My Real Blog, Life, Education, Story, Song, Laugh and My Real Love♡

Tuesday 29 October 2013

Artikel Sejarah Kapitan Pattimura



Biografi Pattimura


Kapitan Pattimura (lahir di Negeri Haria, Porto, Pulau Saparua, Maluku, 8 Juni 1783 – meninggal di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817 pada umur 34 tahun), atau dikenal dengan nama Thomas Matulessy atau Thomas Matulessia, adalah Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putra Frans Matulessia dengan Fransina Silahoi. Sebelum melakukan perlawanan terhadap VOC ia pernah berkarir dalam militer sebagai mantan sersan Militer Inggris. Kata "Maluku" berasal dari bahasa Arab Al Mulk atau Al Malik yang berarti Tanah Raja-Raja.
Pada tahun 1816 pihak Inggris menyerahkan kekuasaannya kepada pihak Belanda dan kemudian Belanda meneterapkan kebijakan politik monopoli, pajak atas tanah (landrente), pemindahan penduduk serta pelayaran Hongi (Hongi Tochten), serta mengabaikan Traktat London I antara lain dalam pasal 11 memuat ketentuan bahwa Residen Inggris di Ambon harus merundingkan dahulu pemindahan koprs Ambon dengan Gubenur dan dalam perjanjian tersebut juga dicantumkan dengan jelas bahwa jika pemerintahan Inggris berakhir di Maluku maka para serdadu-serdadu Ambon harus dibebaskan dalam artian berhak untuk memilih untuk memasuki dinas militer pemerintah baru atau keluar dari dinas militer, akan tetapi dalam pratiknya pemindahn dinas militer ini dipaksakan.
 Kedatangan kembali kolonial Belanda pada tahun 1817 mendapat tantangan keras dari rakyat. Hal ini disebabkan karena kondisi politik, ekonomi, dan hubungan kemasyarakatan yang buruk selama dua abad. Rakyat Maluku akhirnya bangkit mengangkat senjata di bawah pimpinan Thomas Matulessy yang diberi gelar Kapitan Pattimura  Maka pada waktu pecah perang melawan penjajah Belanda tahun 1817, Raja-raja Patih, Para Kapitan, Tua-tua Adat dan rakyat mengangkatnya sebagai pemimpin dan panglima perang karena berpengalaman dan memiliki sifat-sfat kesatria (kabaressi).
Sebagai panglima perang, Thomas Matulessy mengatur strategi perang bersama pembantunya. Sebagai pemimpin dia berhasil mengkoordinir Raja-raja Patih dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, memimpin rakyat, mengatur pendidikan, menyediakan pangan dan membangun benteng-benteng pertahanan. Kewibawaannya dalam kepemimpinan diakui luas oleh para Raja Patih maupun rakyat biasa. Dalam perjuangan menentang Belanda ia juga menggalang persatuan dengan kerajaan Ternate dan Tidore, raja-raja di Bali, Sulawesi dan Jawa. Perang Pattimura yang berskala nasional itu dihadapi Belanda dengan kekuatan militer yang besar dan kuat dengan mengirimkan sendiri Laksamana Buykes, salah seorang Komisaris Jenderal untuk menghadapi Patimura.
Pertempuran-pertempuran yang hebat melawan angkatan perang Belanda di darat dan di laut dikoordinir Thomas Matulessy Kapitan Pattimura yang dibantu oleh para penglimanya antara Ulupaha lain Melchior Kesaulya, Anthoni Rebhok, Philip Latumahina dan. Pertempuran yang menghancurkan pasukan Belanda tercatat seperti perebutan benteng Belanda Duurstede, pertempuran di pantai Waisisil dan jasirah Hatawano, Ouw- Ullath, Jasirah Hitu di Pulau Ambon dan Seram Selatan. Perang Pattimura hanya dapat dihentikan dengan politik adu domba, tipu muslihat dan bumi hangus oleh Belanda. Semua tentara Belanda yang ada dalam benteng itu termasuk Residen Van den Berg, tewas. Pasukan Belanda yang dikirimkan untuk merebut kembali benteng tersebut, dihancurkan oleh pasukan Pattimura.
Akhirnya, Belanda mengirimkan pasukan yang lebih besar dengan persenjataan yang lebih lengkap. Benteng Duurstede berhasil direbut Belanda kembali, setelah tiga bulan lamanya dikuasai penduduk Saparua. Sesudah itu, Belanda melancarkan operasi besar-besaran untuk memadamkan perlawanan.

