My Real Blog, Life, Education, Story, Song, Laugh and My Real Love♡

Tuesday 29 October 2013

Makalah Pengorganisasian (Lanjutan)


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Dalam modul manajemen dijelaskan bahwa koordinasi didefinisikan sebagai proses pengintegrasian ( penyatuan ) tujuan dan kegiatan perusahaan pada satuan yang terpisah dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Koordinasi dibutuhkan sekali oleh para karyawan, sebab tanpa koordinasi setiap karyawan tidak mempunyai pegangan mana yang harus diikuti, yang akhirnya akan merugikan organisasi itu sendiri. Dan setiap kegiatan yang terkoordinir tersebut pasti memerlukan perencanaan. Perencanaan dibuat dengan mempunyai tujuan atau target yang harus dicapai apabila organisasi maupun perusahaan mencapai sasarannya.
Secara alamiah tujuan lebih khusus daripada misi, dan bahkan merupakan penjabaran misi kedalam bentuk yang lebih khusus dan konkrit untuk dapat diukur hasilnya. Kegiatan organisasi ini dilaksanakan oleh seseorang yang memiliki wewenang dan kekuasaan sehingga pengaruhnya akan berdampak besar. Namun, karena satu atau dua hal, seorang yang memiliki wewenang dapat pula mendelegasikan hal tersebut kepada orang yang dianggap mampu untuk melakukannya. 
Tatanan kewenangan tersebut biasanya digambarkan dalam sebuah struktur organisasi, yang secara umum dibagi menjadi struktur lini dan struktur staf.

1.2  Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah :
1.      Apakah Pengertian Koordinasi, pendekatan koordinasi yang efektif ?
2.      Apakah pengertian dari wewenang, kekuasaan, pengaruh ?
3.      Apakah perbedaan dari Organisasi Lini dan Staf ?
4.      Apakah definisi dari delegasi wewenang dan bagaimana pedoman pendelegasian yang efektif

1.3  Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup dari makalah ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan koordinasi, pendekatan koordinasi yang efektif, pengertian wewenang, kekusaan dan pengaruh, bentuk organisasi lini dan staf, delegasi wewenang, pedoman pendelegasian yang efektif dan penanggulangan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Koordinasi
Koordinasi (coordination) adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Koordinasi didefinisikan sebagai proses pengintegrasian ( penyatuan ) tujuan dan kegiatan perusahaan pada satuan yang terpisah dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Koordinasi dibutuhkan sekali oleh para karyawan, sebab tanpa koordinasi setiap karyawan tidak mempunyai pegangan mana yang harus diikuti, yang akhirnya akan merugikan organisasi itu sendiri.
2.1.1 Pedoman Koordinasi
a)      Koordinasi harus terpusat, sehingga ada unsur pengendalian guna menghindari tiapbagian bergerak sendiri-sendiri yang merupakan kodrat yang telah ada dalam setiapbagian, ingat bahwa organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang punyakebutuhan dan keinginan berbeda.
b)      Koordinasi harus terpadu, keterpaduan pekerjaan menunjukkan keadaan yang salingmengisi dan memberi.
c)      Koordinasi harus berkesinambungan, yaitu rangkaian kegiatan yang saling menyambung,selalu terjadi, selalu diusahakan dan selalu ditegaskan adanya keterkaitan dengankegiatan sebelumnya.
d)     Koordinasi harus menggunakan pendekatan multi instansional, dengan ujud salingmemberikan informasi yang relevan untuk menghindarkan saling tumpang tindih tugasyang satu dengan tugas yang lain.



