BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendekatan adalah titik
tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran atau merupakan gambaran
pola umum perbuatan guru dan peserta didik di dalam perwujudan kegiatan
pembelajaran. Sedangkan strategi sendiri merupakan pola umum perbuatan guru
peserta didik di dalam perwujudan kegiatan pembelajaran. Pendekatan merupakan
dasar penentuan strategi yang akan diwujudkan dengan penentuan metode sedangkan
metode merupakan alat yang digunakan dalam pelaksanaan strategi pembelajaran.Jadi
pendekatan lebih luas cakupanya dibandingkan dengan strategi.
Pendekatan
pembelajaran Dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi ,menginsiprasi,menguatkan,dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Salah satu
pendekatan pembelajaran yaitun pendekatan yang bersifat interaksi edukasi.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana mengetahui
tentang pendekatan pembelajaran ?
2.
Bagaimana mengetahui
tentang pendekatan pembelajaran dari segi interaksi edukasi seperti teacher
centered dan student centered, expository dan discovery inquiry ?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Untuk menjelaskan
tentang pendekatan pembelajaran
2.
Untuk menjelaskan
pendekatan pembelajaran dari segi interaksi edukasi seperti teacher centered
dan student centered, expository dan discovery inquiry.
1.4
Manfaat Penulisan
1.
Meningkatkan wawasan dalam teori dalam pendekatan pembelajaran.
2.
Meningkatkan metode
pembelajaran dari segi interaksi edukasi seperti teacher centered dan student
centered, expository dan discovery inquiry.
1.5
Metode Penulisan
Dalam
penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1.
Metode
pustaka
Penulis
mencari sumber dari buku-buku yang berhubungan atau berkaitan dengan topik yang
dibahas.
2.
Metode
browsing
Penulis
memperoleh data-data yang berhubungan dengan pokok bahasan dengan mencari
(searching) di internet.
1.6
Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
1.2
Rumusan
Masalah
1.3
Tujuan
Penulisan
1.4
Manfaat
Penulisan
1.5
Metodologi
Penulisan
1.6
Sistmatika
Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan
pembelajaran
2.1.1 Pendekatan
pembelajaran dari segi interaksi edukasi
A. Metode Pembelajaran Teacher Centered
B. Metode Pembelajaran Student Centered
C. Pendekatan
expository
D. Metode Pembelajaran dengan Strategi Expository
E. Pendekatan Discovery
Inquiry
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.2
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendekatan pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat
diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
Pendekatan yang bersifat metodelogik dan (2) pendekatan yang bersifat materi
Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan
bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif
dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya
(2008) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna
perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual
tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan
pembelajaran.
2.1.1 Pendekatan Pembelajaran
dari Segi Interaksi Edukasi
Teacher centered adalah suatu pendekatan belajar yang berdasar pada pandangan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan
dan keterampilan (Smith, dalam Sanjaya, 2008: 96). Di
sini ilmu di transfer secara cepat dari dosen kepada mahasiswa secara drill
sehingga daya serap dari mahasiswa lemah karena hanya mendengarkan dari dosen.
SCL atau Student Centered Learning atau yang lebih dikenal dengan pembelajaran
berpusat mahasiswa. Pelaksanaan metode pembelajaran SCL diarahkan pada
integrasi knowledge management system sehingga diharapkan menghasilkan
intellectual capital yang bermanfaat. Dengan konsep SCL, mahasiswa bukan lagi
sebagai obyek dari pengembangan ilmu pengetahuan namun diharapkan menjadi
pelaku aktif dari pengisi content di dalam proses pembelajaran. Dosen hanya
berperan sebagai fasilitator dan motivator. Metode ini memiliki beberapa jenis
pembelajaran,yakni diantaranya Cooperative learning, Collaborative learning,
Competitive learning, Case based learning, Project based learning,dan Problem
based learning.
a)
Sistem pembelajaran
collaborative merupakan system pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkup
kelompok kecil. Dimana para mahasiswa saling bekerja sama untuk bertukar
pengetahuan guna mencapai tujuan pembalajaran secara umum. Didalam proses
diskusi setiap mahasiswa harus aktif, bertanggung jawab atas hasil pembelajaran
yang dicapai., saling memberi masukan, saling menerima pendapat orang lain
dengan bijak dan saling menghargai kemampuan dari mahasiswa lain nya. Proses
pembelajaran ini terjadi di lingkungan social yang memungkinkan terjadinya
komunikasi.
b)
Sistem pembelajaran
cooperative merupakan system pembelajaran yang dilaksanakan oleh sekelompok
kecil mahasiswa yang dimana mahasiswa tersebut belajar dari dan dengan
teman-temannya. Dengan system ini mahasiswa dituntut untuk aktif guna mencapai
tujuan belajar tertentu sehingga mahasiswa bertanggung jawab atas hasil
pembelajaran yang dicapai. Dalam pembelajaran ini terdapat kunci pertanyaan
yakni know ( apa yang anda ketahui tentang pokok bahasan yang sedang di
diskusikan?), want to know (apa yang ingin anda ketahui dalam diskusi itu?),
learnt( apa yang telah anda pelajari sehubungan dengan diskusi itu?)
