

2.1  Pengembangan Teori dan Keterampilan Dalam Mendidik

2.1.1 Pengertian Mendidik
Pendidikan berasal dari kata “didik”, Lalu kata ini mendapat awalan kata “me” sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntutan dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Mendidik dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk mengantarkan anak didik ke arah kedewasaan baik secara jasmani maupun rohani. Oleh karena itu mendidik dikatakan sebagai upaya pembinaan pribadi, sikap mental dan akhlak anak didik. Mendidik tidak sekedar transfer of knowledge, tetapi juga transfer of values. Mendidik diartikan secara utuh, baik kognitif, psikomotorik maupun afektif, agar tumbuh sebagai manusia yang berpribadi. Mendidik Dari segi isi, mendidik sangat berkaitan dengan moral dan kepribadian. Jika ditinjau dari segi proses, maka mendidik berkaitan dengan memberikan motivasi untuk belajar dan mengikuti ketentuan atau tata tertib yang telah menjadi kesepakatan bersama. Kemudian bila dilihat dari segi strategi dan metode yang digunakan, mendidik lebih menggunakan keteladan dan pembiasaan.
2.1.2        Pengertian Keterampilan
Keterampilan dapat diartikan sebagai suatu usaha yang untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan dengan menggunakan kepandaian. Keterampilan juga ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang biasanya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olahraga dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi. Dengan demikian, siswa yang melakukan gerakan motorik dengan koordinasi dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang dan tidak terampil.
Di samping itu, menurut Reber (1988), keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif. (Muhibbin Syah, 2010)
2.1.3        Teori dan Keterampilan Dalam Mendidik
            Teori belajar behaviourisme seringkali digunakan dalam pembelajaran keterampilan. Selain behaviourisme, teori konstruktivisme, teori kognitif , dan teori humanistik juga berperan penting dalam pembelajaran keterampilan.
1.      Behaviourisme
Teori belajar behaviorisme ini mengemukakan bahwa belajar ditunjukkan dengan adanya perubahan tingkah laku. Belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon. Menurut hukum yang dikemukakan oleh Thorndike yaitu:
Ø  Law of readiness bahwa individu akan melakukan suatu tindakan yang telah disiapkannya. Jika ada kesiapan, maka dia akan melakukan tindakan itu dengan sepenuh hati, begitu sebaliknya. Dengan demikian, belajar akan lebih berhasil jika dilandasi oleh kesiapan untuk belajar. Dalam mengajarkan ketrampilan, perlu adanya persiapan baik dari segi pengetahuan yang mendasari ketrampilan tersebut ataupun kesiapan fasilitas yang mendukung pengajaran ketrampilan. Dengan demikian, ada kesiapan yang mendasari untuk pembelajaran sehingga hasilnya akan lebih maksimal.
Ø  Law of exersice, hukum ini menunjuk kepada menjadi lebih kuatnya koneksi antara kondisi (yang merupakan perangsang) dan tindakan karena latihan (law of use) dan menjadi lemahnya koneksi tersebut karena latihan dihentikan (law of disuse). Prinsip ini menunjukkan bahwa prinsip utama belajar adalah ulangan. Makin sering sesuatu pelajaran diulangi, maka makin dikuasailah pelajaran itu. Dalam pengajaran keterampilan, langkah mengulang atau latihan sangat diperlukan. Dengan latihan tersebut, maka akan terbentuk suatu tingkah laku yang otomatis. Sesuai dengan definisi Eraut tentang tingkah laku terampil yaitu suatu aksi kompleks berurutan yang menjadi rutin dilakukan melalui latihan dan pengalaman yang menjadikannya secara otomatis dilakukan.
Ø  Konsep transfer of training yaitu dapat digunakannya hal yang telah dipelajari untuk menghadapi atau memecahkan hal lain. Transfer of training akan terjadi bila antara hal yang lama (yang telah dipelajari) dengan hal yang baru (yang akan dipelajari) terdapat unsur yang identik. Untuk mendapatkan efek ini, maka bahan yang dipelajari perlu mengandung banyak kesamaan dengan hal yang nantinya akan dihadapi oleh individu tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Reinforcer (hadiah) untuk mendorong mahasiswa agar lebih semangat dalam berlatih diperlukan dalam pengajaran keterampilan. Hal ini bisa dilakukan melalui pemberian feedback di saat akhir mahasiswa mempraktekkan ketrampilannya. feedback positif menjadi sebuah reinforcer bagi mahasiswa, sedangkan hal-hal negatif yang disampaikan secara konstruktif akan menjadi pendorong bagi mahasiswa untuk memperbaiki kekurangannya. Sesuai dengan teori behaviour bahwa hasil belajar akan terlihat dari penguasaan mahasiswa terhadap keterampilan tersebut.
2.      Konstruktivisme
Dalam konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif yang dibangun oleh individu. Teori belajar kontstruksi menyatakan bahwa siswa itu sendiri yang harus secara pribadi menemukan dan menerapkan informasi kompleks, mengecek informasi baru dibandingkan dengan aturan lama dan memperbaiki aturan itu apabila tidak sesuai lagi. Perubahan kognitif terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memakai informasi-informasi baru.