2.1.2 Kebutuhan akan koordinasi
 Untuk melihat kemampuan seorang manajer sebagai pemimpin ( atasan ) dalam melakukan koordinasi dilihat dari besar kecilnya jumlah bawahan yang ada dalam tanggung jawabnya, yang dikenal sebagai rentang manajemen. Koodinasi dibutuhkan sekali oleh para karyawannya, sebab tanpa koordinasi setiap karyawan tidak mempunyai pegangan mana yang harus diikuti, sehingga akan merugikan organisasi itu sendiri. Dengan koordinasi diharapkan keharmonisan atau keserasian seluruh kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Sehingga tiap departemen atau perusahaan atau bagian menjadi seimbang dan selaras. Koordinasi merupakan usaha untuk menciptakan keadaan yang berupa tiga S,yaitu serasi,selaras dan seimbang. Kebutuhan koordinasi tergantung pada sifat dan kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat ketergantungan dari tiap satuan pelaksanaan. Prinsip rentang manajemen berkaitan erat dengan jumlah bawahan yang dapat dikendalikan secara efektif oleh manajer atau atasan. Antara rentang manajemen dan koordinasi saling berhubungan erat. Ada anggapan bahwa semakin besar jumlah rentangan semakin sulit untuk mengkoordinasikan kegiatan bawahan secara efektif. Terdapat 3 (tiga) macam saling ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi seperti diungkapkan oleh James D. Thompson (Handoko, 2003:196), yaitu:
1.      Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence) bila satuan-satuan organisasi tidak saling tergantung satu dengan yang lain dalam melaksanakankegiatan harian tetapi tergantung pada pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.

2.      Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependece) di mana suatu satuan organisasi harus melakukan pekerjaannya terlebih dulu sebelum satuan yang lain dapat bekerja.

3.      Saling ketergantungan timbal balik (reciprocal interdependence) merupakan hubungan member dan menerima antar satuan organisasi. Ketiga hubungan salingketergantungan ini dapat digambarkan seperti terlihat pada diagram berikut ini.

2.2 Pendekatan Koordinasi Yang Efektif
            Pengalaman yang sering terjadi pada usaha koordinasi dalam suatu organisasi adalah terjadinya perbedaan antar sudut pandang dan cara yang berbeda dalam mancapai tujuan. Perbedaan ini merupakan awal dari terjadinya pertentangan. Sebagai usaha untuk menciptakan koordinasi yang efektif dapat dilakukan usaha pendekatan dengan melihat mekanisme dari koordinasi. Stoner dalam bukunya, "Management " hal. 246 - 247 mangemukakan paling tidak terdapat empat pendekatan yang dapat dilakukan oleh manajer untuk mencapai koordinasi yang efektif, yaitu Hierarki manajerial, komunikasi antarbagian (interdepartemental communicalion ) dan hubungan antar individu ( Liaison individuals ).
1.      Hirarki Manejerial (Managerial Hierarchy)
Cara lama yang sering dilakukan untuk menghentikan konflik adalah dengan menggunakan rantai komando dalam organisasi (organization’s chain of comman ) apabila beberapa orang pekerja mempunyai hubungan pekerjaan yang tidak sependapat ( Disagreement ) mereka menghubungi pimpinannya ( manajer) untuk mengetahui keputusan tentang kebijakan perusahaan.

2.      Komunikasi Antar Bagian (Interdepartemental Communication)
Komunikasi antara para manajer terhadap bagian – bagian yang berbeda  (Lateral) adalah merupakan bentuk integrasi dalam kehidupan suatu organisasi.  Apabila terjadi komunikasi yang efektif dari para manajer secara horizontal (dalam level yang sama) hal tersebut merupakan sumbangan utama untuk menciptakan bentuk koordinasi yang efektif. Komunikasi ini biasanya menyangkut hal yang berada diluar formulasi kebijaksanaan (lebih bersifat informal). Misalnya manajer bagian penjualan dapat mengkoordinasikan tujuan bagian penjulan dengan departertemen produksi.

3.      Kepanitiaan ( committee )
 Koordinasi antar bagian dapat dijadikan sebagai landasan dasar dangan membuat bentuk secara formal misalnya dengan mengadakan pertemuan berkala ( operational meeting ) yang murupakan kepanitiaan ( committee ) dari “panitia opcrasi”. Misalnya suatu point kendala koordinasi dicatat kemudian diinformasikan kembali oleh bagian yang bersangkutan pada meeting berikutnya baik penyebab maupun tindak lanjut penyelesaiannya.
 Bentuk komite ini terdapat dari :
1)      General Menagement Committee
Yaitu komite yung beranggotakan senior manajer, seringkali para manajer ini mempunyai sisi pandang yang berbeda tentang keputusan yang sama. Tugas dari komite ini adalah penetapan tujuan perusahaan dihubungkan dengan berbagai tujuan organisasi secara keseluruhan dan pola pengawasan operasi dari kegiatan bagian yang beraneka ragam.