Karena kekuatan yang tidak seimbang lama-kelamaan perlawanan menjadi berkurang. Kapitan Pattimura tertangkap sewaktu berada di sebuah rumah di Siri Sori. Dengan beberapa orang temannya, ia dibawa ke Ambon. Belanda membujuknya untuk bekerja sama, tetapi bujukan  itu ditolak.

Pengadilan kolonial Belanda menjatuhkan hukuman gantung kepada Patimura. Sehari sebelum hukuman itu dijalankan, Belanda masih membujuk, tetapi ia tetap menolak. Pada hari Selasa tanggal 16 Desember 1817, hukuman gantung dilaksanakan di depan benteng Victoria di Ambon.
Para tokoh pejuang akhirnya dapat ditangkap dan mengakhiri pengabdiannya di tiang gantungan pada tanggal 16 Desember 1817 di kota Ambon. Kapitan Pattimura gugur, dari perjuangannya dia meninggalkan pesan tersirat kepada pewaris bangsa ini agar sekali-kali jangan pernah menjual kehormatan diri, keluarga, terutama bangsa dan negara ini. Untuk jasa dan pengorbanannya itu, Thomas Matulessy dikukuhkan sebagai “PAHLAWAN PERJUANGAN KEMERDEKAAN” oleh pemerintah Republik Indonesia Pahlawan Nasional Indonesia.

Siapa Thomas matulesi dan Pattimura

Pattimura itu sebenarnya nama marga di dessa Latu dan Hualoy Seram Barat Maluku Tengah. Pattimura artinya Raja yang merendahkan diri. Di dessa Haria pulau saparua (Mal-Teng) tempat lahir Thomas Matulessy tidak ada marga Pattimura.
Kapitan pattimura yang asli ialah Achmad Lussy atau Mat Lussy. Menurut sejarah dari Bpk m.Sapija dan orang Belanda dia itu Thomas Matulessy. Waktu perang Pattimura ada yang nama Thomas ialah Thomas Hehanusa bekas serdadu Ingris pda waktu itu.Dia asal dari dessa Titawaai pulau Nusalaut.Turunannya sampai saat ini ada di dessa Hualoy. Thomas Hehanusa seorang Christen pada waktu itu masuk Islam dan di ganti nama Sinene Hehanusa atau kapitan Latuleanusa.
Kapitan Pattimura atau Mat Lussy berperang sesama anak perempuannya bernama Buga Sina bukan Matha Christina Tiahahu. Thomas Hehanusa,kapitan Latutubaka serta Bunga Sina di bawa dengan kapal perang Belanda Evertsen dan di buang di laut Banda. Waktu Pattimura alias Mat Lussy di tangkap Belanda oleh penghianat bpk Raja seorang Christen dari dessa Booi pulau Saparua. Mat lussy berkata kepada anaknya Bunga Sina dalam bahasa tanah” SINA SINA UMATHATIAHAHEM”,yang maksudnya Sina Sina anakku kau akan mati untuk selama lamanya.
Mungkin orang Belanda dengar perketaan ini SINA menjadi Christina UMATHA jadi Martha dan TIAHAHEM jadi Tiahahu. Menurut sejarah Belanda yang terkenal pda waktu perang Pattimura yaitu Thomas Matulesia dan kapitan Anthony Reebok,sedankan pda saat itu ada banyak kapitan kapitan yang turut dalam pertempuran benteng Duurstde di Haria Saparua.