Salah satu prinsip paling penting adalah guru tidak dapat hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa, siswa harus membangun pengetahuan di dalam benaknya sendiri, guru hanya membantu proses ini (student centered learning).
Dalam pembelajaran keterampilan mahasiswa perlu mengkonstruksi pengetahuan yang mendasari penerapan keterampilan tersebut. Mahasiswa tidak hanya dituntut terampil secara psikomotor, namun juga segi kognitifnya. Mahasiswa tidak hanya dituntut mampu melakukan prosedur, namun juga mampu menerapkan prosedur keterampilan.
3.      Teori Kognitif
Teori ini lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan dalam aspek rasional Teori ini merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering disebut sebagai model perseptual, yaitu proses untuk membangun atau membimbing siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu objek. Teori ini dalam proses belajar sangat berpengaruh terhadap kemajuan intelektual siswa. Namun, disisi lain perkembangan moral kepribadian siswa menjadi sangat miskin karena teori ini hanya mengoptimalkan kemampuan intelektual saja tidak memperhatikan aspek moral. Teori kognitif berbeda dengan teori behavioristik karena teori ini lebih menekankan pada bagaimana informasi diproses dan menghasilkan sebuah informasi sedangkan behavioristik lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespon terhadap stimulus yang dating terhadap dirinya.
4.      Teori Humanistik
Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Teori ini lebih menekankan bagaimana persoalan manusia dari berbagai dimensi yaitu dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga teori ini mencakup teori-teori sebelumnya. Konsekuensinya guru harus mampu memiliki sifat, karakter dan tampilan yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Dalam teori ini lebih menekankan pada perkembangan kepribadian individu untuk membangun hal-hal yang positif erat kaitannya dengan emosi positif. Individu diajak untuk bertindak jujur, menghargai, menghormati orang lain dan sikap emosi positif lainnya. Selain itu peserta didik dapat juga diajarkan tentang kemampuan berimajinasi agar kemampuan otaknya dapat berkembang. Tugas guru lebih berat karena harus menampilkan karakter dan sifat yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi. Teori humanistik bersifat ideal yaitu memanusiakan manuasia sehingga mampu memberikan arahan terhadap semua komponen pembelajaran, dalam prosesnya semua sarana prasarana dapat digunakan asalkan dapat memanusiakan manusia. Teori ini mementingkan siswa agar berfikir induktif yaitu mementingkan pengalaman serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Jadi dapat disimpulkan bahwa teori konstruktivisme hampir sama dengan teori humanistik, sedangkan pergeserannya adalah pada teori humanistik lebih mementingkan terciptanya manusia yang ideal.
Dari pemaparan diatas dapat diketahui bahwa masing-masing dari teori belajar memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun dari banyak teori belajar yang ada, semuanya memiliki keterkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini dikarenakan dari tinjauan historis dan sesuai dengan kebutuhan manusia pada saat dulu hingga saat ini. Sehingga banyak teori yang bermunculan untuk memenuhi kebutuhan manusia agar tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang baik.
2.1.4 Keterampilan yang Harus Dimiliki Guru
Keterampilan yang perlu dimiliki guru dalam melaksanakan pembelajaran, merupakan kompetensi professional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh. Ada delapan keterampilan yang sangat berperan dan menentukan kualitas pembelajaran, yaitu :
1)      Keterampilan Bertanya
Keterampilan Bertanya yang perlu dikuasai guru meliputi keterampilan bertanya Dasar dan keterampilan Bertanya Lanjutan. Keterampilan Bertanya Dasar yaitu keterampilan menyusun pertanyaan yang jelas dengan singkat. Pertanyaan yang diajukan pada peserta didik, dapat berupa pertanyaan untuk memberikan acuan atau pertanyaan untuk memusatkan perhatian. Guru dalam mengajukan pertanyaan pada peserta didik, selain memperhatikan fungsi pertanyaan juga perlu memperhatikan kelas dalam memberikan giliran dan menyebarkan pertanyaan di samping memberikan kesempatan berpikir dan tuntunan. Keterampilan bertanya lanjutan yaitu pengubahan tingkat tuntutan tingkat kognitif dari tingkat mengingat fakta, tingkat pemahaman, tingkat penerapan, tingkat analisis, tingkat sintesis sampai tingkat evaluasi.Pertanyaan yang diajukan mulai dari yang sederhana menuju yang kompleks, secara beurutan. Pertanyaan pelacak diajukan guru bila jawaban yang diberikan siswa masih kurang tepat.
Keterampilan bertanya dapat dibagi kedalam dua jenis: (1) keterampilan dasar dan keterampilan tingkat lanjut. Meski demikian, semuanya bermuara pada tujuan-tujuan sebagai berikut:
Ø   Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu terhadap pokok bahasan
Ø   Memusatkan perhatian
Ø   Mendiaknosis kegiatan khusus yang menghambat siswa belajar
Ø   Mengembangkan SCL (Studen Center Learning)