c)
Sistem pembelajaran
competitive merupakan system pembelajaran yang memiliki maksud adanya suatu
kompetisi. Mahasiswa saling berkompetisi dengan temannya untuk mencapai hasil
terbaik. Hal ini kompetisi dapat terjadi secara individu (berkompetisi dengan
dirinya sendiri dibandingkan prestasi sebelumnya) maupun kompetisi kelompok (membangun
kerjasama kelompok untuk mencapai prestasi tinggi)
d)
Sistem pembelajaran
Project/research based merupakan system pembelajaran yang dilakukan dengan cara
melakukan penelitian-penelitian untuk dapat menyelesaikan suatu masalah serta
untuk mencapai tujuan belajar.
e)
System pembelajaran
case based merupakan system yang memiliki tujuan untuk mendekatkan jarak antara
mahasiswa dengan kehidupan yang sesungguhnya. System ini menuntut mahasiswa
bertindak sebagai subjek pembelajaran aktif.
f)
Problem based learning
(PBL)
Definisi
PBL adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah
dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini mahasiswa dirangsang untuk
mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka
punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan
terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
Cara pandang bahwa pembelajaran (mengajar) sebagai proses menyampaikan atau menanamkan ilmu pengetahuan
ini memiliki beberapa ciri sebagai berikut.
1.
Pertama memakai pendekatan berpusat pada guru atau teacher centered . Dalam TC gurulah yang harus menjadi pusat dalam KBM. Dalam TC,
guru memegang peran sangat penting. Guru menentukan segalanya. Mau diapakan
siswa? Apa yang harus dikuasai siswa, semua tergantung guru. Bahkan seorang
guru di TC memiliki hak legalitas keabsahan pengetahuan (yang benar itu seperti
yang dikatakan guru). Oleh karena begitu pentingnya
peran guru, maka biasanya proses pengajaran hanya akan berlangsung manakala ada guru, dan tak mungkin ada pembelajaran
apabila tidak ada guru. Sehubungan dengan pembelajaran
yang berpusat pada guru, minimal ada tiga peran utama yang harus dilakukan
guru, yaitu: guru sebagai perencana; sebagai penyampai informasi; dan sebagai
evaluator.Selain guru sebagai pusat yang menentukan segalanya dalam
pembelajaran,
2.
Kedua adalah siswa ditempatkan sebagai objek belajar. Siswa
dianggap sebagai organisme yang pasif, yang belum memahami apa yang harus
dipahami, sehingga dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk memahami
segala sesuatu yang disampaikan guru. Peran siswa adalah sebagai penerima
informasi yang diberikan guru. Jenis pengetahuan dan keterampilan kadang tidak
mempertimbangkan kebutuhan siswa, akan tetapi berangkat dari pandangan yang
menurut guru dianggap baik dan bermanfaat.Sebagai objek belajar, kesempatan
siswa untuk mengembangkan kemampuan sesuai dengan bakat dan minatnya, bahkan
untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya menjadi terbatas. Sebab dan proses
pembelajaran segalanya diatur dan ditentukan oleh guru.
3.
Ciri yang ketiga adalah kegiatan pembelajaran terjadi pada tempat dan waktu
tertentu. Misalnya dengan penjadwalan yang ketat, siswa hanya belajar manakala
ada kelas yang telah didesain sedemikian rupa sebagai tempat belajar. Adanya
tempat yang telah ditentukan, sering pengajaran terjadi sangat formal, siswa
duduk di bangku berjejer, dan guru didepan kelas. Demikian juga hanya dalam
waktu yang diatur sangat ketat. Misalnya manakala waktu belajar satu materi
tertentu telah habis, maka segera siswa akan belajar materi lain sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan. Cara mengajarinya pun seperti bagian-bagian yang
terpisah, seakan-akan tak ada kaitannya antara materi pelajaran yang satu
dengan lainnya.
4.
Ciri keempat, tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran.
Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejuah mana siswa dapat
menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Materi pelajaran itu sendiri
adalah pengetahuan yang bersumber dari materi pelajaran yang disampaikan di
sekolah. Sedangkan mata pelajaran itu sendiri merupakan pengelaman-pengalaman
manusia masa lalu yang disusun secara sistematis dan logis, kemudian diuraikan
dalam buku-buku pelajaran dan selanjutnya isi buku itu harus dikuasai siswa.
Kadang-kadang siswa tidak perlu memahami apa gunanya mempelajari bahan
tersebut. Oleh karena kriteria keberhasilan ditentukan oleh penguasaan materi
pelajaran, maka alat evaluasi yang digunakan biasanya adalah tes hasil belajar tertulis
(paper and pencil test) yang dilaksanakan secara periodik.
B. Metode Pembelajaran Student Centered
Student Centered adalah instruksi dan perencanaan kelas yang menekankan
pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif. Dalam sebuah studi, persepsi
murid terhadap lingkungan pembelajaran yang positif dan hubungan interpersonal
dengan guru merupakan faktor paling penting yang memperkuat motivasi dan
prestasi murid (McCombs, 2001 ; McCombs & Quiat, 2001).