2)       Komite yang berhubungan dengan spesial area (Committee daeling with special area)
Komite ini menggambarkan mekanisme pekerjaan yang berada pada lower – level executives ( pelaksana tingkat bawah ) dengan ide – ide mereka yang akan dibawa ke tingkat operasional meetingmanajemen yang lebih tinggi, termasuk ke manajemen puncak.

3)       Penghubung individual (Laison Individual)
Tugas utama dari Laison ini adalah membantu para manajer untuk maningkatkan koordinasi secara lebih efektif. Mereka menyediakan alat komunikasi antara bagian ( departemen ) dan menjelaskan aturan yang spesifik dan berperan pada setiap pertemuan (meeting ) operasi perusahaan. Laison ini biasanya terdiri dari manajer produksi, koordinator pelanggan ( costomers coordinator ) yaitu merupakan wakil perusahaan dalam pelayanan pelanggan, serta para manajer proyek.

2.3 Pengertian Wewenang, Kekuasaan, Pengaruh
A.  Pengertian Wewenang
Wewenang (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu. Penggunaan wewenang secara bijaksana merupakan faktor kritis bagi efektevitas organisasi. Peranan pokok wewenang dalam fungsi pengorganisasian, wewenang dan kekuasaan sebagai metoda formal, dimana manajer menggunakannya untuk mencapai tujuan individu maupun organisasi. Wewenang formal tersebut harus di dukung juga dengan dasar-dasar kekuasaan dan pengaruh informal. Manajer perlu menggunakan lebih dari wewenang resminya untuk mendapatkan kerjasama dengan bawahan mereka, selain juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan mereka.
            Dua pandangan yang saling berlawanan tentang sumber wewenang, yaitu:
1.Teori formal (pandangan klasik)
Wewenang merupakan anugrah, ada karena seseorang diberi atau dilimpahi hal tersebut. Beranggapan bahwa wewenang berasal dari tingkat masyarakat yang tinggi. Jadi pandangan ini menelusuri sumber tertinggi dari wewenang ke atas sampai sumber terakhir, dimana untuk organisasi perusahaan adalah pemilik atau pemegang saham.
2. Teori penerimaan (acceptance theory of authority)
Wewenang timbul hanya jika dapat diterima oleh kelompok atau individu kepada siapa wewenang tersebut dijalankan. Pandangan ini menyatakan kunci dasar wewenang oleh yang dipengaruhi (influencee) bukan yang mempengaruhi (influencer). Jadi, wewenang tergantung pada penerima (receiver), yang memutuskan untuk menerima atau menolak.
B. Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai sesuatu dengan cara yang diinginkan. Studi tentang kekuasaan dan dampaknya merupakan hal yang penting dalam manajemen. Karena kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, maka mungkin sekali setiap interaksi dan hubungan sosial dalam suatu organisasi melibatkan penggunaan kekuasaan. Cara pengendalian unit organisasi dan individu di dalamnya berkaitan dengan penggunaan kekuasaan. Kekuasaan manager yang menginginkan peningkatan jumlah penjualan adalah kemampuan untuk meningkatkan penjualan itu. Kekuasaan melibatkan hubungan antara dua orang atau lebih. Dikatakan A mempunyai kekuasaan atas B, jika A dapat menyebabkan B melakukan sesuatu di mana B tidak ada pilihan kecuali melakukannya. Kekuasaan selalu melibatkan interaksi sosial antar beberapa pihak, lebih dari satu pihak. Dengan demikian seorang individu atau kelompok yang terisolasi tidak dapat memiliki kekuasaan karena kekuasaan harus dilaksanakan atau mempunyai potensi untuk dilaksanakan oleh orang lain atau kelompok lain.