Pattimura Bukan Kristiani, Melainkan Muslim yang Taat

Ambon (Voa-Islam)- Menurut sejarawan Muslim Ahmad Mansur Suryanegara, Pattimura adalah seorang Muslim yang taat. Selain keturunan bangsawan, ia juga seorang ulama. Data sejarah menyebutkan bahwa pada masa itu semua pemimpin perang di kawasan Maluku adalah bangsawan atau ulama, atau keduanya.
Seperti diketahui, selama ini, dalam buku-buku sejarah, Kapitan Pattimura selalu disebut sebagai seorang Kristen. Inilah salah satu contoh deislamisasi dan penghianatan kaum minoritas atas sejarah pejuang Muslim di Maluku dan Indonesia pada umumnya.
Ahmad Lussy atau dalam bahasa Maluku disebut Mat Lussy, lahir di Hualoy, Seram Selatan (bukan Sapura seperti yang dikenal dalam sejarah versi pemerintah). Dia adalah bangsawan dari kerajaan Islam Sahulau, yang saat itu diperintah Sultan Abdurrahman. Raja ini dikenal pula dengan sebutan Sultan Kasimillah (Kazim Allah/Asisten Allah). Dalam bahasa Maluku disebut Kasimiliali.
Mansyur Suryanegara berpendapat, bahwa Pattimura itu marga yang masih ada sampai sekarang. Dan semua orang yang bermarga Pattimura sekarang ini beragama Islam. Orang-orang tersebut mengaku ikut agama nenek moyang mereka yaitu Pattimura.
Masih menurut Mansyur, mayoritas kerajaan-kerajaan di Maluku adalah kerajaan Islam. Di antaranya adalah kerajaan Ambon, Herat, dan Jailolo. Begitu banyaknya kerajaan sehingga orang Arab menyebut kawasan ini dengan Jaziratul Muluk (Negeri Raja-raja). Sebutan ini kelak dikenal dengan nama Maluku.
Mansyur pun tidak sependapat dengan Maluku dan Ambon yang sampai kini diidentikkan dengan Kristen. Penulis buku “Menemukan Sejarah” (yang menjadi best seller) ini mengatakan, “Kalau dibilang Ambon itu lebih banyak Kristen, lihat saja dari udara (dari pesawat), banyak masjid atau banyak gereja. Kenyataannya, lebih banyak menara masjid daripada gereja.”
Buku biografi Pattimura versi pemerintah yang pertama kali terbit, M Sapija menulis, “Bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina (Seram). Ayah beliau yang bernama Antoni Mattulessy adalah anak dari Kasimiliali Pattimura Mattulessy. Yang terakhir ini adalah putra raja Sahulau. Sahulau bukan nama orang tetapi nama sebuah negeri yang terletak dalam sebuah teluk di Seram Selatan”.
Jadi asal nama Thomas Mattulessy dalam buku sejarah nasional adalah karangan dari Sapija. Sebenarnya Mattulessy bukanlah marga melainkan nama, yaitu Ahmad Lussy (Mat Lussy). Dan nama Thomas Mattulessy sebenarnya tidak pernah ada di dalam sejarah perjuangan rakyat Maluku (yang ada adalah Mat Lussy).

Perjuangan Pattimura
Pattimura bangkit memimpin rakyat Maluku menghadapi ambisi penjajah yang membawa misi Gold (emas/kekayaan), Gospel (penyebaran Injil), and Glory (kebanggaan). Perlawanan rakyat Maluku dilakukan karena kekhawatiran dan kecemasan rakyat akan timbulnya kembali kekejaman pemerintah Belanda seperti yang dilakukan masa pemerintahan VOC. Selain itu, Belanda menjalankan praktik-praktik monopoli perdagangan dan pelayaran Hongi, yang membabat pertanian hasil bumi yang tidak mau menjual kepada Belanda. Alasan lainnya, rakyat dibebani berbagai kewajiban berat, seperti kewajiban kerja, penyerahan ikan asin, dendeng, dan kopi. 
Akibat penderitaan itu maka rakyat Maluku bangkit mengangkat senjata. Pada tahun 1817, perlawanan itu dikomandani oleh Kapitan Ahmad Lussy. Rakyat berhasil merebut Benteng Duurstede di Saparua. Bahkan residennya yang bernama Van den Bergh terbunuh. Perlawanan meluas ke Ambon, Seram, dan tempat-tempat lainnya.
Berulangkali Belanda mengerahkan pasukan untuk menumpas perlawanan rakyat Maluku, tetapi berulangkali pula Belanda mendapat pukulan berat. Karena itu Belanda meminta bantuan dari pasukan yang ada di Jakarta. Keadaan jadi berbalik, Belanda semakin kuat dan perlawanan rakyat Maluku terdesak. Akhirnya Ahmad Lussy dan kawan-kawan tertangkap Belanda. Pada tanggal 16 Desember 1817 Ahmad Lussy beserta kawan-kawannya menjalani hukuman mati di tiang gantungan.
Setelah menyimak kisah perjuangan Kapitan Pattimura di atas kita dapat menemukan beberapa ciri-ciri dari sikap kepahlawanan yang telah dicontohkan oleh Kapitan Pattimura, yakni:

a. Berani

Dalam riwayat di atas tergambar jelas keberanian dari Kapitan Pattimura melawan penjajah Belanda. Dalam setiap usaha dan perjuangan kita harus berani menghadapi segala tantangan dan rintangan. Seorang pejuang bukanlah seorang yang penakut. Karena kita memperjuangkan kebenaran dan kebaikan, kita tidak boleh takut.