Prinsip student centered mengandung implikasi penting bagi cara guru merancang dan
mengajar, karena prinsip-prinsip tersebut didasarkan pada riset tentang cara
belajar paling efektif bagi murid. Dimana dalam prinsip pembelajaran student centered muridlah yang dituntut untuk berperan aktif dalam pembelajaran
dikelas. Guru hanya sebagai fasilitator yang bertugas mengarahkan murid,
selebihnya murid yang melakukan pembelajaran sendiri, memahami dan menemukan
pengetahuan secara mandiri. Pendekatan student centered untuk
perencanaan dan instruksi pelajaran memberikan banyak hal positif. Prinsip
tersebut mendorong guru untuk membantu murid secara aktif mengkontruksi
pemahaman mereka, menentukan tujuan dan rencana, berpikir mendalam dan kreatif,
memantau pembelajaran mereka, memecahkan problem dunia nyata, mengembangkan
rasa percaya diri yang positif dan mengontrol emosi, memotivasi diri sendiri,
belajar sesuai dengan level perkembangan, bekerja sama secara efektif dengan
orang lain (termasuk orang yang berbeda latar belakang), mengevaluasi
preferensi mereka, dan memenuhi standar.
Untuk dapat menerapkan konsep ini, dapat dilakukan dengan menggunakan
metode-metode seperti small group discussion, simulation, case study, discovery
learning (DL), self directed (learning (SDL), cooperative learning (CL),
collaborative learning (CBL), contextual instruction (CI), project based
learning (PJBL) dan Problem based learning an Inquiry (PBL).
Untuk dapat menerapkan SCL ini dengan baik, sebelumnya kita akan bahas
satu-persatu metode-metode tersebut.
a. Small Group Discussion
Diskusi merupakan salah satu elemen belajar secara aktif dan merupakan
bagian dari banyak model pembelajaran SCL yang lain, seperti CL, CbL, PBL dan
lain-lain. Di dalam kelas, kita dapat meminta para mahasiswa untuk membuat
kelompok kecil (misalnya 5 – 10 orang) untuk mendikusikan bahan yang dapat
diberikan oleh dosen ataupu bahan yang diperoleh sendiri oleh anggota kelompok
tersebut.
Metode ini dapat digunakan ketika akan menggali ide, menyimpulkan poin
penting, mengakses tingkat skill dan pengetahuan mahasiswa, mengkaji kembali
topik di kelas sebelumnya, membandingkan teori, isu dan interprestasi, dapat
juga untuk menyelesaikan masalah.
Apa yang akan di dapat oleh mahasiswa, ketika metode ini diterapkan di
kelas. Mahasiswa akan belajar untuk
menjadi pendengar yang baik, bekerjasama untuk tugas bersama, memberikan dan
menerima umpan balik yang konstruktif, menghormati perbedaan pendapat,
mendukung pendapat dengan bukti, serta menghargai sudut pandang yang
bervariasi.
b. Simulation
Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan sesungguhnya
ke dalam kelas. Misalnya simulasi sebagai seorang manajer atau pemimpin,
mahasiswa diminta untuk membuat perusahaan fiktif, kemudian di minta untuk
berperan sebagai manajer atau pemimpin dalam perusahaan tersebut.
Simulasi ini dapat berbentuk permainan peran (role playing).
Permainan-permainan simulasi dan lain-lain. Manfaat dari model ini Simulasi ini
dapat mengubah cara pandang (mindset) mahasiswa dengan jalan: mempraktekkan
kemampuan umum (dalam komunikasi verbal dan nonverbal), mempraktekkan kemampuan
khusus mempraktekkan kemampuan tim, mengembangkan kemamapuan menyelesaikan
masalah, mengembangkan kemampuan empati dan lain-lain.
c. Discovery Learning (DL)
DL adalah metode belajar yang difokuskan pada pemanfaatan informasi yang
tersedia, baik yang diberikan dosen maupun yang dicari sendiri oleh mahasiswa,
untuk membangun pengetahuan dengan cara belajar mandiri.
Metode ini dapat dilakukan misalnya dengan memberikan tugas kepada
mahasiswa untuk memperoleh bahan ajar dari sumber-sumber yang dapat diperoleh
melalui internet atau melalui buku, Koran, majalah dan lain sebagainya.
d. Self Directed Learning (SDL)
SDL adalah proses belajar yang dilakukan atas inisiatif individu mahasiswa
sendiri. Mahasiswa sendiri yang merencanakan, melaksanakan dan menilai sendiri
terhadap pengalaman belajar yang telah dijalani, dilakukan semuanya oleh
individu yang bersangkutan.
Peran dosen dalam metode ini hanya bertindak sebagai fasilitator, yang
memberi arahan, bimbingan dan konfirmasi terhadap kemajuan belajar yang telah
dilakukan individu mahasiswa tersebut.