Kekuasaan amat erat hubungannya dengan wewenang. Tetapi kedua konsep ini harus dibedakan. Kekuasaan melibatkan kekuatan dan paksaan, wewenang merupakan bagian dari kekuasaan yang cakupannya lebih sempit. Wewenang tidak menimbulkan implikasi kekuatan. Wewenang adalah kekuasaan formal yang dimiliki oleh seseorang karena posisi yang dipegang dalam organisasi. Jadi seorang bawahan harus mematuhi perintah manajernya karena posisi manajer tersebut telah memberikan wewenang untuk memerintah secara sah.
Sebuah kekuasaan sangat berhubungan erat dengan pengaruh. Bahkan tidak sedikit dari kita yang menganggap bahwa antara kekuasaan dan pengaruh adalah sama. Sampai akhirnya beberapa ahli menguraikan keduanya berdasarkan pendapat apakah kekuasaan dan pengaruh merupakan dua konsep yang berbeda atau salah satu diantaranya merupakan konsep pokok dan yang lainnya merupakan bentuk khususnya.
     Menurut jenisnya kekuasaan dibagi menjadi dua yaitu :
a. Kekuasaan posisi (position power) yang didapat dari wewenang formal, besarnya ini tergantung pada besarnya pendelegasian orang yang menduduki posisi tersebut.
b. Kekuasaan pribadi (personal power) berasal dari para pengikut dan didasarkan pada seberapa besar para pengikut mengagumi, respek dan merasa terikat pada pimpinan.
       Menurut sumbernya wewenang dibagi menjadi :
1.      Kekuasaan balas jasa (reward power) berupa uang, suaka, perkembangan karier dan sebagainya yang diberikan untuk melaksanakan perintah atau persyaratan lainnya.
2.   Kekuasaan paksaan (Coercive power) berasal dari apa yang dirasakan oleh seseorang bahwa hukuman (dipecat, ditegur, dan sebagainya) akan diterima bila tidak melakukan perintah,
3.   Kekuasaan sah (legitimate power) Berkembang dari nilai-nilai intern karena seseorang tersebut telah diangkat sebagai pemimpinnya.
4.   Kekuasaan pengendalian informasi (control of information power) berasal dari pengetahuan yang tidak dipercaya orang lain, ini dilakukan dengan pemberian atau penahanan informasi yang dibutuhkan.
5.   Kekuasaan panutan (referent power) didasarkan atas identifikasi orang dengan pimpinan dan menjadikannya sebagai panutan.
6.   Kekuasaan ahli (expert power) yaitu keahlian atau ilmu pengetahuan seseorang dalam bidangnya.
            Tanggung jawab dan akuntabilitas tanggung jawab ( responsibility yaitu kewajiban untuk melakukan sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima wewenang dari atasannya. Akuntability yaitu permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya. Yang penting untuk diperhatikan bahwa wewenang yang diberikan harus sama dengan besarnya tanggung jawab yang akan diberikan dan diberikan kebebasan dalam menentukan keputusan-keputusan yang akan diambil.
C. Pengertian Pengaruh
            Pengaruh (influence) yaitu transaksi dimana seseorang dibujuk oleh orang lain untuk melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan harapan orang yang mempengaruhi. Pengaruh dapat timbul karena status jabatan, kekuasaan dan menghukum, pemilikan informasi lengkap juga penguasaan saluran komunikasi yang lebih baik.
Adapun pengertian pengaruh menurut para ahli adalahsebagai berikut:
                                            i.            Wiryanto
Pengaruh merupakan tokoh formal mauoun informal di dalam masyarakat, mempunyai ciri lebih kosmopolitan, inovatif, kompeten, dan aksesibel dibanding pihak yang dipengaruhi
                                          ii.            M. Suyanto (Amikom Yogyakarta)
Pengaruh merupakan nilai kualitas suatu iklan melalui media tertentu