2)      Keterampilan Memberi Penguatan
Pemberian penguatan dalam pembelajaran bertujuan untuk: (a) Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar; (b) Mengontrol perilaku yang negative; (c) Menumbuhkan rasa percaya diri; (d) Memelihara iklim kelas yang kondusif.
Menurut Burhus Frederic Skinner menyatakan bahwa ganjaran atau penguatan mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Skinner menyatakan bahwa penguatan terdiri atas penguatan positif dan negatif. Penguatan dapat dianggap sebagai stimulus positif, jika penguatan tersebut seiring dengan meningkatnya perilaku anak yang melakukan pengulanggan perilakunya itu, contohnya pujian. Sebaliknya jika respon siswa kurang atau tidak diharapkan sehingga tidak menunjang tujuan pembelajaran, harus segera diberi penguatan negatif agar respon tersebut tidak di ulangi lagi dan berubah menjadi respon yang sifatnya positif contohnya teguran, peringatan atau sanksi.
Manfaat penguatan bagi siswa untuk meningkatnya perhatian dalam belajar, membangkitkan dan memelihara perilaku, menumbuhkan rasa percaya diri, dan memelihara iklim belajar yang kondusif. Keterampilan memberikan penguatan merupakan salah satu keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai guru untuk membantu siswa memenuhi kebutuhannya dalam mencapai perkembangan yang optimal pada pembelajaran. Guru memiliki kelebihan serta kekurangan dalam menerapkan penguatan karena kemampuan setiap guru berbeda-beda. Selain itu, masih ditemukan beberapa sikap guru yang kurang sesuai saat memberikan penguatan.Keterampilan memberikan penguatan yaitu kecakapan yang harus dikuasai guru dalam memberikan penghargaan kepada siswa agar terdorong mengulangi kembali sikap positif dalam pembelajaran sehingga mencapai perkembangan secara optimal. Penghargaan tersebut antara lain penguatan verbal berupa kata atau kalimat pujian dan penguatan non verbal berupa penguatan gestural, kontak, dengan mendekati, kegiatan yang menyenangkan, simbol/benda dan tak penuh. Agar penguatan bermakna bagi siswa maka harus diberikan dengan sungguh-sungguh, bervariasi dan menghindari penggunaan respon negatif. Penguatan harus jelas diberikan kepada sasaran serta diberikan segera setelah siswa melakukan respon positif. setiap guru memilliki kelebihan dan kekurangan dalam menerapkan penguatan. Penguatan memiliki pengaruh positif dan negatif bagi siswa. Saran bagi guru harus memiliki pengetahuan yang banyak tentang keterampilan memberikan penguatan agar dapat menerapkannya dengan baik.