Manfaat dari metode ini adalah menyadarkan dan memberdayakan mahasiswa,
bahwa belajar adalah tanggung jawab mereka sendiri. Individu mhasiswa didorong
untuk bertanggung jawab terhdapa semua fikiran dan tindakan yang dilakukannya.
Untuk dapat menerapkan metode ini, sebelumnya kita harus dapat memenuhi asumsi
bahwa kemampuan mahasiswa semestinya bergeser dari orang yang tergantung pada
orang lain menjadi individu yang mampu belajar mandiri.
e. Cooperative Learning (CL)
CL merupakan metode belajar berkelompok yang dirancang oleh dosen untuk
memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas. Kelompok ini
terdiri dari atas beberapa orang mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik
yang beragam.
Metode ini sangat terstruktur, karena pembentukan kelompok, materi yang
dibahas, langkah-langkah diskusi serta produk akhir yang harus dihasilkan,
semuanya ditentukan dan dikontrol oleh dosen. Mahasiswa hanya mengikuti
prosedur diskusi yang dirancang oleh dosen.
CL bermanfaat untuk membantu menumbuhkan dan mengasah kebiasaan belajar
aktif pada diri mahasiswa, rasa tanggungjawab individu dan kelompok mahasiswa,
kemampuan dan ketrampilan bekerjasama antar mahasiswa, dan keterampilan sosial
mahasiswa.
f. Collaborative Learning (CbL)
CbL adalah metode belajar yang menitikberatkan pada kerja sama antar
mahasiswa yang didasarkan pada consensus yang dibangun sendiri oleh anggota
kelompok. Masalah/tugas/kasus memang berasal dari dosen dan bersifat open
ended, tetapi pembentukan kelompok yang didasarkan pada minat, prosedur kerja
kelompok, penentuan waktu dan tempat diskusi/kerja kelompok, sampai dengan
bagaimana hasil diskusi/kerja kelompok ingin dinilai oleh dosen, semuanya
ditentukan melalui consensus bersama antar anggota kelompok.
g. Contextual Instruction (CI)
CI adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan isi mata kuliah
dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memotivasi mahasiswa untuk
membuat keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan
sehari-hari sebagai anggota masyarakat, pelaku kerja professional atau
manajerial, entrepreneur, maupun investor.
Contoh: apabila kompetensi yang dituntut matakuliah adalah mahasiswa dapat
menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi proses transaksi jual beli, maka
dalam pembelajarannya, selain konsep transaksi ini dibahas dalam kelas, juga
diberikan contoh dan mendiskusikannya. Mahasiswa juga diberi tugas dan
kesempatan untuk terjun langsung di pusat-pusat perdagangan untuk mengamati
secara langsung proses transaksi jual beli tersebut, atau bahkan terlibat
langsung sebagai salah satu pelakunya, sebagai pembeli misalnya.
h. Project-based Learning
(PjBL)
PjBL adalah metode belajar yang sistematis, yang melibatkan mahasiswa dalam
belajar pengetahuan dan ketrampilan melalui proses pencarian/penggalian
(inquiry) yang panjang dan terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan
kompleks serta tugas dan produk yang dirancang dengan sangat hati-hati
i.
Problem-based Learning/Inquiry (PBL/I)
PBL/I adalah belajar dengan memanfaatkan masalah an mahasiswa harus
melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan
masalah tersebut.
Pada umumnya, terdapat empat langkah yang perlu dilakukan mahassiwa dalam
PBL/I, yaitu:
a. Menerima masalah yang relevan dengan salah satu/beberapa
kompetensi yang dituntut mata kuliah, dari dosennya.
b. Melakukan pencarian data dan infromasi yang relevan
untuk memecahkan masalah
c. Menata data dan mengaitkan data dengan masalah
d. Menganalisis strategi pemecahan masalah.
Sekarang, kita sudah mendapatkan sedikit gambaran mengenai metode-metode
pembelajaran dalam SCL, selanjutnya kita dapat mengembangkan ide kita
masing-masing untuk dapat menerapkan metode-metode tersebut di dalam kelas
perkuliahan yang kita ampu. Tentu saja tidak semua metode-metode tersebut dapat
kita terapkan, tergantung juga pada mata kuliah yang kita ajarkan. Namun
demikian kita dapat menerapkan metode tersebut sesuai dengan mata kuliah yang
kita ajarkan.
Diharapkan juga setelah mencoba menggunakan salah satu metode-metode di
atas kita dapat mengevaluasi hasil sebelum dan sesudah. Apakah terdapat
perubahan dalam hal penilaian mahasiswa terhadap dosen, penilaian dosen
terhadap mahasiswa, ataupun sikap mahasiswa dalam menerima perkuliahan di
kelas.
C. Pendekatan Expository
Pendekatan
Expository adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses
penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada siswa dengan maksud
agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Roy Killen (dalam
Wina Sanjaya) menamakan metode ekspositori dengan istilah strategi pembelajaran
langsung (Direct Instruction). Karena dalam hal ini siswa tidak dituntut untuk
menemukan materi itu. Materi pelajaran seakan-akan sudah jadi. Oleh karena
metode ekspositori lebih menekankan kepada proses bertutur, maka sering juga
dinamakan istilah metode chalk and talk.