                                        iii.             Uwe Becker
Pengaruh adalah kemampuan yang terus berkembang yang berbeda dengan kekuasaan tidak begitu terkait dengan usaha memperjuangkan dan memaksakan kepentingan.
                                        iv.             Norman Barry
Pengaruh adalah suatu tipe kekuasaan yang jika seorang yang dipengaruhi agar bertindak dengan cara tertentu, dapat dikatakan terdorong untuk bertindak demikian, sekalipun ancaman sanksi yang terbuka tidak merupakan motivasi yang mendorongnya.
                                          v.            Robert Dahl
A mempunyai pengaruh atas B sejauh ia dapat menyebabkan B untuk berbuat sesuatu yang sebenarnya tidak akan B lakukan.
                                        vi.            Sosiologi Pedesaan
Pengaruh merupakan kekuasaan yang mengakibatkan perubahan perilaku orang lain atau kelompok lain
                                      vii.            Bertram Johannes Otto Schrieke
Pengaruh merupakan bentuk dari kekuasaan yang tidak dapat diukur kepastiannya
                                    viii.             Albert R. Roberts & Gilbert
Pengaruh adalah wajah kekuasaan yang diperoleh oleh orang ketika mereka tidak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan
                                        ix.            Jon Miller
Pengaruh merupakan komoditi berharga dalam dunia politik Indonesia