3)      Keterampilan Mengadakan Variasi
Variasi dalam pembelajaran adalah untuk menghindari kebosanan peserta didik melalui perilaku guru, media, sumber belajar dan pola inter aksi. Variasi perilaku guru dapat dilakukan melalui tingg rendah, besar kecilnya volume suara; memusatkan perhatian, membuat kesenyapan sejenak, mengadakan kontak pandang dengan peserta didik, gerakan badan dan mimic, mengubah posisi.
Montessori menyatakan bahwa anak memiliki masa peka terhadap stimulus yang diterima melalui panca indranya. Dengan demikian panca indra yang dimiliki anak merupakan pintu untuk masuknya informasi semakin banyak dan bervariasi informasi yang ditangkap melalui panca indra yang dimilikinya, maka akan semakin banyak dan beragam pula informasi yang diperolehnya.Variasi stimulus adalah dengan keragaman stimulus yang diberikan, sehingga memungkinkan siswa dapat merespon melalui alat indera yang dimilikinya. Melalui perbedaan stimulus yang bervariasi selain akan memperkaya informasi yang diperoleh siswa, juga akan menjadikan proses pembelajaran dapat berjalan secara dinamis dan tidak membosankan.Adapun keterampilan memberi variasi yang dijelaskan dalam buku karangan Kunandar, yaitu usaha guru untuk menghilangkan kebosanan siswa dalam menerima pelajaran melalui variasi gaya mengajar, penggunaan media, pola interaksi kegiatan siswa, dan komunikasi nonverbal (suara, mimik, kontak mata, dan semangat).Didalam proses belajar mengajar, variasi ditunjukkan dengan adanya perubahan dalam gaya mengajar seorang guru, melihat media apa yang digunakan, dan prubahan dalam pola interaksi. Variasi ini lebih bersifat proses daripada produk.Kalau tujuan pembelajaran mencakup domein (ranah) dengan berbagai jenjang penguasaan maka disarankan untuk memakai berbagai jenis metode pada setiap penyajian apalagi kalau siswanya sangat bervariasi.

4)      Keterampilan Menjelaskan
Menjelaskan adalah mendeskripsikan secara lisan tentang benda misalnya makanan atau hidangan Nusantara, Oriental, Kontinental; keadaan atau fakta misalnya makanan yang tengah digemari masyarakat kota atau desa; Guru perlu membuat perencanaan mengenai garis besar materi yang akan dijelaskan, sistimatik materi yang akan dijelaskan dengan bahasa yang mudah difahami peserta didik, lengkap dengan alat peraga untuk memberikan contoh atau ilustrasi. Penyajian menggnakan ucapan yang jelas dan enak didengar, menggunakan intonasi sesuai dengan materi yang dijelaskan. Tujuan yang hendak dicapai guru dalam memberikan penjelasan diantaranya adalah untuk:
Ø  Membimbing siswa memahami dengan jelas jawaban pertanyaan “mengapa” yang siswa ajukan ataupun yang dikemukakan guru.
Ø  Membantu siswa mendapatkan dan memahami hukum, dalil dan prinsip umum secara objektif dan nalar.
Ø  Melibatkan murit untuk berfikir dengan memecahkan masalah.
Ø  Mendapatkan balikan dari siswa mengenai tingkat pemahamannya dan mengatasi kesalah pahaman mereka terhadap suatu pengertian
Ø  Membantu siswa menghayati dan mendapatkan proses penalaran dan penggunaan bukti dalam penyelesaian keadaan yang meragukan.

5)      Keterampilan Membuka dan Menutup Pembelajaran
Membuka pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan kesiapan mental dan menarik perhatian peserta didik secara optimal. Peserta didik dapat memusatkan diri sepenuhnya pada pembelajaran yang akan dilakukan. Guru dapat menyampaikan tujuan dan garis besar materi, menghubungkan materi yang akan dipelajari peserta didik dengan yang telah dipelajarinya, menyebutkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dan tugas-tugas yang harus diselesaikan, mendaya gunakan media dan sumber belajar yang sesuai dengan materi pembelajaran; dapat pula mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pemahaman peserta didik pada materi yang lalu untuk menjajagi kemampuan awal pembelajaran.
 Menutup pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui pencapaian tujuan dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang dipelajari serta mengakhiri pembelajaran. Guru dapat mengajukan pertanyaan untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan, penyampaian bahan-bahan pendalaman yang harus dipelajari, tugas-tugas yang harus dikerjakan , menarik kesimpulan dan melakukan post tes.
Keterampilan membuka dan menutup pelajaran pada dasarnya adalah salah satu kegiatan atau usaha yang dialakukan oleh seorang guru atau memulai dan mengakhiri suatu pelajaran. Keterampilan menutup pelajaran adalah keterampilan guru dalam mengakhiri kegitan inti pelajaran. Dalam menutup pelajaran, guru dapat menyimpulkan materi pelajaran, mengetahui tingkat pencapaian peserta didik dan tingkat keberhasilan guna dalam proses belajar mengajar.