Pendekatan expository merupakan
bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada guru (teacher centered
approach) (Wina Sanjaya, 2008:179). Dikatakan demikian, sebab guru memegang
peran yang sangat dominan. Melalui metode ini guru menyampaikan materi
pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang
disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama metode ini adalah
kemampuan akademik siswa (academic achievement student).
D. Metode Pembelajaran dengan Strategi Expository
Perilaku mengajar dengan strategi expository juga dinamakan
model expository. Model pengajaran expository merupakan kegiatan mengajar yang
terpusat pada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci
tentang bahan pengajaran. Tujuan utama pengajaran expository adalah “memindahkan” pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Hal yang esensial pada bahan
pengajaran harus dijelaskan kepada siswa.
Peranan guru yang terpenting adalah sebagai berikut: (i)
penyusun program pembelajaran, (ii) pemberi informasi yang benar, (iii) pemberi
fasilitas belajar yang baik, (iv) pembimbing siswa dalam pemerolehan informasi
yang benar, dan (v) penilai pemerolehan informasi.
Peranan siswa yang baik adalah (i) pencari informasi yang
benar, (ii) pemakai media dan sumber yang benar, (iii) menyelasaikan tugas
sehubungan dengan penilaian guru. Adapun hasil belajar yang dievaluasi adalah
luas dan jumlah pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang dikuasai siswa. Pada
umumnya alat evaluasi hasil belajar yang digunakan adalah tes yang telah
dibakukan atau tes buatan guru.
E. Pendekatan Discovery Inquiry
Metode
penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam
proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Menurut Sund (Sudirman N,
1992 ), discovery adalah proses mental, dan dalam proses itu individu
mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip.
Istilah
asing yang sering digunakan untuk metode ini ialah discovery yang berarti
penemuan, atau inquiry yang berarti mencari. Mengenai penggunaan istilah
discovery dan inquiry para ahli terbagi ke dalam dua pendapat, yaitu :
- Istilah-istilah discovery dan inquiry dapat diartikan dengan maksud yang sama dan digunakan saling bergantian atau keduanya sekaligus.
- Istilah discovery, sekalipun secara umum menunjuk kepada pengertian yang sama dengan inquiry, pada hakikatnya mengandung perbedaan dengan inquiry.
Moh. Amin
(Sudirman N, 1992 ) menjelaskan bahwa pengajaran discovery harus
meliputi pengalaman-pengalaman belajar untuk menjamin siswa dapat mengembangkan
proses-proses discovery. Inquiry dibentuk dan meliputi discovery dan lebih
banyak lagi. Dengan kata lain, inquiry adalah suatu perluasan proses-proses discovery
yang digunakan dalam cara lebih dewasa. Sebagai tambahan pada proses-proses discovery,
inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya,
misalnya merumuskan problema sendiri, merancang eksperimen, melakukan
eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai
sikap-sikap obyektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya.
Mengenai
kelebihan dan kekurangan metode penemuan/discovery-inquiry diuraikan oleh
Sudirman N, dkk (1992) sebagai berikut :
Kelebihan metode
penemuan/discovery-inquiry :
- Strategi pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi oleh guru kepada siswa sebagai penerima informasi yang baik tetapi proses mentalnya berkadar rendah, menjadi pengajaran yang menekankan kepada proses pengolahan informasi di mana siswa yang aktif mencari dan mengolah sendiri informasi yang kadar proses mentalnya lebih tinggi atau lebih banyak.
- Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar atau ide lebih baik.
- Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan dalam rangka transfer kepada siutuasi-situasi proses belajar yang baru.
- Mendorong siswa untuk berfikur dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
- Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar yang tida hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar.
- Metode ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga retensinya tahan lama dalam ingatan) menjadi lebih baik.
Kekurangan metode penemuan/discovery-inquiry
:
- Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru apa adanya, ke arah membiasakan belajar mandiri dan berkelompok dengan mencari dan mengolah informasi sendiri. Mengubah kebiasaan bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi kebiasaan yang telah bertahun-tahun dilakukan.
- Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam belajar. Inipun bukan pekerjaan yang mudah karena umumnya guru merasa belum puas kalau tidak banyak menyajikan informasi (ceramah).
- Metode ini memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar, tetapi tidak berarti menjamin bahwa siswa belajar dengan tekun, penuh aktivitas, dan terarah.
- Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik. Dalam kondisi siswa banyak (kelas besar) dan guru terbatas, agaknya metode ini sulit terlaksana dengan baik.