b. Tangguh

Tangguh artinya berjuang tanpa henti, tidak mudah goyah atau tidak mudah terpengaruh. Seorang pejuang akan terus berjuang sebelum cita-citanya tercapai. Agar memiliki ketangguhan kita harus memiliki  rasa percaya diri, sabar dan teguh pendirian. Kapitan Pattimura merupakan seorang yang tangguh. Ini terlihat dari sikap Kapitan Pattimura yang tidak mau dibujuk untuk bekerja sama dengan Belanda.

c. Bersemangat untuk maju

Setiap orang mempunyai keinginan untuk hidup lebih baik. Keinginan tersebut harus diikuti dengan semangat dan usaha yang sungguh-sungguh. Tanpa semangat dan kesungguhan, maka apa yang diinginkan tidak akan tercapai.

d. Ikhlas

Seorang pahlawan sejati akan berjuang dengan ikhlas tanpa pamrih. Ikhlas artinya tidak mengharapkan imbalan. Suatu kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas maka akan mendatangkan hasil yang baik pula. Namun sebaliknya suatu kebaikan yang dilandasi dengan pamrih tertentu, justru bisa mendatangkan suatu keburukan.

e. Rela berkorban
Dalam setiap perjuangan selalu membutuhkan pengorbanan.
Pengorbanan ini bisa berupa pikiran, waktu, tenaga, harta, bahkan nyawa. Sikap rela berkorban telah ditunjukkan oleh Kapitan Pattimura.
Ia rela dihukum gantung oleh Belanda demi memperjuangkan cita-cita rakyat Maluku.

 Makna Edukatif
Dengan belajar sejarah dari tokoh pejuang Kapitan Pattimura dapat dijadikan pelajaran dalam kehidupan bagi setiap manusia. Kejadian yang telah terjadi dan pernah dilakukan di masa lampau akan dijadikan pengalaman bagi suatu bangsa untuk melangkah lebih lanjut.

Makna  Inspiratif
Sejarah dapat memberikan inspirasi melalui berbagai karya sejarah yang dibaca oleh pembacanya maupun berbagai peristiwa sejarah yang dipelajarinya serta didengarnya. Karya sejarah memberikan inspirasi kepada para pembacanya atau yang mempelajarinya biasanya berkisar tentang perjuangan para pahlawan menentang penjajahan. Ataupun tindakan kepahlawanan dan peristiwa-peristiwa gemilang masa lampau yang dapat mengilhami perjuangan kita sekarang.
Ciri-ciri dari sikap kepahlawanan yang telah dicontohkan oleh Kapitan Pattimura yaitu berani, tangguh, bersemangat untuk maju, ikhlas dan rela berkorban dapat memberikan inspirasi kepada kita semua sebagai kaum muda untuk membela bangsa dan negara selanjutnya.

2 comments:

  1. Artikelnya sangat menarik. Penjelasannya juga sangat bagus. Tapi satu, mungkin penjelasan yang terperinci tersebut bisa dijelaskan bersumber darimana. Karena jika itu masih sebatas opini tambahan dari penulis, mungkin akan sulit dijadikan referensi lebih lanjut. Karena bagaimanapun akan butuh profil khusus agar tulisan seseroang dapat dijadikan sebagai referensi yang terpercaya. Sekian terima kasih Kak Rialint atas tulisannya yang mencerahkan. Saya sekalian ingin minta izin menggunakannya sebagai bahan tulisan saya. Tapi tenang, saya tidak akan plagiasi atau menyadur secara penuh. Saya hanya akan mengikuti penalaran yang telah dipaparkan dari tulisan Kakak. Terima kasih sekali lagi.

    ReplyDelete
  2. Tapi kenapa setelah saya mencari lebih lanjut, ada banyak tulisan yang hampir 'identik' secara keseluruhan yah dengan tulisan ini? Sayangnya waktu penulisan mereka jauh lebih dulu daripada tulisan ini. Bagaimana ini?

    ReplyDelete