6)      Keterampilan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil akan efektif bila guru telah mempersiapkan topic, pembentukan kelompok secara tepat dan pengaturan tempat duduk agar semua dapat aktif berpartisipasi. Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui suatu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa serta membina kemampuan berkomunikasi. Diskusi kelompok kecil memungkinkan siswa :
Ø  Berbagi informasi dan pengalaman dalam memecahkan masalah.
Ø  Meningkatkan pemahaman terhadap masalah penting.
Ø  Meningkatkan keterlibatan dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.
Ø  Mengembangkan kemampuan berfikir dan berkomunikasi.
Ø  Membina kerjasama yang sehat, kelompok yang kohesif, dan bertanggungjawab.

7)      Keterampilan Mengelola Kelas
Pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikan gangguan dalam pembelajaran. Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru dalam menciptakan dan memelihara kondisi kelas yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi gangguan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat terjadi proses belajar mengajar yang serasi dan efektif. Guru perlu menguasai keterampilan ini agar dapat :
1)      Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu maupun kelompok dalam berperilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktivitas yang sedang berlangsung.
2)      Menyadari kebutuhan siswa.
3)      Memberikan respon yang efektif terhadap perilaku siswa.

8)      Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan
Guru dapat mengembangkan keterampilan pengorganisasian dengan memotivasi dan membuat variasi tugas, membimbing dan memudahkan belajar melalui penguatan, pengawasan, interaksi pembelajaran, penggunaan ruang, tugas yang jelas, menarik dan menantang. Pengajaran kelompok kecil dan perorangan memerlukan keterampilan yang berkaitan dengan penanganan siswa dan penanganan tugas. Selain itu, ada prinsip-prinsip penggunaan mengajar kelompok kecil dan perorangan, yaitu:
Ø  Variasi pengorganisasian kelas besar, kelompok, dan perorangan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, kemampuan siswa, ketersediaan fasilitas, waktu serta kemampuan.
Ø  Tidak semua topik dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil dan perorangan. Informasi umum sebaiknya disampaikan secara klasikal.
Ø  Pengajaran kelompok kecil yang efektif selalu diakhiri dengan rangkuman, pemantapan, kesepakatan, dan laporan.
Ø  Guru perlu mengenal siswa secara individu agar dapat mengatur kondisi belajar yang tepat.
Ø  Dalam kegiatan belajar perorangan, siswa dapat bekerja secara bebas dengan bahan yang disiapkan.
  
BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan

Pentingnya penguasaan keterampilan untuk belajar dilihat dari pola pikir dan sikap (mindset and attitude) kita terhadap belajar harus ada. Kita harus memiliki hasrat (desire) dan kecintaan (passion) yang dalam terhadap nilai-nilai untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Belajar tidak hanya sekedar melalui pendidikan formal semata, tetapi dalam setiap aspek kehidupan  kita harus senantiasa mengembangkan sikap belajar. Sikap mau membaca, mendengar,  mau mengerti dan mau belajar dari orang lain merupakan sikap yang perlu senantiasa dikembangkan jika kita ingin memperbaiki diri.
Kemampuan kita untuk mendayagunakan kekuatan pikiran kita untuk mempercepat proses belajar (accelerated learning), contohnya denga pikiran bawah sadar kita. Pikiran bawah sadar merupakan kekuatan yang luar biasa jika kita dapat mengoptimalkan potensinya. Seringkali kita melupakan bahwa anugerah yang terindah dan terbesar yang diberikan Tuhan kepada kita adalah kemampuan pikiran
kita. Hal inilah yang membedakan kita dengan ciptaanNya yang lain. Hal yang paling mudah kita lakukan untuk mengembangkan keterampilan untuk belajar adalah dengan banyak membaca. Meluangkan waktu sedikitnya satu jam sehari untuk membaca buku merupakan kebiasaan yang baik bagi kita untuk mulai mengembangkan diri kita.
Disiplin diri dan kegigihan (self discipline and persistence). Tanpa kedua hal ini maka belajar hanyalah kegiatan yang sifatnya tergantung suasana hati (mood) dan kita tidak dapat mencapai keunggulan (excelence) hanya dengan belajar setengah hati. Sudah saatnya kita mengubah kebiasaan-kebiasaan kita.



DAFTAR PUSTAKA

Suyono dan Hariyanto., Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya 2011 cet. Ke-I
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. Teori Belajar dan Pembelajaran (Jogjakarta, 2007)

No comments:

Post a Comment