Jenis-Jenis Metode Penemuan
(Discovery-Inquiry)
Moh. Amin (Sudirman N, 1992)
menguraikan tentang tujuh jenis inquiry-discovery yang dapat diikuti sebagai
berikut :
a) Guided Discovery-Inquiry Lab. Lesson
Sebagian
perencanaan dibuat oleh guru. Selain itu guru menyediakan kesempatan bimbingan
atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa. Dalam hal ini siswa tidak
merumuskan problema, sementara petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana
menyusun dan mencatat diberikan oleh guru.
b) Modified Discovery-Inquiry
Guru hanya
memberikan problema saja. Biasanya disediakan pula bahan atau alat-alat yang
diperlukan, kemudian siswa diundang untuk memecahkannya melalui pengamatan,
eksplorasi dan atau melalui prosedur penelitian untuk memperoleh jawabannya.
Pemecahan masalah dilakukan atas inisiatif dan caranya sendiri secara
berkelompok atau perseorangan. Guru berperan sebagai pendorong, nara sumber,
dan memberikan bantuan yang diperlukan untuk menjamin kelancaran proses belajar
siswa.
c) Free Inquiry
Kegiatan free
inquiry dilakukan setelah siswa mempelajarai dan mengerti bagaimana memecahkan
suatu problema dan telah memperoleh pengetahuan cukup tentang bidang studi
tertentu serta telah melakukan modified discovery-inquiry. Dalam metode ini
siswa harus mengidentifikasi dan merumuskan macam problema yang akan dipelajari
atau dipecahkan.
d) Invitation Into Inquiry
Siswa
dilibatkan dalam proses pemecahan problema sebagaimana cara-cara yang lazim
diikuti scientist. Suatu undangan (invitation) memberikan suatu problema kepada
siswa, dan melalui pertanyaan masalah yang telah direncanakan dengan hati-hati
mengundang siswa untuk melakukan beberapa kegiatan atau kalau mungkin, semua
kegiatan sebagai berikut : merancang eksperimen, merumuskan hipotesis,
menetapkan kontrol, menentukan sebab akibat, menginterpretasi datadan membuat
grafik
e) Inquiry Role Approach
Inquiry
Role Approach merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam
tim-tim yang masing-masing terdiri tas empat anggota untuk memecahkan invitation
into inquiry. Masing-masing anggota tim diberi tugas suatu peranan yang
berbeda-beda sebagai berikut : koodinator tim, penasihat teknis, pencatat data
dan evaluator proses
f) Pictorial Riddle
Pendekatan
dengan menggunakan pictorial riddle adalah salah satu teknik atau metode untuk
mengembangkan motivasi dan minat siswa di dalam diskusi kelompok kecil maupun
besar. Gambar atau peragaan, peragaan, atau situasi yang sesungguhnya dapat
digunakan untuk meningkatkan cara berfikir kritis dan kreatif siswa. Suatu ridlle
biasanya berupa gambar di papan tulis, papan poster, atau diproyeksikan dari
suatu trasparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan ridlle
itu.
g) Synectics Lesson
Pada
dasarnya syntetics memusatkan pada keterlibatan siswa untyuk membuat berbagai
macam bentuk metafora (kiasan) supaya dapat membuka intelegensinya dan
mengembangkan kreativitasnya. Hal ini dapat dilaksankan karena metafora dapat
membantu dalam melepaskan “ikatan struktur mental” yang melekat kuat dalam
memandang suatu problema sehingga dapat menunjang timbulnya ide-ide kreatif.
Inquiry berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan (Trianto,
2007:135). David L. Haury dalam artikelnya, Teaching
Science Through Inquiry (dalam Sutrisno: 2008) mengutip definisi
yang diberikan oleh Alfred Novak: inquiry merupakan
tingkah laku yang terlibat dalam usaha manusia untuk menjelaskan secara
rasional fenomena-fenomena yang memancing rasa ingin tahu. Dengan kata lain, inquiry berkaitan dengan aktivitas dan
keterampilan aktif yang fokus pada pencarian pengetahuan atau pemahaman untuk
memuaskan rasa ingin tahu.
Sund (dalam Trianto: 2007) menyatakan bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Inquiry sebagai suatu proses umum yang
dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Gulo (dalam Trianto:
2007) menyatakan strategi inquiry
berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri.
Alasan rasional penggunaan metode inquiry adalah bahwa siswa akan
mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai matematika dan akan lebih
tertarik terhadap matematika jika mereka dilibatkan secara aktif dalam
“melakukan” matematika. Investigasi yang dilakukan oleh siswa merupakan tulang
punggung metode inquiry.
Investigasi ini difokuskan untuk memahami konsep-konsep matematika dan
meningkatkan keterampilan proses berpikir ilmiah siswa. Diyakini bahwa
pemahaman konsep merupakan hasil dari proses berfikir ilmiah tersebut
(Blosser dalam Sutrisno: 2008).
Metode inquiry
yang mensyaratkan keterlibatan aktif siswa terbukti dapat meningkatkan prestasi
belajar dan sikap anak terhadap Matematika dan Sains (Haury dalam Sutrisno:
2008). Dalam makalahnya Haury menyatakan bahwa metode inquiry membantu
perkembangan antara lain scientific literacy dan pemahaman proses-proses
ilmiah, pengetahuan vocabulary
dan pemahaman konsep, berpikir kritis, dan bersikap positif. Dapat disebutkan
bahwa metode inquiry tidak saja
meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep dalam matematika saja,
melainkan juga membentuk sikap keilmiahan dalam diri siswa.