2.4 Bentuk Organisasi Lini dan Staf
  1. Struktur Organisasi Lini
Struktur organisasi lini adalah bentuk yang paling sederhana dan paling tua dalam organisasi. Struktur ini menggambarkan tekanan bahwa wewenang organisasi dipegang langsung oleh manajemen puncak atau manajer atas yang di terapkan pada karyawannya untuk mencapai keberhasilan. Namun demikian manajer-manajer departemen masih diberi kesempatan untuk membuat pengambilan keputusan bagi departemennya, tetapi tetap dalam komando manajen puncak.
Organisasi lini didasarkan atas dasar wewenang langsung. Masing-masing manajer bertanggung jawab untuk mangumpulkan dan memproses informasi yang akan dikeluarkan departemennya bersama-sama dengan asisten manajer dan bawahan lainnya. Struktur organisasi lini lebih tepat diterapkan pada organisasi berskala kecil dengan lingkup dan volume kerja yang terbatas.
Dalam jenis organisasi ini, pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang tegas antara pimpinan dan pelaksanaan. Peran pimpinan dalam hal ini sangat dominan dimana semua kekuasaan di tangan pimpinan. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan kegiatan yang utama adalah wewenang dan perintah.
Memang bentuk organisasi semacam ini, khususnya didalam institusi-institusi yang kecil sangat efektif karena keputusan-keputusan cepat diambil dan pelaksanaan keputusan juga cepat. Kelemahannya jenis organisasi semacam ini kurang manusiawi, lebih-lebih para pelaksana tugas bawahan hanya dipandang sebagai robot yang senantiasa siap melaksanakan perintah.
            Lini mempunyai fungsi untuk bertanggung jawab langsung atas tercapainya tujuan-tujuan perusahaan.Staf adalah individu atau kelompok (terdiri para ahli) dalam struktur organisasi yang fungsi utamanya memberikan saran dan pelayanan kepada fungsi lini.
  1. Struktur Organisasi Staf
Dalam organisasi ini, tidak begitu tegas garis pemisah antara pimpinan dan staf pelaksana. Peran staf bukan sekedar pelaksana perintah pimpinan namun staf berperan sebagai pembantu pimpinan. Bentuk organisasi semacam ini muncul karena makin kompleksnya masalah-masalah organisasi sehingga pimpinan sudah tidak dapat lagi menyelesaikan semuanya dan memerlukan bantuan orang lain (biasanya para ahli) yang dapat memberikan masukan pemikiran-pemikiran terhadap masalah-masalah yang dihadapi.
Meskipun organisasi ini lebih baik dari yang pertama karena keputusan-keputusan dapat lebih baik namun kadang-kadang keputusan-keputusan tersebut akan memakan waktu yang lama karena melalui perdebatan-perdebatan yang kadang-kadang melelahkan.
  1. Organisasi Lini dan Staf
Organisasi ini merupakan gabungan kedua jenis organisasi yang terdahulu disebutkan (line dan staf). Dalam organisasi ini staf bukan sekedar pelaksana tugas tetapi juga diberikan wewenang untuk memberikan masukan demi tercapainya tujuan secara baik. Demikian juga pimpinan tidak sekedar memberikan perintah atau nasehat tetapi juga bertanggung jawab atas perintah atau nasehat tersebut.
Keuntungan organisasi ini antara lain ialah keputusan yang diambil oleh pimpinan lebih baik karena telah dipikirkan oleh sejumlah orang dan tanggung jawab pimpinan berkurang karena mendapat dukungan dan bantuan dari staf.
Contoh sederhananya lihat bagan organisasi lini dan staf dibawah ini.
Dalam kehidupan sehari-hari apabila unit kerja (departemen, perusahaan dan sebagainya) akan melaksanakan suatu rencana tidak selalu langsung diikuti oleh penyusunan organisasi baru. Struktur organisasi itu biasanya sudah ada terlebih dahulu dan ini relatif cenderung permanen, lebih-lebih struktur organisasi departemen.
Disamping itu unit-unit kerja tersebut dijabarkan kedalam unit-unit yang lebih kecil dan masing-masing unit-unit kerja yang lebih kecil ini mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda-beda (dirjen, direktorat, bidang, seksi, devisi, dan sebagainya). Masing-masing unit kerja tersebut sudah barang tentu akan menyusun perencanaan dan kegiatan-kegiatan. Untuk pelaksanaan rencana rutin cukup oleh staf yang ada sehingga tidak perlu menyusun organisasi baru. Apabila rencana atau kegiatan tersebut tidak dapat ditangani oleh struktur organisasi yang telah ada biasanya dibentuk, misalnya panitia tim kerja (kelompok kerja), komisi dan sebagainya.
Pada organisasi lini dan staff, manajer dalam membuat keputusan dibantu oleh departemen personalia, departemen hukum dan departemen penelitian beserta staffnya. Adanya garis koordinasi antara president atau manajer puncak dengan departemen personalia, hukum dan penelitian menunjukkan bahwa staff ketiga departemen tersebut diberi wewenang untuk memberi laporan segala sesuatu tentang organisasi perusahaan kepada manajer puncak.
          Pada struktur organisasi lini dan staff terdapat  tipe wewenang, yaitu :
a)      Manajer lini mempunyai wewenang lini.
 Manajer lini mempunyai wewenang langsung atas operasional departemen yang di bawahnya. Mereka mempunyai wewenang untuk membuat keputusan dan untuk mendorong tindakan.
b)      Staff manajer memiliki wewenang staff.
Mereka dimaksudkan membantu manajer. Mereka tidak mempunyai wewenang untuk memberikan perintah atau usaha agar manajer membuat keputusan sesuai dengan keinginannya yang pasif pada manajer.  Semua staff manajer diberi wewenang fungsional. Mereka mempunyai wewenang untuk membuat keputusan dalam menjalankan aktivitas khusus dengan personel-personel dari departemen lainnya. Setelah perencanaan telah dilakukan atau telah selesai (menjadi rencana) maka selanjutnya harus dilakukan pengorganisasian. Yang dimaksud pengorganisasian adalah mengatur personel atau staf yang ada didalam institusi tersebut agar semua kegiatan yang telah ditetapkan dalam rencana tersebut dapat berjalan dengan baik, yang akhirnya semua tujuan dapat dicapai. Dengan kata lain pengorganisasian adalah pengkoordisasian kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan suatu institusi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengorganisasian mencakup beberapa unsur pokok, antara lain :
1. Hal yang diorganisasikan ada 2 macam, yakni :
    a. Pengorganisasian kegiatan ialah pengaturan berbagai kegiatan yang ada didalam rencana sehingga membentuk satu kesatuan yang terpadu untuk mencapai tujuan.
    b. Pengorganisasian tenaga pelaksana ialah mencakup pengaturan hak dan wewenang setiap tenaga pelaksana sehingga setiap kegiatan mempunyai penanggung jawabnya.
2. Proses pengorganisasian ialah langkah-langkah yang harus dilakukan sedemikian rupa sehingga semua kegiatan dan tenaga pelaksana dapat berjalan
    sebaik-baiknya.
3. Hasil pengorganisasian ialah terbentuknya wadah atau sering disebut struktur organisasi yang merupakan perpaduan antara kegiatan dan tenaga pelaksana.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian ialah suatu proses yang menghasilkan organisasi (struktur organisasi). Struktur organisasi ialah visualisasi kegiatan dan pelaksana kegiatan (personel) didalam suatu institusi.