Selanjutnya, metode inquiry merupakan metode pembelajaran
yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah pada diri siswa, sehingga
dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan
kreativitas dalam memecahkan masalah (Sutrisno: 2008). Siswa benar-benar
ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan
metode inquiry adalah sebagai pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah
memilih masalah yang perlu disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun
dimungkinkan juga bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas
guru selanjutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka
memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih diperlukan, tetapi
intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi
(Sagala, 2004).
Walaupun dalam praktiknya aplikasi metode
pembelajaran inquiry sangat
beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat disebutkan
bahwa pembelajaran dengan metode inquiry (Garton dalam Sutrisno: 2008) memiliki
5 komponen yang umum yaitu Question,
Student Engangement, Cooperative Interaction, Performance Evaluation, dan
Variety of Resource.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan juga sebagai titik
tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu. Teacher centered adalah suatu pendekatan belajar yang berdasar pada pandangan bahwa mengajar adalah menanamkan pengetahuan
dan keterampilan (Smith, dalam Sanjaya, 2008: 96). Di
sini ilmu di transfer secara cepat dari dosen kepada mahasiswa secara drill
sehingga daya serap dari mahasiswa lemah karena hanya mendengarkan dari dosen.
Prinsip student centered mengandung implikasi
penting bagi cara guru merancang dan mengajar, karena prinsip-prinsip tersebut
didasarkan pada riset tentang cara belajar paling efektif bagi murid. Dimana
dalam prinsip pembelajaran student centered
muridlah yang dituntut untuk berperan aktif dalam pembelajaran dikelas. Model
pengajaran expository merupakan kegiatan mengajar yang
terpusat pada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi terperinci
tentang bahan pengajaran. Tujuan utama pengajaran expository adalah “memindahkan” pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa.
Metode
penemuan adalah cara penyajian pelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam
proses-proses mental dalam rangka penemuannya. Menurut Sund (Sudirman N,
1992 ), discovery adalah proses mental, dan dalam proses itu individu
mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip. Istilah asing yang sering digunakan
untuk metode ini ialah discovery yang berarti penemuan, atau inquiry yang
berarti mencari.
3.2
Saran
Makalah ini diharapkan dapat menjadi bahan maupun
referensi pengetahuan mengenai pendekatan pembelajaran dari segi interaksi
edukasi seperti: teacher centered dan student centered, expository dan
discovery inquiry. Namun, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan,
karena melihat masih banyak hal-hal yang belum bisa dikaji lebih mendalam dalam
makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Dalyono. M. 1997. Psikologi
Pendidikan. Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Djamarah. Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
_______. 2005. Guru dan Anak Didik dlama Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Djamrah. Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 1997. Strategi Belajar Pembelajaran1. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sagala, Syaiful. 2004. Konsep dan Makna Pembelajaran.
Bandung. Penerbit Alfabeta.
Sutrisno, Joko. 2008. Pengaruh Metode Pembelajaran
Inquiry dalam belajar Sains terhadap Motivasi Belajar Siswa.. http://www.erlangga.co.id. Diakses pada
tanggal 21 April 2008.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif
Berorientasi Konstruktivis. Surabaya. Penerbit Pustaka Publisher
Uno, Hamzah.B. 2007. Mode Pembelajaran : Menciptakan
Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta. Bumi Aksara.
LAMPIRAN
- Pertanyaan dan Jawaban
1.
Jelaskan menurut anda
kelemahan dan kelebihan dari metode expository !
Jawab:
a) Kelebihan Metode Espositori
- Dengan metode ekspositori guru dapat mengontrol urutan dan keluasan pembelajaran, dengan demikian ia dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.
- Metode pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
- Melalui Strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan Demonstrasi).
- Metode Pembelajaran ini bisa digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
b)
Kelemahan Metode Ekspositori
- Metode pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.
- Metode ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, pengetahuan, minat, dan bakat, serta perbedaan gaya belajar siswa.
- Metode ini sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi, hubungan interpersonal, serta kemampuan berpikir kritis.
- Keberhasilan metode pembelajaran ekspositori sangat tergantung kepada apa yang dimiliki guru, seperti persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, senmangat, antusiasme, motivasi, dan kemampuan mengelola kelas. Tanpa itu sudah dipastikan pembelajaran tidak mungkin berhasil.
- Pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang diberikan guru.mengingat gaya komunikasi metode pembelajaran ini lebih banyak terjadi satu arah (one-way communication). Sehingga kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan terbatas pula.
2.
Menurut pendapat anda pendekatan pembelajaran apakah yang
cocok diterapkan dalam perkuliahan ?
Jawab: Saat
ini kepemilikan pembelajaran bukan lagi berpusat pada dosen melainkan mahasiswa
yang mana mereka aktif mengkonstruksikan ilmu pengetahuan bersama dosennya
sebagai fasilitator, sehingga penekanan bukan lagi hanya pada teori melainkan
juga pada bagaimana suatu pekerjaan dikerjakan. Oleh karenanya, perubahan pada
kurikulum menjadi penting adanya dengan cara memberikan berbagai pengalaman
belajar kepada mahasiswa. Proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan SCL
(Student Centered Learning) menjadi salah satu pilihan dalam KBK. Soft
skills dikembangkan tidak melalui satu mata kuliah, melainkan di selipkan
di setiap mata kuliah. Apabila atribut soft skills yang akan
dikembangkan adalah komunikasi lisan, maka proses pembelajaran yang menggunakan
presentasi, diskusi, diskusi kelompok menjadi perlu dilakukan. Pada saat
menentukan metode pembelajaran, yang utama adalah menentukan kemampuan apa yang
akan diubah dari mahasiswa setelah menjalani pembelajaran tersebut baik dari
sisi hard skills maupun soft skills. Sebagai teladan, jika
mata kuliah tersebut mengharapkan peningkatan atribut soft skills komunikasi,
kerjasama kelompok, dan berfikir analitis dan kritis, maka diskusi kelompok
diikuti dengan penyajian lisan akan menjadi pilihan untuk diterapkan. Dengan
demikian pendekatan pembelajaran SCL belum tentu cocok antara satu mata kuliah
dengan mata kuliah lainnya.
3.
Jelaskan secara jelas metode
pembelajaran diantaranya Cooperative learning, Collaborative learning,
Competitive learning, Case based learning, Project based learning,dan Problem
based learning !
Jawab:
a)
Sistem pembelajaran
collaborative merupakan system pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkup
kelompok kecil. Dimana para mahasiswa saling bekerja sama untuk bertukar
pengetahuan guna mencapai tujuan pembalajaran secara umum. Didalam proses
diskusi setiap mahasiswa harus aktif, bertanggung jawab atas hasil pembelajaran
yang dicapai., saling memberi masukan, saling menerima pendapat orang lain
dengan bijak dan saling menghargai kemampuan dari mahasiswa lain nya. Proses
pembelajaran ini terjadi di lingkungan social yang memungkinkan terjadinya
komunikasi.
b)
Sistem pembelajaran
cooperative merupakan system pembelajaran yang dilaksanakan oleh sekelompok
kecil mahasiswa yang dimana mahasiswa tersebut belajar dari dan dengan
teman-temannya. Dengan system ini mahasiswa dituntut untuk aktif guna mencapai
tujuan belajar tertentu sehingga mahasiswa bertanggung jawab atas hasil
pembelajaran yang dicapai. Dalam pembelajaran ini terdapat kunci pertanyaan
yakni know ( apa yang anda ketahui tentang pokok bahasan yang sedang di
diskusikan?), want to know (apa yang ingin anda ketahui dalam diskusi itu?), learnt(
apa yang telah anda pelajari sehubungan dengan diskusi itu?)
c)
Sistem pembelajaran
competitive merupakan system pembelajaran yang memiliki maksud adanya suatu
kompetisi. Mahasiswa saling berkompetisi dengan temannya untuk mencapai hasil
terbaik. Hal ini kompetisi dapat terjadi secara individu (berkompetisi dengan
dirinya sendiri dibandingkan prestasi sebelumnya) maupun kompetisi kelompok
(membangun kerjasama kelompok untuk mencapai prestasi tinggi).
d)
Sistem pembelajaran
Project/research based merupakan system pembelajaran yang dilakukan dengan cara
melakukan penelitian-penelitian untuk dapat menyelesaikan suatu masalah serta
untuk mencapai tujuan belajar.
e)
System pembelajaran
case based merupakan system yang memiliki tujuan untuk mendekatkan jarak antara
mahasiswa dengan kehidupan yang sesungguhnya. System ini menuntut mahasiswa
bertindak sebagai subjek pembelajaran aktif.
f)
Problem based learning
(PBL) adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan
masalah dalam kehidupan nyata lalu dari masalah ini mahasiswa dirangsang untuk
mempelajari masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka
punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan
terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.
4. Apakah
tujuan utama dari pengajaran expository ?
Jawab: Tujuan utama pengajaran expository adalah “memindahkan” pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai kepada siswa. Hal yang esensial pada bahan
pengajaran harus dijelaskan kepada siswa.
5. Jelaskan
secara singkat metode pembelajaran Student Centered !
Jawab: Student Centered adalah instruksi dan
perencanaan kelas yang menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan
reflektif. Prinsip student centered mengandung implikasi penting bagi cara guru merancang dan
mengajar, karena prinsip-prinsip tersebut didasarkan pada riset tentang cara
belajar paling efektif bagi murid. Dimana dalam prinsip pembelajaran
student centered muridlah yang dituntut untuk berperan aktif dalam pembelajaran
dikelas. Guru hanya sebagai fasilitator yang bertugas mengarahkan murid,
selebihnya murid yang melakukan pembelajaran sendiri, memahami dan menemukan
pengetahuan secara mandiri.
No comments:
Post a Comment