2.5 Delegasi Wewenang, Pedoman Pendelegasian Yang Efektif
            Delegasi adalah tindakan memberikan wewenang dan tanggung jawab formal untuk menyelesaikan aktivitas spesifik kepada bawahan.

Definisi Delegasi menurut para ahli :
A.     Menurut Ralph C. Davis :
Pendelegasian wewenang hanyalah tahapan dari suatu proses ketika penyerahan wewenang berfungsi melepaskan kedudukan dengan melaksanakan pertanggung jawaban.
B.    Menurut Louis A. Allen
Pendelegasian adalah proses yang diikuti oleh seorang manajer dalam pembagian kerja yang ditimpakan padanya, sehingga ia dapat memperoleh orang-orang lain untuk membantu pekerjaan yang tidak dapat ia kerjakan. 
Sedangkan delegasi wewenang adalah proses di mana para manajer mengalokasikan wewenang ke bawah kepada orang-orang yang melapor kepadanya.

            Hal yang perlu diperintahkan dalam mendelegasikan suatu kegiatan kepada orang yang ditunjuk yaitu:
1. Menetapkan dan memberikan tujuan serta kegiatan yang akan dilakukan
2. Melimpahkan sebagian wewenangnya kepada orang yang di tunjuk
3. Orang yang ditunjuk mempunyai kewajiban dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan agar tercapainya tujuan.
4. Menerima hasil pertanggung jawaban bawahan atas kegiatan yang dilimpahkan.
Aalasan-alasan pendelegasian
            Alasan perlunya pendelegasian, yaitu:
1.Memungkinkan manajer dapat mencapai lebih dan bila mereka menangani setiap tugas sendiri
2.Agar organisasi dapat berfungsi lebih efisien
3.Manajer dapat memusatkan tenaganya pada tugas-tugas prioritas yang lebih penting
4.Bawahan dapat tumbuh, berkembang dan alat untuk belajar dari kesalahan
            Delegasi  dibutuhkan karena manajer mungkin hanya menguasai  “the big picture”, tidak cukup mengerti secara terperinci dan tidak selalu mempunyai semua pengetahuan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan. Sehingga untuk mengefisienkan penggunaan sumber daya, pelaksanaan tugas tertentu didelegasikan kepada tingkatan organisasi yang serendah mungkin di mana terdapat cukup kemampuan dan informasi untuk menyelesaikannya.

Pedoman Klasik untuk Delegasi Efektif
            Prinsip-prinsip klasik yang dapat dijadikan dasar untuk delegasi yang efektif adalah:
  1. Prinsip Skalar.
 Menyatakan harus ada garis otoritas yang jelas yang menghubungkan tingkat paling tinggi dengan tingkat paling bawah. Garis otoritas yang jelas ini memudahkan anggota organisasi untuk megetahui:
a)            kepada siapa dia dapat mendelegasikanb.siapa yang dapat melimpahkan wewenang kepadanya,
b)            kepada siapa dia bertanggungjawab,
c)            Dalam proses penyusunan garis otoritas diperlukan kelengkapan pendelegasian wewenang, yaitu semua tugas yang diperlukan dibagi habis. Hal ini digunakan untuk menghindari:
a.  gaps, yaitu tugas-tugas yang tidak ada penangung jawabnya,
b. overlaps, yaitu tanggung jawab untuk satu tugas yang sama diberikan kepada lebih dari satu orang,
c.splits, yaitu tanggung jawab atas tugas yang sama diberikan kepada lebih dari satu-satuan organisasi
2. Prinsip kesatuan perintah (unity of command).
Menyatakan setiap orang dalam organisasi harus melapor pada satu atasan. Melapor pada lebih dari satu orang akan menyulitkan seseorang untuk mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan perintah siapa yang harus diikuti. Bertanggung jawab kepada lebih dari satu atasan juga akan membuat bawahan dapat menghindari tanggungjawab atas pelaksanaan tugas yang jelek dengan alasan banyaknya tugas dari atasan lain.
3.  Tanggungjawab, wewenang dan akuntabilitas. Prinsip-prinsip ini menyatakan bahwa:
a.       Dapat menggunakan sumber dayanya secara efisien
b.      Masing-masing orang dalam organisasi dapat melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya secara efektif
c.       Akuntanbilitas penerimaan tanggungjawab dan wewenang



Ciri – ciri Manajer Gagal mendelegasikan:
a.       Perasaan tidak aman. Manajer enggan mengambil resiko untuk melimpahkan tugas atau mungkin takut kehilangan kekuasaan bila bawahannya terlalu baik melaksanakan tugas.
b.      Ketidakmampuan manajer. Sebagian manajer bisa sangat tak teratur dalam membuat perencanaan ke depan.
c.       Ketidakpercayaan kepada bawahan
d.      Manajer merasa bahwa bawahan lebih senang tidak mempunyai hak pembuatan keputusan yang luas
Penyebab keengganan untuk menerima pendelegasian wewenang adalah:
a.       Perasaan tidak aman bagi bawahan untuk menghindari tanggungjawab dan resiko.
b.      Bawahan takut dikritik atau dihukum karena membuat kesalahan.
c.       Bawahan tidak mendapat cukup rangsangan untuk beban tanggungjawab tambahan.
d.      Bawahan kurang peracaya diri dan merasa tertekan bila dilimpahi wewenang pembuatan keputusan yang lebih besar.
            Syarat untuk delegasi yang efektif adalah:
a.    Kesediaan manajer untuk memberi kebebasan kepada bawahan dalam melaksanakan tugas yang dilimpahkan.
b.    Komunikasi yang baik antara manajer dan bawahan.c.meningkatkan kompleksitas tugas yang dilimpahkan dan derajat pelimpahan dalam suatu jangka waktu tertentu.Bila tidak ada kemajuan di dalam suatu jangka waktu yang direncanakan, maka beberapa hambatan dalam hubungan antara atasan dengan bawahan mungkin sudah bisa ditemukan (misalnya latihan yang tidak cukup, tidak adanya kepercayaan satu sama lain, komunikasi yang buruk).

2.6 Penanggulangan Hambatan – Hambatan Delegasi
            Agar proses pendelegasian berjalan dengan efektif diperlukan berbagai cara untuk mengatasi hambatan – hambatan tersebut diatas. Persyaratan utama untuk pendelegasi efektif adalah kesediaan manajemen untuk memberikan kepada bawahan kebebasan yang sesungguhnya untuk melaksanakan tugas yang dilimpahkan kepadanya. Pengembangan komunikasi antara manajer dan bawahan akan meningkatkan saling pengertian dan membuat delegasi yang efektif.
              
         Louis Allen mengemukakan teknik untuk membantu manajer melakukan delegasi dengan efektif:
  1. Tetapkan tujuan;
  2. Tegaskan tanggung jawab dan wewenang;
  3. Berikan motivasi kepada bawahan;
  4. Meminta penyelesaian kerja;
  5. Berikan latihan;
  6. Adakan wawasan yang memadai


BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan
Koordinasi (coordination) adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien. Untuk mencapai efisiensi tersebut, perlu dipatuhi beberapa pedoman koordinasi yang efektif. Pada dasarnya, koordinasi dilakukan berdasarkan beberapa ketergantungan kebutuhan.
Koordinasi dalam sebuah organisasi memiliki keterkaitan dengan wewenang dan pengaruh. Wewenang dapat didefinisikan sebagai hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan tertentu.

3.2  Saran
Saran kami sebagai penulis adalah hendaknya dalam sebuah manajemen setiap pelakunya harus menyelesaikan tugasnya dengan baik, dengan manajemen yang baik, pasti sgala aktivitas yang berpengaruh terhdapa manajemen itu, akan berjalan dengan baik pula.
Bagi pembaca, ilmu tentang manajemen itu sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kegiatan instansi mana pun, hendaknya pembaca slalu menambah ilmu mengenai manajemen.




Daftar Pustaka


Dr. T. Handoko,Hani,Manajemen.Edisi kedua .yogyakarta.BPFE.1989
Nanang, Fattah, Landasan pendidikan Bandung. Rosdakarya.2006

No comments:

Post a Comment